"Pi, aku mencintai Kazumi, aku ingin mempertahankan pernikahan kami, karena aku yakin suatu saat Kazumi akan mencintai aku dan tahu kalau aku tulus padanya....""Sampai kapan? Setahun kamu mencintai dia dengan sepihak, bukannya dia balik mencintaimu, tapi dia justru menikah lagi, dia menduakan kamu, Rachel, dengan alasan yang benar-benar tidak masuk akal, dia bilang kamu membuat kesalahan? Itu hanya akal-akalan dia saja karena dia memang ingin menduakan kamu!""Aku yang salah, Pi. Waktu itu aku tidak memikirkan hal lain, aku hanya memikirkan apa yang dijanjikan oleh Radit, tapi ternyata kami bertengkar.""Radit mencintai kamu, Papi berpikir lebih baik kau menikah dengan Radit daripada dengan Kazumi yang tidak pernah mencintai kamu!""Tapi, ayah Kazumi sudah menyelamatkan nyawa Papi, jadi, apa yang aku lakukan sekarang bukan hanya karena aku mencintai Kazumi, tapi juga karena tahu balas budi.""Kamu bisa menunggu sampai dua tahun lagi?""Insya Allah.""Meskipun keadaannya seperti ini?"
"Tidak. Biarkan dia belajar untuk membuat dirinya bermanfaat."Alex menyerah. Ia patuh dengan perintah Kazumi yang melarangnya untuk membantu Kazaya.Sementara itu, Kazaya yang sedang menyeret Pak Boris, sudah sampai ke tempat yang lebih sepi orang. Pak Boris masih menodongkan pisau miliknya ke perut Kazaya dan Kazaya tidak terlihat takut sama sekali dengan apa yang dilakukan oleh ayah Syena tersebut."Mana uangnya! Kamu menikahi anakku, artinya kau juga harus memberikan uang pada ayahnya, mana?"Pria itu menagih kembali pada Kazaya sambil menekan pisau yang menyentuh permukaan perut Kazaya dengan kuat hingga Kazaya bisa merasakan kulit perutnya terasa perih.Perlahan, tangan Kazaya memegang pisau yang menempel di perutnya, lalu dengan gerakan yang tidak disangka-sangka oleh Pak Boris ujung pisau itu kini berbalik mengarah pada perutnya sendiri hingga Pak Boris terkejut bukan main."Masih mau minta uang sama gue?" bisiknya dengan mata yang menatap wajah Pak Boris dengan tatapan mata y
Pak Boris melontarkan pertanyaan seperti itu bertubi-tubi, hingga pria berpakaian formal tersebut tersenyum penuh arti.Ia melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam rumah kontrakan Pak Boris dan istrinya yang sempit, lalu duduk begitu saja di sebuah bangku kayu yang kerap digunakan Pak Boris untuk bermalas-malasan jika sedang tidak ada uang untuk berjudi."Asal dengan satu syarat, kau bisa mengerjakan apa yang aku tugaskan dengan baik.""Apa yang harus aku lakukan?""Kau adalah ayah Syena, istri kedua Kazumi, Bukan?""Ya! Tapi, menantu kurang ajar itu melukaiku, dan mengusirku dengan kasar, padahal aku hanya minta uang padanya.""Apakah kau berani mengatakan hal ini pada wartawan?""Aku berani, aku memang ingin melakukan hal itu agar menantuku itu tidak kurang ajar padaku!""Baik, besok malam aku akan mempersiapkan konferensi pers, ada beberapa wartawan bisnis yang akan datang dan meliput semuanya, kau harus hadir di sana tepat waktu dan lakukan apa yang harus kau lakukan di sana.""A
"Maaf, Nona Rachel, saya tidak bisa menjawab pertanyaan Nona seputar itu, karena itu hanya boleh dijawab oleh Tuan Kazumi. Jadi, saya minta maaf, saya tidak bisa menjawabnya."Alex mengucapkan kata-kata demikian untuk Rachel, dan Rachel membuang napas kesal.Lalu tanpa banyak kata, perempuan itu melewati Alex dengan perasaan yang penuh dengan rasa yang bercampur aduk.Ia tidak tahu harus pada siapa meminta informasi, hanya Alex yang bisa membeberkan apapun hal tentang Kazumi karena pria itu yang selalu ada di dekat Kazumi hingga Rachel yakin apapun tentang Kazumi, Alex pasti mengetahuinya.Sementara itu di kamar, Kazumi melepaskan cengkraman tangannya di lengan Syena ketika pintu kamar sudah dikunci. "Kau sudah tahu tentang apa yang dilakukan oleh ayahmu, kan?" tanya Kazumi pada Syena."Kamu marah? Oh, iya. Kata Bertrand, kamu -""Bertrand?""Iya, pria yang jadi tukang kebun baru kamu.""Oooh, pria yang pernah menolak kamu itu?" sinis Kazumi, dan Syena terkejut karena Kazumi sampai t
Ancaman yang diucapkan oleh Kazumi membuat Syena menghentikan langkahnya seketika. Ia berbalik."Zumi, ayolah, ini bukan lagi masalah perasaan atau semacamnya, Kazaya itu terluka karena ayahku, aku wajib mengobatinya."Syena berusaha untuk membujuk Kazumi namun Kazumi tetap kukuh dengan larangannya hingga Syena seolah kehilangan kata untuk membujuk pria yang menjadi suami kontraknya tersebut."Aku akan meminta Bik Supi untuk mengobati lukanya, tidak perlu kau yang melakukannya, paham?""Iya, tapi kenapa? Aku hanya ingin minta maaf pada Zaya karena ayahku sudah berlaku keterlaluan padanya.""Target ayahmu itu aku, jadi kau tidak perlu khawatir soal dia, Syena! Sudahlah, kau tidak mau patuh, maka kau akan melihat seberapa banyak utang kamu bertambah!"Syena membuang napas. Akhirnya, ia menyerah. Tidak bisa memaksa Kazumi untuk memberikan dirinya izin untuk mengobati Kazaya."Baiklah. Aku akan patuh, aku hanya ingin keluar, bukan mau mengobati Kazaya."Mendengar apa yang diucapkan oleh S
"Zumi, Papi ingin kamu dengan Rachel hidup bahagia, karena dia anak yang baik."Suara Tuan Kazama membuyarkan lamunan Kazumi yang merasa geram memikirkan Rachel yang kemungkinan menyentuhnya tanpa izin darinya.Anak yang baik tidak akan datang ke tempat hiburan hanya karena merasa kesepian, Pi. Rachel tidak sebaik yang Papi kira, dia memakai topeng agar orang simpati padanya....Pernyataan Tuan Kazama hanya ditanggapi Kazumi di dalam hati. Ia tidak mau mengatakan hal itu pada sang ayah karena khawatir akan membuat ayahnya yang baru sadar berpikir banyak, dan itu akan membahayakan kondisi ayahnya kembali karena itulah, Kazumi memilih untuk diam saja, tapi berjanji di kemudian hari saat ayahnya sudah sehat, semua rasa muaknya dengan Rachel akan ia beberkan pada sang ayah.Di waktu yang sama, Alex dan Syena sudah sampai ke hotel di mana Radit yang meminta ayah Syena untuk melakukan konferensi pers untuk membuat nama baik Kazumi menjadi rusak. Menurut informasi rekan Alex yang bertugas u
Semua yang ada di situ terperangah, tapi rata-rata para wartawan justru senang melihat apa yang dilakukan oleh Syena pada Kazumi. Mereka malah bersorak seolah-olah saat itu Kazumi dan Syena baru menikah dan melakukan hal itu di depan mereka layaknya pasangan pengantin yang baru sah. Sementara itu, Kazumi yang dicium tiba-tiba oleh Syena seolah membeku. Ia seperti berubah menjadi batu hingga seluruh kata-katanya musnah dan rasanya otaknya kosong. "Maaf, aku harus melakukannya karena kalau enggak, mereka akan mengacaukan semuanya." Syena berbisik demikian di salah satu telinga Kazumi setelah mencium permukaan bibir pria tersebut. Bukan ciuman yang sebenarnya memang, hanya sebuah kecupan di permukaan bibir, tapi itu semua mampu membuat Kazumi berubah seolah menjadi sebongkah batu. Setelah berbisik seperti itu pada Kazumi, Syena membalikkan tubuhnya ke hadapan para wartawan, dan menatap para wartawan yang mengeluarkan suara bergemuruh karena suka dengan pembuktian yang dilakukan o
Setelah bicara demikian pada Syena, Kazaya beranjak meninggalkan Syena dan Alex yang sama-sama tidak bisa menanggapi apa yang dikatakan olehnya tadi. Syena berbalik dan menatap ke arah Alex dengan wajah yang terlihat gelisah. "Aku harus gimana, Alex? Aku tidak mau Kazumi marah kalau melihat apa yang aku lakukan tadi di panggung...." Syena bicara demikian pada Alex dengan nada suara yang terdengar parau. Alex mengusap wajahnya dengan kasar, pertanda ia juga merasa sulit untuk menjawab pertanyaan Syena karena ia sendiri tidak tahu apa yang harus dikatakannya untuk menanggapi pertanyaan tersebut. Sampai akhirnya.... "Nona katakan saja yang sebenarnya, saya juga tidak tahu kalau dia tadi Tuan Kazaya, karena Tuan Kazaya tidak pernah berpenampilan formal seperti tadi, jadi saya mengira dia menyamar untuk membantu Tuan Kazumi." "Matilah kita semua, rasanya aku tidak mau ketemu Kazumi, tapi apa yang bisa aku lakukan untuk menghindari?" Alex tidak menanggapi apa yang dikatakan o
"Ya, Kazumi memutuskan untuk tidak mau melukis lagi, karena itu ada hubungannya dengan kematian ibunya, untuk lebih detailnya aku tidak terlalu tahu, tapi yang aku tahu, itulah alasannya.""Jadi, apakah kemungkinan karena itu, Kazumi selalu mengatakan dia bukan pembunuh? Kematian ibunya ada hubungannya dengan dia dan lukisannya, apakah benar begitu?""Mungkin....""Apakah menurut Bang Andreas, Kazumi memang membunuh ibunya?""Kurasa tidak, tapi untuk kecelakaan yang disebabkan olehnya bisa saja seperti itu.""Jadi, Kazumi menyimpan perasaan bersalah, hingga ia tidak mau melukis lagi?""Sepertinya begitu.""Terima kasih, Bang Andreas mau mengatakan hal ini padaku.""Lalu, apa yang kamu maksud dengan hal yang rahasia itu?"Syena menarik napas panjang mendengar pertanyaan yang diberikan oleh Andreas."Pernikahan antara aku dan Kazumi itu hanya pernikahan kontrak, Bang. Aku menikah dengan Kazumi untuk menepis kabar buruk bahwa Kazumi datang ke tempat hiburan malam karena ingin memburu Rac
"Darimana Bang Andreas membuat kesimpulan kalau aku menyukai Kazaya?" tanya Syena setelah beberapa saat ia terdiam."Sejak aku melihat kalian kerap tampil bersama, aku sudah tahu ada yang aneh dari sikapmu padanya.""Bagaimana kau tahu bahwa itu Kazaya?" tanya Syena sedikit terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Andreas."Aku sangat tahu Kazumi, jadi aku bisa membedakan antara Kazumi dengan Kazaya.""Jadi, saat aku dan Kazaya tampil bersama untuk kepentingan kantor, Bang Andreas sudah tahu bahwa itu bukan Kazumi?""Ya!""Kenapa Bang Andreas tidak membocorkan kebohongan kami?""Kau pikir aku sepicik itu? Aku tidak membocorkan karena kebohongan kalian pasti ada alasannya, saat itu Kazumi belum ditemukan, untuk membuat rekan bisnis Kazumi tenang, kalian meminta Kazaya untuk menyamar jadi Kazumi, bukan?"Andreas memang bukan orang yang sederhana, dia tahu sejak awal bahwa Kazaya menyamar menjadi Kazumi, artinya dia memang benar-benar paham perbedaan Kazumi dengan Kazaya, berarti, dia mem
Syena menarik napas mendengar beberapa pertanyaan yang diucapkan oleh Andreas. Hingga akhirnya...."Ya. Aku pernah menanyakan masalah ini pada Alex, tapi, Alex tidak mau menjawab. Aku tidak tahu pasti mengapa ia tidak mau menjawab pertanyaanku mengenai hal itu, yang jelas, aku sudah pernah melakukannya."Andreas menatap wajah Syena untuk sesaat setelah perempuan itu menuntaskan ucapannya."Kazumi dulu senang melukis, lukisannya sangat bagus dan bernilai seni tinggi, almarhum ibunya memang sangat menyukai lukisan, karena itulah Kazumi berusaha untuk membuat ibunya senang dengan terus melukis apapun yang diinginkan oleh ibunya."Perlahan, Andreas mulai bercerita, Syena memasang telinga dengan baik, tidak mau terlewat sedikitpun untuk mendengarkan hal yang diceritakan oleh Andreas."Apakah selain melukis, Kazumi juga berniat untuk menjadi penerus ayahnya?""Sebenarnya tidak.""Abang tau darimana?""Aku pernah mendengar Kazumi bergumam pada dirinya sendiri waktu itu, bahwa sebenarnya ia
"Banyak keuntungan yang akan kau dapatkan, jika kau bergabung dengan kami, Kazumi, terutama untuk perusahaanmu, akan berkembang pesat sampai ke luar negeri jika kau mau patuh dengan apa yang dikatakan oleh bos kami.""Jadi, bebaskan Rachel dan keluargaku, jangan sentuh mereka, apakah kau bisa memastikan hal itu?""Asalkan kau mau menuruti apa kata bos kami, apapun yang kau inginkan, bisa dipertimbangkan.""Jadi, tunggu apalagi? Aku setuju untuk bergabung dengan kalian, tapi bebaskan Rachel, kembalikan dia ke rumah, setelah kalian mengembalikan dia ke rumah, aku baru bisa menyetujui keinginan kalian."Michael membalikkan tubuhnya dan menatap Kazumi dengan tatapan mata serius. "Kau tidak main-main dengan hal ini, bukan?""Bukankah syarat dari kalian hanya dengan cara aku bergabung dengan kalian? Jika aku bergabung, biarkan keluargaku bebas, jangan sentuh mereka!""Baiklah. Aku akan berkomunikasi dengan Tuan Ernesto dulu, kau bisa memastikan bahwa istrimu kembali ke rumah telpon saja di
"Maaf, tapi itulah yang aku rasakan."Moa menarik napas panjang. Ingin membantah, tapi ia tidak bisa. Karena apa yang dipikirkan oleh Zill sebenarnya juga tengah ia pikirkan, hanya saja, Moa tidak mau mengiyakan karena ia merasa itu hanya pikirannya saja."Jadi, apakah kau punya saran?" tanyanya pada Zill."Kau yakin akan bertahan dengan pernikahan yang seperti itu?""Apa maksudmu?""Maksudku, kau yakin, akan bertahan hidup dengan Kazumi sementara pernikahan kamu dan dia bisa dikatakan tidak sah?""Tidak sah bagaimana? Aku dan Kazumi benar-benar dinikahkan oleh penghulu, bagaimana mungkin kau mengatakan bahwa pernikahan kami tidak sah?""Dia hilang ingatan, apakah layak kau menikah dengan seseorang yang sedang amnesia?"Telapak tangan Moa mengepal mendengar apa yang dikatakan oleh Zill. "Kita pernah membahas masalah ini, tapi kamu tetap tidak peduli, sekarang aku kembali membahasnya agar aku yakin, kamu memang benar-benar tidak peduli.""Sudahlah. Itu masalahku, kau tidak perlu ikut
"Tunggu! Apa yang akan kau lakukan?!" tahan Kazumi dengan suara yang meninggi hingga pergerakan Rachel ke arah pintu terhenti seketika."Aku sudah mengatakannya dengan jelas padamu, itulah yang akan aku lakukan!""Tidak bisakah kamu diam saja di sana? Aku berusaha untuk tidak membuat Yurata marah, kenapa kau justru bersikap seperti ini?""Karena aku tidak suka kamu memaksakan diri untuk melakukan sesuatu yang tidak ingin kau lakukan!""Memangnya kau tahu aku tidak mau melakukan itu? Aku hanya sedikit canggung karena lama tidak melukis. Bukan tidak mau melukis!""Benarkah? Berarti, kau mengakui bahwa kau memang pandai melukis?""Melukis itu semua orang bisa, Rachel, kalau dia mau.""Tidak. Buktinya aku tidak bisa melukis."Kazumi ingin menanggapi apa yang dikatakan oleh Rachel, tapi tiba-tiba saja pintu dibuka dari luar dan beberapa pria masuk ke dalam hingga membuat Rachel dan Kazumi mengira mereka adalah orang-orang Yurata. Namun, ketika mereka tanpa bicara mencekal pergelangan tang
Pertanyaan Rachel dibarengi dengan tatapan mata Rachel pada mata Kazumi yang saat itu mau tidak mau juga menatap istrinya. Kazumi ingin mengatakan tidak, tapi sentuhan jemari tangan Rachel pada rahangnya membuat ia sulit untuk bicara. Sementara itu, jantungnya berdebar kencang, seiring napas Rachel yang menyapa wajahnya disertai sentuhan jemari tangan perempuan itu pada rahangnya. "Aku...."Ucapan Kazumi terhenti ketika tiba-tiba saja, Rachel mencium bibirnya. Satu tangan perempuan itu menarik tengkuk Kazumi agar posisi bibir mereka tetap bertahan seperti itu tanpa terlepaskan. Kazumi merasa sekujur tubuhnya mendadak kaku. Sementara itu, Rachel yang sudah mendaratkan ciumannya pada bibir Kazumi perlahan bergerak mencium lebih dalam lagi. Rachel tidak tahu, sejak kapan ia seperti itu, mampu mengabaikan perasaan malunya untuk menyentuh laki-laki terlebih dahulu, tapi yang jelas yang ada di otaknya hanya satu, ia melakukan itu karena Kazumi ingin mengakhiri pernikahan mereka. Meskip
"Lu, mau ikut? Apa yang bisa lu lakukan kalau lu ikut?" kata Kazaya dengan nada suara yang datar, dan Syena tahu ia sedang diremehkan oleh Kazaya. Namun, ia tetap tidak mau peduli dengan sikap Kazaya yang seperti itu padanya."Mungkin aku tidak bisa banyak membantu, tapi, aku akan-""Lupakan! Bawa cewek bikin gue susah bergerak, lu di rumah aja, jaga situasi di rumah tetap stabil, karena bukan kagak mungkin, relasi bisnis bokap gue akan bereaksi."Setelah bicara seperti itu pada Syena, Kazaya beranjak tanpa peduli Alex dan Syena yang sebenarnya masih tak setuju dengan apa yang dikatakannya tadi.Pria itu tidak bisa ditahan oleh Syena maupun Alex dan beberapa saat kemudian, ia sudah pergi meninggalkan rumah dengan motornya.Sepeninggal Kazaya, Alex segera menegaskan pada Syena untuk melakukan hal yang dikatakan oleh Kazaya tadi padanya. Sementara ia sendiri juga mulai melakukan pelacakan, siapa orang-orang yang membawa Kazumi, apakah benar Kazumi dan Rachel sedang dibawa oleh orang-ora
Melihat perubahan yang terjadi pada wajah Kazumi, Rachel buru-buru mendekati sang suami dan ingin tahu kertas apa yang diberikan oleh Yurata pada Kazumi.Tetapi, saat Rachel ingin melihat, Kazumi segera menyembunyikan kertas itu agar Rachel tidak bisa melihatnya. "Apa yang diperintahkan orang itu padamu?" tanya Rachel sambil menatap lurus ke arah suaminya tersebut."Kau tidak perlu tahu.""Kamu sekarang benar-benar sudah menjadi budak dia?""Aku tidak punya pilihan lain, Rachel!""Punya! Aku sudah bilang, aku tidak masalah dijual pada pria bernama Ernesto itu, asalkan mereka tidak menekan kamu!""Untuk apa kamu mengorbankan diri seperti itu?""Ke satu, karena aku tidak mau berutang budi padamu, yang kedua karena aku mencintaimu dengan tulus.""Tidak perlu repot-repot."Kazumi bangkit dan melangkah ke arah pintu di mana anak buah Yurata membuka kembali pintu tersebut untuk memberikan peralatan melukis.Ia menerima peralatan itu dan melangkah ke arah sudut kamar untuk mulai melakukan p