Pertanyaan Syena cukup membuat Kazumi untuk sesaat sulit menjawab, tapi, bukan Kazumi jika tidak pandai menguasai diri. Pria itu dalam sekejap bisa mengontrol perasaannya yang tadi sempat sedikit kacau lantaran apa yang diucapkan oleh Syena.Tangannya terulur dan mencekik leher Syena disertai pandangan matanya yang terlihat sangat marah. "Aku sedang serius, Syena! Siapa yang jatuh cinta padamu? Siapa yang sedang cemburu? Sudah jelas aku melakukan itu karena aku tidak mau orang di rumah ini tahu hal yang sebenarnya, kurang jelas?"Syena tidak bisa menanggapi perkataan pedas Kazumi karena lehernya dicekik. Setengah mati gadis itu berusaha untuk melepaskan tangan Kazumi di lehernya, tapi Kazumi yang terlanjur marah tidak mau membiarkan itu terjadi.Tangannya tetap di leher Syena hingga Syena panik khawatir kehabisan napas dan perempuan itu langsung menggigit pergelangan tangan Kazumi sekuat yang ia bisa dan itu membuat Kazumi berteriak keras sehingga langsung melepaskan tangannya di leh
Alex langsung pamit dari hadapan Kazumi ketika Kazumi mengucapkan perintah itu padanya. "Jadi pria itu pernah disukai Syena tapi Syena ditolak, aku penasaran, apa yang membuat pria itu menolak Syena."Kazumi bicara sendiri seolah tidak sabar untuk memberikan interogasi pada pria bernama Bertrand tersebut.***"Mau apa kalian ke sini?" tanya Bertrand ketika ia membuka pintu gubuk di mana ia dan orang tuanya tinggal seorang pria yang tidak lain adalah Alex berdiri di hadapannya. Bertrand masih ingat wajah Alex tapi karena Alex tidak datang sendiri, ia tidak kenal dengan pria yang lain hanya Alex saja yang wajahnya masih diingat oleh Bertrand, wajah pria yang memberikannya uang waktu itu juga ia tidak melihat dengan jelas karena yang turun dari mobil menghampirinya hanya Alex saja. "Kau mau pekerjaan tidak?" tanya Alex pada Bertrand dan wajah Bertrand berubah mendengar tawaran tersebut. Semenjak ia dituduh mencuri, Bertrand kebingungan mencari pekerjaan baru sampai ia sendiri memut
"Kalau kau belum melakukan apa yang seharusnya kau lakukan tidak perlu bicara tentang anak emas di sini, karena kau tidak pantas untuk mengucapkan itu di hadapanku!" bentak Kazumi setelah melakukan itu pada Kazaya. Kazaya tersenyum kecut mendengar apa yang diucapkan oleh sang kakak kembar. Ia berusaha berdiri dengan benar sambil mengusap pipinya yang panas karena telapak tangan Kazumi yang menamparnya tadi."Ya, si paling bisa melakukan semua fungsi anak, gue cuma sampah yang numpang hidup di sini, jadi kayaknya kagak perlu juga gue ikut lu!"Setelah bicara demikian, Kazaya langsung berbalik dan pergi meninggalkan Kazumi dan ia tidak peduli dengan Kazumi yang memanggilnya berulang kali untuk memintanya agar menghentikan langkahnya."Tuan, sudahlah, biarkan Tuan Kazaya menenangkan diri dahulu, Tuan juga demikian, mungkin lain kali, Tuan Kazaya akan menengok tuan besar."Alex mencoba untuk menenangkan Kazumi yang benar-benar emosi melihat sikap Kazaya yang tidak mau peduli dengan ayah
"Pi, aku mencintai Kazumi, aku ingin mempertahankan pernikahan kami, karena aku yakin suatu saat Kazumi akan mencintai aku dan tahu kalau aku tulus padanya....""Sampai kapan? Setahun kamu mencintai dia dengan sepihak, bukannya dia balik mencintaimu, tapi dia justru menikah lagi, dia menduakan kamu, Rachel, dengan alasan yang benar-benar tidak masuk akal, dia bilang kamu membuat kesalahan? Itu hanya akal-akalan dia saja karena dia memang ingin menduakan kamu!""Aku yang salah, Pi. Waktu itu aku tidak memikirkan hal lain, aku hanya memikirkan apa yang dijanjikan oleh Radit, tapi ternyata kami bertengkar.""Radit mencintai kamu, Papi berpikir lebih baik kau menikah dengan Radit daripada dengan Kazumi yang tidak pernah mencintai kamu!""Tapi, ayah Kazumi sudah menyelamatkan nyawa Papi, jadi, apa yang aku lakukan sekarang bukan hanya karena aku mencintai Kazumi, tapi juga karena tahu balas budi.""Kamu bisa menunggu sampai dua tahun lagi?""Insya Allah.""Meskipun keadaannya seperti ini?"
"Tidak. Biarkan dia belajar untuk membuat dirinya bermanfaat."Alex menyerah. Ia patuh dengan perintah Kazumi yang melarangnya untuk membantu Kazaya.Sementara itu, Kazaya yang sedang menyeret Pak Boris, sudah sampai ke tempat yang lebih sepi orang. Pak Boris masih menodongkan pisau miliknya ke perut Kazaya dan Kazaya tidak terlihat takut sama sekali dengan apa yang dilakukan oleh ayah Syena tersebut."Mana uangnya! Kamu menikahi anakku, artinya kau juga harus memberikan uang pada ayahnya, mana?"Pria itu menagih kembali pada Kazaya sambil menekan pisau yang menyentuh permukaan perut Kazaya dengan kuat hingga Kazaya bisa merasakan kulit perutnya terasa perih.Perlahan, tangan Kazaya memegang pisau yang menempel di perutnya, lalu dengan gerakan yang tidak disangka-sangka oleh Pak Boris ujung pisau itu kini berbalik mengarah pada perutnya sendiri hingga Pak Boris terkejut bukan main."Masih mau minta uang sama gue?" bisiknya dengan mata yang menatap wajah Pak Boris dengan tatapan mata y
Pak Boris melontarkan pertanyaan seperti itu bertubi-tubi, hingga pria berpakaian formal tersebut tersenyum penuh arti.Ia melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam rumah kontrakan Pak Boris dan istrinya yang sempit, lalu duduk begitu saja di sebuah bangku kayu yang kerap digunakan Pak Boris untuk bermalas-malasan jika sedang tidak ada uang untuk berjudi."Asal dengan satu syarat, kau bisa mengerjakan apa yang aku tugaskan dengan baik.""Apa yang harus aku lakukan?""Kau adalah ayah Syena, istri kedua Kazumi, Bukan?""Ya! Tapi, menantu kurang ajar itu melukaiku, dan mengusirku dengan kasar, padahal aku hanya minta uang padanya.""Apakah kau berani mengatakan hal ini pada wartawan?""Aku berani, aku memang ingin melakukan hal itu agar menantuku itu tidak kurang ajar padaku!""Baik, besok malam aku akan mempersiapkan konferensi pers, ada beberapa wartawan bisnis yang akan datang dan meliput semuanya, kau harus hadir di sana tepat waktu dan lakukan apa yang harus kau lakukan di sana.""A
"Maaf, Nona Rachel, saya tidak bisa menjawab pertanyaan Nona seputar itu, karena itu hanya boleh dijawab oleh Tuan Kazumi. Jadi, saya minta maaf, saya tidak bisa menjawabnya."Alex mengucapkan kata-kata demikian untuk Rachel, dan Rachel membuang napas kesal.Lalu tanpa banyak kata, perempuan itu melewati Alex dengan perasaan yang penuh dengan rasa yang bercampur aduk.Ia tidak tahu harus pada siapa meminta informasi, hanya Alex yang bisa membeberkan apapun hal tentang Kazumi karena pria itu yang selalu ada di dekat Kazumi hingga Rachel yakin apapun tentang Kazumi, Alex pasti mengetahuinya.Sementara itu di kamar, Kazumi melepaskan cengkraman tangannya di lengan Syena ketika pintu kamar sudah dikunci. "Kau sudah tahu tentang apa yang dilakukan oleh ayahmu, kan?" tanya Kazumi pada Syena."Kamu marah? Oh, iya. Kata Bertrand, kamu -""Bertrand?""Iya, pria yang jadi tukang kebun baru kamu.""Oooh, pria yang pernah menolak kamu itu?" sinis Kazumi, dan Syena terkejut karena Kazumi sampai t
Ancaman yang diucapkan oleh Kazumi membuat Syena menghentikan langkahnya seketika. Ia berbalik."Zumi, ayolah, ini bukan lagi masalah perasaan atau semacamnya, Kazaya itu terluka karena ayahku, aku wajib mengobatinya."Syena berusaha untuk membujuk Kazumi namun Kazumi tetap kukuh dengan larangannya hingga Syena seolah kehilangan kata untuk membujuk pria yang menjadi suami kontraknya tersebut."Aku akan meminta Bik Supi untuk mengobati lukanya, tidak perlu kau yang melakukannya, paham?""Iya, tapi kenapa? Aku hanya ingin minta maaf pada Zaya karena ayahku sudah berlaku keterlaluan padanya.""Target ayahmu itu aku, jadi kau tidak perlu khawatir soal dia, Syena! Sudahlah, kau tidak mau patuh, maka kau akan melihat seberapa banyak utang kamu bertambah!"Syena membuang napas. Akhirnya, ia menyerah. Tidak bisa memaksa Kazumi untuk memberikan dirinya izin untuk mengobati Kazaya."Baiklah. Aku akan patuh, aku hanya ingin keluar, bukan mau mengobati Kazaya."Mendengar apa yang diucapkan oleh S
"Pernikahan kamu dengan Kazumi itu sebenarnya, tidak sah, Moa. Karena kau menikah dengan Kazumi saat dia hilang ingatan...."Moa tersenyum kecut mendengar apa yang diucapkan oleh Zill padanya."Dengan kata lain, kamu enggak setuju kalau aku ingin tinggal di rumah Kazumi?""Situasi Kazumi dan Kazaya sedang tidak baik-baik saja, aku rasa, jika kau ada di rumah mereka, itu akan membuat situasi mereka menjadi semakin tegang.""Kau khawatir para istri Kazumi bersikap buruk padaku?""Bisa juga sebaliknya, kan?""Kau ini teman siapa? Kau temanku tapi kau bersikap seperti musuhku!""Jangan lupa, Kazaya adalah temanku, jadi aku hanya ada di tengah-tengah, tidak memihak kalian.""Ck! Aku memang tidak pernah menang melawan kamu kalau sudah berdebat.""Sudahlah, berdamai dengan orang tua, jangan buang impian besarmu hanya karena cinta, Moa.""Hidup bahagia dengan orang yang dicintai juga salah satu impian besarku, Zill, karena kau tidak bisa merealisasikan mimpiku itu, aku rasa wajar jika aku men
Mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Alex. Untuk sesaat, Zill terdiam. Ia sedikit bingung untuk menjawab pertanyaan tersebut karena khawatir akan membuat Moa dalam kesulitan. Melihat Zill diam saja sementara ia sudah tidak sabar untuk menunggu jawaban, Alex semakin curiga, Zill benar-benar orang yang patut dicurigai. Pria itu langsung mencekal salah satu pergelangan tangan Zill dan menariknya untuk ke tempat yang lebih sepi orang. "Kenapa kamu tidak bisa menjawab? Tidak bisa menjawab karena memang kau memiliki rencana lain untuk Tuan Kazaya dan Tuan Kazumi?"Alex mendesak Zill sehingga Zill merasa gerah juga karena ia merasa jadi tertekan. "Aku tidak punya rencana apapun, aku melakukan penyelidikan itu semata-mata khawatir pada Kazaya saja. Aku dan Kazaya satu perguruan, seperti halnya Vivian yang mencemaskan Kazaya terjerumus organisasi seperti itu, seperti itulah aku merasakan hal yang sama untuk dia.""Apa yang kau lakukan pada temanku?" Sebuah suara membuat perdebatan a
Sebenarnya, pertanyaan Zill sangat mudah untuk dijawab. Akan tetapi, Vivian jadi tidak bisa menjawab ketika merasakan aura Zill yang mampu membungkam mulutnya hingga ia tidak bisa bicara untuk beberapa saat. "Vi. Sekali lagi aku tegaskan, kita harus bekerjasama di sini, setelah itu jika kita sudah selamat dan sampai di tempat kita masing-masing, aku berjanji tidak akan ikut campur lagi dengan apapun yang kau dan Syena lakukan."Zill melanjutkan ucapannya, masih dengan nada seperti tadi hingga membuat Vivian menarik napas."Baiklah. Aku minta maaf sudah membuat kau marah. Tak perlu dibahas lagi, aku sudah cukup paham.""Kau bisa berjalan?""Jika tidak bisa, apakah kau akan memapah aku?""Kalau semua yang ada di sini tidak bisa berjalan, aku terpaksa memapah kalian bergantian.""Sudahlah. Pikirkan saja Kazaya dan Syena, aku tidak perlu. Aku masih bisa mengurus diriku sendiri."Zill menghela napas. Ia tidak lagi menanggapi perkataan Vivian. Tidak mau pembicaraan mereka semakin menghamba
"Apa yang kalian lakukan di sana?"Sebuah suara membuat niat Syena yang ingin menanggapi pertanyaan menohok yang diucapkan oleh Vivian terhenti seketika.Zill menghampiri mereka tanpa Kazaya, entah di mana Kazaya diletakkan oleh Zill, hingga pria itu menghampiri Syena dan Vivian yang sedang bertengkar."Ah, tidak ada. Syena sedang kelelahan, jadi aku mengajak dia untuk istirahat sejenak."Vivian menyenggol Syena, agar Syena mengiyakan apa yang dikatakannya pada Zill, dan Syena menurut. Zill menghela napas mendengar alasan yang diucapkan oleh Syena seolah-olah ia tidak percaya dengan alasan tersebut."Tolong kerjasamanya. Kita sedang berjuang melawan maut, kita tidak tahu apa yang akan kita temui di depan, kalau kita tidak bekerja sama, bagaimana kita bisa melewati itu semua dengan baik?"Seraya bicara demikian, Zill menatap ke arah Syena dan Vivian satu persatu."Oke. Jangan khawatir, aku juga tidak mau mati di tempat seperti ini, ada banyak hal yang harus aku kerjakan dan aku tidak
Mendengar apa yang diucapkan oleh Syena, Kazaya langsung menolak. Sebenarnya, Zill dan juga Vivian juga akan melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh Kazaya, namun mereka didahului Kazaya hingga keduanya jadi menatap ke arah Kazaya setelah itu mereka saling pandang.Sementara itu, mendengar Kazaya tidak setuju dengan apa yang ia katakan, sejujurnya hati Syena jadi bergemuruh. Namun, karena ia melihat Kazaya tadi mencium Vivian, Syena jadi mengabaikan perasaan bergemuruh itu dan memilih untuk tidak terpengaruh meskipun itu sangat sulit untuknya."Aku sudah memutuskan, tolong hargai keputusan yang aku buat, kondisi Kazaya jauh lebih parah dan dia seperti itu karena kecerobohan aku, jadi wajar jika aku melakukan hal ini, membawa aku yang tidak bisa berenang, itu pasti akan sulit, jadi kalian pergi saja, aku tidak masalah."Syena bicara lagi, dan kali ini, Kazaya berusaha untuk melepaskan diri dari pegangan tangan Vivian dan juga Zill.Namun, ketika nyaris bisa melepaskan pegan
Bayangan saat ia mencium bibir Syena berkelebat lagi di benak Kazaya ketika Vivian mengucapkan pertanyaan itu padanya."Kamu enggak bisa jawab berarti, emang ada yang terjadi antara kamu dan dia, kan?" tanya Vivian lebih lanjut karena Kazaya tidak bicara sama sekali sementara ia menunggu jawaban atas pertanyaan yang ia ajukan tadi."Udahlah, kagak perlu bahas itu lagi kali, gue jadi kagak bisa mengumpulkan energi kalo lu ajak ngomong gituan melulu.""Karena kalian memang berciuman?""Lu kenapa, sih? Gue tahu, cewek itu suka baper, tapi itu bukan lu, Vi! Lu itu kagak baperan orangnya!""Aku juga punya perasaan, kamu harus ingat itu! Saat kamu menolakku karena kamu hanya menganggap bahwa aku cuma kakak kamu, kamu melakukan itu dengan santai karena kamu yakin aku bisa menerima kenyataan dengan baik lantaran menurut kamu, aku bukan wanita yang gampang terbawa perasaan, tapi, Zay. Kamu enggak tahu aku benar-benar terpuruk waktu itu!"Karena situasi jadi semakin serius, Kazaya tadinya tida
Jika Vivian hanya diam saja ketika Kazaya melontarkan pertanyaan itu pada mereka, tidak bagi Zill. Ia ikut mengedarkan pandangannya ke sekitar mereka untuk mencari sosok Syena, namun, Syena memang tidak ada di mana-mana sampai Zill akhirnya bangkit. "Aku akan mencarinya," katanya pada Vivian dan Kazaya, tapi baru saja keduanya ingin menanggapi, tiba-tiba saja Syena muncul dengan penampilan yang sangat kotor."Kau darimana?" tanya Zill tanpa peduli Vivian yang menatapnya karena ia langsung melontarkan pertanyaan itu pada Syena."Aku berusaha mencari jalan keluar agar kita bisa naik tanpa harus naik."Syena menjawab pertanyaan Zill, tapi apa yang diucapkannya justru membuat Vivian tertawa karena ia merasa apa yang dikatakan oleh Syena sangat mustahil."Mencari jalan keluar agar kita bisa naik, tapi kita enggak perlu naik? Apa maksudnya? Itu mustahil! Aku dan Zill bisa sampai ke sini karena kami turun, ada jalan menurun artinya kalau kembali kita harus naik, Syena!" katanya dan ucapan V
Mendengar apa yang dipertanyakan oleh Zill, Vivian terkejut. Ia merasa tidak pernah mengatakan pada Zill bahwa ia pergi ke Samarinda Kalimantan Timur untuk menemui perempuan bernama Mitha itu, tapi mengapa Zill sampai tahu apa yang ia lakukan?Apa Mitha mengatakan pada Zill kalau aku menemuinya?Hati Vivian berbisik demikian, sambil berusaha untuk mencari kalimat yang tepat untuk ia ucapkan pada Zill."Mitha memberitahumu kalau aku menemuinya?" Akhirnya, Vivian memilih untuk melontarkan pertanyaan tersebut pada Zill."Dia bukan tipe wanita yang suka mengadu."Vivian tersenyum kecut mendengar apa yang diucapkan oleh Zill tentang perempuan tersebut. "Kau pernah ketemu dengan dia? Apakah kau mengatakan itu hanya dengan mengandalkan insting kamu saja? Instingmu itu tidak tajam, Zill. Dia sudah menikah pun kamu tidak tahu, kan?""Aku bertanya padamu, apa yang ada dalam pikiran kamu sampai kamu nekat ke sana menemuinya?"Zill tidak mau menjawab pertanyaan dari Vivian tentang hal itu, ia l
"Jangan bertengkar!" Tiba-tiba saja, suara Kazumi terdengar meskipun suaranya lemah saat mengucapkan itu tapi cukup tegas dan cukup membuat dua wanita yang tadi berdebat dan sama-sama istrinya terpaksa terdiam seketika.Alex mengawasi keadaan Kazumi dari kaca mobil dan setelah itu melirik ke arah Moa yang saat itu hanya bisa diam meskipun masih ingin bicara.Sementara itu, mendengar Kazumi meminta ia dan Moa untuk berhenti bertengkar, Rachel mau tidak mau juga akhirnya diam walaupun ia masih kesal dengan apa yang diucapkan oleh Moa padanya."Apa kata Tuan Kazumi benar, kalian jangan bertengkar, situasi kita belum sepenuhnya aman, jadi tolong diam saja di tempat duduk kalian, untuk Tuan Kazaya, aku tahu apa yang akan aku lakukan, jadi tidak ada yang dikorbankan di sini di antara Tuan Kazumi dan Tuan Kazaya."Alex menambahkan, dan kali ini situasi di dalam mobil benar-benar sudah senyap seketika.Karena berhasil membuat Rachel dan Moa tidak lagi bertengkar, Alex fokus dengan kecepatan