"Banyak keuntungan yang akan kau dapatkan, jika kau bergabung dengan kami, Kazumi, terutama untuk perusahaanmu, akan berkembang pesat sampai ke luar negeri jika kau mau patuh dengan apa yang dikatakan oleh bos kami.""Jadi, bebaskan Rachel dan keluargaku, jangan sentuh mereka, apakah kau bisa memastikan hal itu?""Asalkan kau mau menuruti apa kata bos kami, apapun yang kau inginkan, bisa dipertimbangkan.""Jadi, tunggu apalagi? Aku setuju untuk bergabung dengan kalian, tapi bebaskan Rachel, kembalikan dia ke rumah, setelah kalian mengembalikan dia ke rumah, aku baru bisa menyetujui keinginan kalian."Michael membalikkan tubuhnya dan menatap Kazumi dengan tatapan mata serius. "Kau tidak main-main dengan hal ini, bukan?""Bukankah syarat dari kalian hanya dengan cara aku bergabung dengan kalian? Jika aku bergabung, biarkan keluargaku bebas, jangan sentuh mereka!""Baiklah. Aku akan berkomunikasi dengan Tuan Ernesto dulu, kau bisa memastikan bahwa istrimu kembali ke rumah telpon saja di
Syena menarik napas mendengar beberapa pertanyaan yang diucapkan oleh Andreas. Hingga akhirnya...."Ya. Aku pernah menanyakan masalah ini pada Alex, tapi, Alex tidak mau menjawab. Aku tidak tahu pasti mengapa ia tidak mau menjawab pertanyaanku mengenai hal itu, yang jelas, aku sudah pernah melakukannya."Andreas menatap wajah Syena untuk sesaat setelah perempuan itu menuntaskan ucapannya."Kazumi dulu senang melukis, lukisannya sangat bagus dan bernilai seni tinggi, almarhum ibunya memang sangat menyukai lukisan, karena itulah Kazumi berusaha untuk membuat ibunya senang dengan terus melukis apapun yang diinginkan oleh ibunya."Perlahan, Andreas mulai bercerita, Syena memasang telinga dengan baik, tidak mau terlewat sedikitpun untuk mendengarkan hal yang diceritakan oleh Andreas."Apakah selain melukis, Kazumi juga berniat untuk menjadi penerus ayahnya?""Sebenarnya tidak.""Abang tau darimana?""Aku pernah mendengar Kazumi bergumam pada dirinya sendiri waktu itu, bahwa sebenarnya ia
"Darimana Bang Andreas membuat kesimpulan kalau aku menyukai Kazaya?" tanya Syena setelah beberapa saat ia terdiam."Sejak aku melihat kalian kerap tampil bersama, aku sudah tahu ada yang aneh dari sikapmu padanya.""Bagaimana kau tahu bahwa itu Kazaya?" tanya Syena sedikit terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Andreas."Aku sangat tahu Kazumi, jadi aku bisa membedakan antara Kazumi dengan Kazaya.""Jadi, saat aku dan Kazaya tampil bersama untuk kepentingan kantor, Bang Andreas sudah tahu bahwa itu bukan Kazumi?""Ya!""Kenapa Bang Andreas tidak membocorkan kebohongan kami?""Kau pikir aku sepicik itu? Aku tidak membocorkan karena kebohongan kalian pasti ada alasannya, saat itu Kazumi belum ditemukan, untuk membuat rekan bisnis Kazumi tenang, kalian meminta Kazaya untuk menyamar jadi Kazumi, bukan?"Andreas memang bukan orang yang sederhana, dia tahu sejak awal bahwa Kazaya menyamar menjadi Kazumi, artinya dia memang benar-benar paham perbedaan Kazumi dengan Kazaya, berarti, dia mem
"Ya, Kazumi memutuskan untuk tidak mau melukis lagi, karena itu ada hubungannya dengan kematian ibunya, untuk lebih detailnya aku tidak terlalu tahu, tapi yang aku tahu, itulah alasannya.""Jadi, apakah kemungkinan karena itu, Kazumi selalu mengatakan dia bukan pembunuh? Kematian ibunya ada hubungannya dengan dia dan lukisannya, apakah benar begitu?""Mungkin....""Apakah menurut Bang Andreas, Kazumi memang membunuh ibunya?""Kurasa tidak, tapi untuk kecelakaan yang disebabkan olehnya bisa saja seperti itu.""Jadi, Kazumi menyimpan perasaan bersalah, hingga ia tidak mau melukis lagi?""Sepertinya begitu.""Terima kasih, Bang Andreas mau mengatakan hal ini padaku.""Lalu, apa yang kamu maksud dengan hal yang rahasia itu?"Syena menarik napas panjang mendengar pertanyaan yang diberikan oleh Andreas."Pernikahan antara aku dan Kazumi itu hanya pernikahan kontrak, Bang. Aku menikah dengan Kazumi untuk menepis kabar buruk bahwa Kazumi datang ke tempat hiburan malam karena ingin memburu Rac
"Kau mau bicara tidak?" Terpaksa, Rachel meraih ponsel itu dan menempelkannya ke salah satu telinganya agar ia bisa bicara dengan Kazumi yang sudah dihubungkan oleh Michael.{Rachel, pulanglah. Aku akan menyusulmu pulang setelah urusanku dengan Tuan Ernesto selesai, kau tidak perlu khawatir}Suara Kazumi terdengar di seberang sana membuat Rachel menarik napas panjang lantaran tidak suka Kazumi bicara seperti itu padanya.{Kenapa kamu suka sekali membuat keputusan tanpa mempertimbangkannya dahulu denganku? Aku mau pulang atau tidak, kau perlu berdiskusi dengan aku, Zumi!}{Tidak ada yang perlu didiskusikan, kau seorang istri, aku suami, aku lebih berhak membuat keputusan dibandingkan dirimu}{Kau, tidak menganggap aku istrimu, karena aku merasa, tidak diperlakukan sebagai istri}{Terserah, apa katamu, sekarang pulang saja, aku tidak mau mendengar apapun bantahan darimu}Pembicaraan diakhiri. Rachel masih ingin bicara dengan sang suami, tapi Kazumi sudah mengakhiri percakapan mereka hi
"Kamu gila?!""Enggak! Aku benar-benar sudah memikirkan hal itu, ayo bergerak!"Kazumi geleng-geleng kepala, merasa tidak menyangka Rachel bisa memikirkan hal sampai seperti itu, tapi ia tidak bisa mencegah rencana yang akan dilakukan Rachel, hingga pada akhirnya, Kazumi ikut bergerak ketika Rachel bergerak mendekati Michael yang ada di dekat pintu helikopter yang berusaha untuk memantau, anak buahnya yang sudah baku tembak dengan Alex di bawah sana. Helikopter mulai terbang. Alex yang melihat hal itu geram, karena Michael tidak mematuhi apa yang ia perintahkan agar pria itu menyerahkan Kazumi dan Rachel padanya. Namun, karena ia dihadang oleh anak buah Michael, Alex kesulitan untuk mendekati helikopter. Hingga pria itu akhirnya memilih untuk menghadapi serangan anak buah Michael dahulu sambil berpikir, apa yang akan ia lakukan untuk mampu menyelamatkan Kazumi dan juga Rachel yang ada di atas helikopter.Sementara itu, Rachel yang sudah berusaha untuk mencari celah agar bisa menerob
Jantung Rachel seketika berdetak kencang, karena rangkulan tangan Kazumi cukup membuat tubuh mereka menempel satu sama lain."Kenapa merangkulku?" tanya Rachel seperti orang bodoh."Kau sendiri terluka, tapi kau sibuk memperhatikan luka yang aku derita."Wajah Rachel bersemu merah mendengar apa yang diucapkan oleh Kazumi. Rasanya sulit untuk dilukiskan dengan kata-kata, tapi Rachel sangat menikmati perasaan itu karena sekian lama ia dan Kazumi menikah, tapi ia tidak pernah diperlakukan selembut ini oleh Kazumi. "Aku takut kehilanganmu, Zumi. Apapun aku lakukan agar kamu baik-baik saja.""Kenapa kamu begitu bodoh? Kau melakukan itu pada pria yang selama ini hanya bisa menyakitimu saja?""Itu namanya ikhlas. Aku mencintaimu dengan ikhlas, jadi bagaimanapun sikap kamu padaku, aku tidak peduli, hanya saja untuk bertahan terus menerus, aku juga tidak punya kekuatan, kalau seseorang yang ingin aku pertahankan tidak mau mempertahankan aku juga, itu sebabnya aku memilih untuk ikut dengan Er
Kazumi terdiam mendengar pertanyaan yang diucapkan oleh Rachel."Kau tidak mau menjawab?" tanya Rachel merasa tidak sabar untuk mendengar pengakuan Kazumi."Aku ..."Kazumi ingin menjawab pertanyaan itu, namun entah kenapa rasanya sangat sulit seolah lidahnya terasa kelu. Sementara Rachel tidak sabar menunggu apa yang diucapkan oleh Kazumi terkait pertanyaannya tadi."Baiklah, kalau kamu terlalu gengsi untuk mengakui bahwa kamu mencintaiku, bagaimana kalau kamu menjawab pertanyaan dariku dengan cara menyentuh?"Pandangan mata Kazumi mengarah pada bibir Rachel, dan entah kenapa rasanya ia kembali bergejolak. Sementara itu, Rachel meraih tengkuk sang suami dan perlahan ia mendekatkan bibirnya ke arah bibir Kazumi hingga itu membuat perasaan Kazumi semakin bertambah kacau.Ketika nyaris saja bibir Rachel menyentuh bibir milik Kazumi, tiba-tiba saja, ada suara bergemerisik di dekat mereka hingga keduanya langsung mengarahkan pandangannya ke mulut lubang batu di mana mereka berada khawat
Awalnya, Syena tidak berani membalas ciuman yang diberikan oleh Kazaya. Namun beberapa saat kemudian, rasa ragu Syena akhirnya musnah. Ia membalas ciuman yang diberikan oleh Kazaya padanya dengan penuh perasaan pula hingga akhirnya keduanya sama-sama tenggelam dalam perasaan mereka satu sama lain dan ketika perasaan itu ingin mendorong mereka melakukan hal yang lebih dari sekedar ciuman, buru-buru Syena dan Kazaya saling menarik diri dengan napas mereka yang memburu.Kazaya mengusap wajahnya yang terasa panas dan ia yakin sekarang ini wajahnya merah begitu juga dengan Syena. "Jadi, apa sekarang kita jadian?" tanya Syena dengan suara perlahan khawatir apa yang dialaminya tadi adalah sebuah mimpi atau hanya sebuah canda Kazaya saja karena pemuda itu biasanya juga sering melakukan sesuatu yang tidak dipikirkan dahulu."Asalkan kamu mau menunggu dulu sebelum akhirnya aku bisa melamar kamu, untuk sekarang aku masih harus menyelesaikan kekacauan yang sedang terjadi."Mendengar Kazaya meru
"Gue suka sama lu, Syena tapi gue tau, itu terlambat, dan-""Kenapa menyukaiku? Dan kenapa kamu baru mengatakan sekarang?" potong Syena hingga membuat Kazaya tidak bisa bicara untuk sejenak karena tidak tahu apa yang akan ia katakan untuk menjawab pertanyaan perempuan tersebut."Gue kagak tau kenapa gue suka sama lu, tapi mungkin karena lu begitu peduli sama keluarga gue, gue jadi merasa lu itu menganggap penting keluarga gue."Akhirnya, Kazaya menjawab pertanyaan Syena tapi Syena tidak puas dengan jawaban itu. Hingga ia melontarkan pertanyaan yang serupa tentang mengapa Kazaya baru mengatakan hal itu sekarang. "Karena gue benci, Kazumi bilang gue pecundang dan gue kagak suka dikatakan seorang pecundang karena ucapan itu membuat gue kagak berguna.""Jadi, Kazumi yang membuat kamu berpikir kayak sekarang?""Si bodoh itu kagak pernah jatuh cinta tapi dia lebih peka dari gue.""Sebenarnya, aku tahu kamu juga suka sama aku waktu kamu mencium aku di hutan itu."Wajah Kazaya berubah ketika
"Zaya. Enggak ada yang salah dengan pikiran kamu itu. Cari uang dengan mengandalkan bakat itu lumrah, yang enggak boleh dilakukan itu adalah, apapun akan dilakukan demi uang, pikiran kamu waktu dulu itu kan, karena kamu sulit mendapatkan uang, yang penting sekarang kamu udah sadar kalau seni itu juga penting."Dengan bijak, Syena menanggapi apa yang diucapkan oleh Kazaya agar pria itu tidak berlarut-larut dalam keterpurukannya.Kazaya diam tidak menanggapi apa yang diucapkan oleh Syena, hingga situasi di antara mereka senyap untuk beberapa saat.Dan kemudian...."Sampai sekarang, Alex aja kagak bisa melacak keberadaan Kazumi, padahal dia sangat andal melakukan pelacakan, semua sistem informasi yang diberikan oleh Alex pada Kazumi kayaknya kedeteksi, jadi keberadaan Kazumi kagak bisa diketahui di mana, yang jadi masalah, kalo bokap gue nanya dia di mana gue harus bilang apa? Gue benar-benar pusing sekarang.""Jujur aja.""Apa?"Kazaya seolah tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh
"Ah, enggak! Aku enggak mikir kayak gitu! Aku cuma ingin kamu lebih melakukan persiapan aja kalau ternyata kamu benar-benar hamil, kan?" kata Moa buru-buru menjelaskan.Wajah Rachel seketika suram mendengar apa yang diucapkan oleh Moa, hingga Moa mengira Rachel jadi seperti itu karena dirinya."Rachel, apa aku salah bicara?" tanya Moa dengan nada suara yang terdengar sangat hati-hati."Enggak. Enggak ada yang salah. Aku hanya berpikir bagaimana bisa aku mengatakan pada Kazumi bahwa dia ternyata tetap sehat meskipun pernah meminum obat anti kesuburan itu di masalalu? Dia aja enggak bisa dihubungi, rasanya menyedihkan."Mendengar apa yang diucapkan oleh Rachel, Syena mengusap punggung perempuan itu untuk sekedar menenangkan perasaan Rachel yang pasti terguncang karena kabar Kazumi yang bergabung dengan organisasi mafia tersebut."Yang penting itu kesehatan kamu dan bayimu dulu, kalau kamu sudah yakin kamu itu hamil, kamu bisa menjaga bayi ini dengan baik, masalah Kazumi, Kazaya pasti ak
Rachel terlihat salah tingkah mendengar pertanyaan yang diucapkan oleh Moa, hingga Moa tertawa kecil melihat ekspresi mantan istri pertama Kazumi tersebut. "Aku bercanda. Kau tidak perlu ambil hati, sejujurnya aku memang masih merasa cinta sama Kazumi, tapi aku tahu diri, Kazumi tidak pernah suka padaku, jadi aku tidak akan memikirkannya lagi, hanya saja kurasa itu perlu proses, jadi untuk sekarang aku ya masih memikirkan dia, maaf."Moa bicara dengan wajah yang terlihat sangat serius."Kazumi bukan milik siapapun lagi, jadi enggak ada yang bisa melarang siapapun untuk memikirkannya."Rachel menanggapi perkataan Moa, tapi Moa bisa melihat, itu hanya sesuatu yang sekedar diucapkan oleh Rachel saja. Ia bisa melihat, Rachel terlihat cemburu mendengar apa yang diucapkannya tadi hingga Moa sangat yakin, perempuan itu pasti masih sangat mencintai Kazumi."Rachel. Kazumi itu mencintai kamu, jadi kurasa kamu harus memperjuangkan perasaan kamu itu kalau memang kamu masih mencintai dia."Moa b
Jemari tangan Rachel yang sedang merangkai bunga terhenti seketika mendengar apa yang diucapkan oleh Radit. Radit merasa puas melihat perubahan yang terjadi pada wajah Rachel hingga laki-laki itu melangkah semakin mendekati posisi Rachel berada. "Kamu tidak tahu?" tanyanya setelah ia berada tepat di hadapan Rachel."Kamu ke sini hanya ingin membahas itu? Masih enggak suka juga kamu sama dia?" tanya Rachel beruntun."Rachel, aku peduli sama kamu, aku cuma enggak mau kamu kenapa-kenapa," kata Radit penuh dengan perasaan khawatir yang ia perlihatkan lewat sorot matanya."Aku dan Kazumi sudah bercerai, Radit. Urusan dia bukan urusanku lagi, jadi tolong pergi saja, jangan ganggu aku lagi!" pinta Rachel tanpa memberikan kesempatan pada pria itu untuk lebih banyak bicara lantaran ia sejak dulu memang sudah muak dengan pria tersebut.Namun, tidak bisa dipungkiri, apa yang dikatakan oleh Radit cukup membuat ia jadi kepikiran juga. Kazumi bergabung dengan organisasi mafia? Sepertinya tidak
Andreas menghela napas panjang mendengar apa yang diucapkan oleh Kazaya.Sebenarnya ia sekarang terpancing emosi, akan tetapi, ia tidak mau bertindak gegabah, meladeni kemarahan Kazaya hingga akhirnya pemuda itu bisa saja membuat galerinya hancur."Sebenarnya ada apa? Kamu marah marah seperti ini padaku? Apakah ada yang terjadi pada Kazumi?"Andreas tidak menanggapi ucapan mengandung emosi yang dikatakan oleh Kazaya tadi karena sebenarnya ia yakin bukan itu yang sedang bergolak di otak Kazaya.Kazaya bungkam mendengar pertanyaan Andreas. Ia mengusap wajahnya dengan kasar dan untuk sesaat ia tidak tahu harus bicara darimana untuk membeberkan segalanya."Asal kau tahu saja, Zaya. Aku memang dahulu pernah mendapatkan tawaran yang cukup menggiurkan dari Ernesto, bisa membuat lukisanku lebih meluas lagi ke seluruh dunia, namun, aku tidak menerima tawaran itu karena kupikir, aku tidak tega menodai sebuah karya seni."Karena Kazaya tidak kunjung bicara meskipun ia sudah melontarkan pertanyaa
Alex tidak langsung menjawab apa yang diucapkan oleh Kazaya dan berujung pertanyaan tersebut, karena ia memang sesuai yang diucapkan oleh Kazaya, merasa khawatir dengan apa yang sudah diputuskan oleh Kazumi tadi secara tiba-tiba.Hanya saja, karena ia tahu Kazumi tidak akan berbuat sembarangan tanpa berpikir dahulu resikonya, ia percaya apa yang dilakukan oleh Kazumi adalah hal yang memang harus dilakukan oleh majikannya tersebut."Ternyata, lu juga sama aja dengan gue, panik dengan apa yang dilakukan oleh Kazumi," sinis Kazaya yang membuat Alex menghela napas panjang mendengarnya."Iya. Aku akui aku juga sama khawatirnya dengan Tuan, tapi aku yakin, Tuan Kazumi tidak akan sembarangan bertindak, Tuan. Dia pasti sudah merencanakan hal itu dengan baik dan tahu resikonya."Alex akhirnya menanggapi apa yang dikatakan oleh Kazaya, dan itu membuat Kazaya memajukan bibirnya."Meskipun resikonya dipenggal?""Semoga Tuan Kazumi baik-baik saja."Alex tidak berani berpikir bahwa Kazumi akan dipe
"Gue cuma kagak mau ada orang lain yang terkena masalah karena keluarga kita!" jelas Kazaya dan itu membuat Kazumi tersenyum kecut meskipun ia sesekali mengerenyit menahan sakit karena luka yang dideritanya membuat punggungnya terasa perih."Peduli juga tidak apa-apa, kau memang harus melakukan hal itu padanya, sebelum terlambat.""Berisik!""Tuan. Ada laporan dari rekanku, katanya mereka sedang bentrok dengan anak buah Yurata."Saat Kazumi dan Kazaya bertengkar, Alex bicara seperti itu hingga pertengkaran yang terjadi pada saudara kembar itu terhenti seketika."Di mana mereka sekarang?"Baru saja Kazumi melontarkan pertanyaan itu pada Alex, tiba-tiba saja dari arah atas mereka terdengar suara seseorang memanggil, hingga mereka mendongakkan kepala mereka untuk mencari tahu siapa yang sedang memanggil mereka."Itu mereka!" kata Alex sambil mengarahkan telunjuknya ke atas. Sebuah tali terjulur dari atas dan tali itu bukan tali biasa tapi tali yang biasa digunakan oleh seseorang yang se