Senin ini suasana Sekolah SMA Harapan Tunas Bangsa ramai dengan murid yang berkumpul di lapangan. Sebentar lagi upacara bendera akan segera dilaksanakan murid-murid baris dengan tenang dan rapi. Namun, tidak dengan seorang gadis yang sedang panik mencari topi.
"Perasaan tadi topimya udah gw masukin ke dalem tas deh." Ia sibuk mengeluarkan barang-barang yang ada di dalam ranselnya.
"Ketinggalan kali." Ujar Gladys Senjana. Sedangkan, Tara Gradna ciela memutar matanya malas karena sudah hafal dengan sifat melody yang pelupa.
"Gw udah masukin kok, Serius deh tapi kok gak ada sih." Melody kembali mengobrak-abrik isi tasnya.
"Gw yakin ketinggalan dirumah. Lo kan pelupa orangnya melody." Tara menoyor kepala Melody lalu tara dihadiahi pelototan oleh Melody.
"Terus sekarang gw harus gimana? guguklah. ahhh gw gamau dijemur, Kemarin gw baru aja perawatan." Melody memasang wajah kesal.
"Gak usah gitu mukanya! pengen gw tabok rasanya." Dengus gladys.
"Gw gak mau dihukum! lagi terik banget, gak mau panas-panasan." Melody merengek
Tara dan Gladys yang melihat hanya dapat memutar matanya malas.
"Makanya jadi orang jangan males, Siapin semuanya dari kemarin-kemarin. Jadi orang kok males banget apa-apa maunya disiapin." Nasehat Gladys panjang lebar yang membuat melody mendengus kesal.
"Jahat kok gw malah diomelin sih." Melody mengerucutkan bibirnya kesal mendenger perkataan Gladys.
"Pinjam sana sama kelas sebelah siapa tau ada yang punya topi dua". Usul tara.
"Ah iya tara pintar, Gw pinjam sama baby derrel dulu ya, Byeee". Melody segera melangkahkan kakinya menuju kelas Derrel.
Derrel berada di kelas XI IPS 2. Hanya melewati 2 kelas dari kelasnya XI IPS 4.
"Baby Derrel." Panggil Melody.
Melody menghampiri lelaki bernama Derrel Rainer Aarav Yang memiliki sejuta pesona hingga siapa saja yang melihatnya pasti akan jatuh cinta dengan wajah tampannya bak pangeran.
"Pagi-pagi udah diapelin aja iri aku." Ujar Surya sambil memainkan alisnya.
"Ada melody, pagi cantik." Wira menggoda Melody sambil memakan permen karet lalu membuat balon.
"Pagi juga Wira ganteng tapi masih kalah ganteng sama Baby Derrel." Balas Melody dengan senyuman termanis tanpa rasa bersalah.
Melody mengalihkan tatapanya kearah Derrel yang sedang membaca buku sambil menggunakan earphone. Dengan senyum manis menghiasi. Melody melangkahkan kakinya menuju meja Derrel.
"Neng Melody sama Aa Surya aja ya, Jangan gangguin derrel, Lagi pms dia." Ucapan Surya membuat melody yang sedang menuju meja derrel menghentikan langkahnya.
"Idih ogah! Lo jelek." Melody dengan merasa tidak bersalah melanjutkan langkahnya.
"Nasib-nasib dibanding Derrel gw hanya butiran debu emang." Surya bercermin pada handphone sambil mengelus wajahnya. Devin dan Wira tertawa terbahak-bahak.
"Baby derrel." Melody memanggil Derrel dengan nada manja. Derrel menghela nafas kasar.
"Baby tau gak sih?"
"Gak tau! dan gak mau tau." Sarkas Derrel tetap fokus membaca buku
"Jahat banget sih kamu sama aku." Derrel menatap tajam melody.
"bacot!" Melody mencebikan bibirnya mendengar umpatan kasar yang derrel berikan.
"Topi aku ketinggalan dirumah, Kalo aku ga pake topi nanti aku dijemur panas tau." Derrel mengernyitkan dahi.
"Jika topi miliknya ketinggalan, urusanya apa dengan dia?" batinnya
"Urusan sama gw?"
"Mau pinjam topi Baby Derrel. Aku gak mau dihukum gara-gara gak pake topi, Panas tau." Melody menggelayuti lengan derrel yang langsung dilepaskan secara kasar.
"Bukan urusan gw." Derrel bangkit lalu pergi begitu saja tanpa menoleh sedikitpun.
"Derrel ih! kok aku ditinggal sih?" Melody berteriak sambil menghentakan kakinya kesal.
Melody menatap teman sekelas Derrel yang sedang menatapnya dengan iba. Namun, ada juga yang senang dan menahan tawanya karena melihat Melody yang diabaikan oleh Derrel.
"Ngapain lo semua liatin gw! Mau gw colok tuh mata." Melody berteriak galak. Membuat semuanya kembali pada kegiatan masing-masing.
"Lo pake aja punya gw." Devin menyodorkan topinya. menawarkan Melody untuk memakai topi miliknya.
"Eh, tapi lo gimana? Nanti lo dihukum lagi." Melody mengerjapkan mata menatap Devin dan topinya secara bergantian.
"Paling cuma disuruh lari, Nih ambil." Ujar devin santai.
Melody menatap topi itu. Ia cukup tergiur. Sebenarnya hukuman sudah menjadi makanan sehari-harinya selama di sekolah. Namun, ia sedang malas di hukum. Apalagi pagi ini matahari cukup terik. Sama saja bohong dia perawatan tapi panas-panasan
"Gak usah deh Devin, Makasih ya udah baik sama gw." Melody menolak topi Devin. Karena merasa tidak enak.
"Terus lo gimana?" Tanya Wira. 00Melody malah tersenyum lebar.
"Paling dihukum, Tenang."
"udah sering dihukum gw, jadi ga masalah." Mereka bertiga terkekeh mendengar ucapan Melody.
"Ah udah mau mulai upacaranya. Yuk ke lapangan nanti diteriakin sama si bapak botak" Melody mengajak ketiga cowo itu untuk segera menuju lapangan.
Tara dan Gladys menghampiri Melody begitu melihat Melody sedang bersama ketiga teman Derrel.
"Beneran nih Mel, lo gak mau pake punya kita?" Tanya Surya meyakinkan Melody untuk menerima topi salah satu dari mereka.
"Iya gak usah udah sana kalian baris hushushus." Melody mengusir ketiganya.
"Yauda. kita baris ya, dah neng melody muachh." Surya memberikan flaying kiss. Yang dibalas Melody dengan pelototan mata. Akhirnya ketiga cowo itu meninggalkan Melody bersama Gladys dan tara.
"Gimana dapat?" Tanya Tara. Melody menggelengkan kepalanya sambil mengerucutkan bibirnya.
"Derrel gak mau pinjamin."
"Yauda, lo pake punya gw aja." Tara melepaskan topinya lalu memasangkanya ke kepala Melody.
"Gak usah nanti malah lo yang kena hukum." Melody mengembalikan topi milik Tara.
"nanti lo di hukum, pake aja."
"Sans kali, gw udah sering di hukum." Melody menjawab dengan santai. Tara gemas dengan sikap Melody yang satu itu.
"Gw gak papa, walaupun perawatan gw sia-sia jadinya it's ok."
"Bego!"
"Aww sakit Gladys." Melody meringis ketika Gladys memukul kepala belakangnya.
"pokoknya kalian gak usah khawatir. Oke? Udah sana balik ke barisan, biasanya juga seneng lo berdua liat gw menderita." Melody mengusir kedua temannya.
Melody melangkahkan kakinya menuju barisan anak-anak yang tidak memakai atribut lengkap. Tempat yang sangat panas karena terkena cahaya matahari.
"Melody ikut barisan sini? kasih tempat."Kaesang heboh begitu melihat Melody.
kaesang merupakan salah satu anggota Petrios. Meminta teman-temanya untuk memberi tempat."Kok lo baris disini?." Tanya Kaesang.
"Hmn iya nih gw gak bawa topi." Jawab Melody yang dibalas anggukan oleh Kaesang.
"Sering-sering aja, kan seger kalo liatin lo. Bosen gw liat tuh 2 curut."
"Enggak ah. Panas nanti kulit gw item." Mereka tertawa mendengar ucapan Melody.
"Jangan takut item mel, tenang ada Babang Kae yang bakal bayarin lo skincarean." Ujar Putra.
"Tenang beb, ada aku." Kaesang merangkul melody
"Idih geli! sana lo jauh-jauh, gak usah deket-deket gw." Melody memperingati Kaesang sambil bergeser sedikit memberi jarak diantara mereka.
"Bapak gw peng-u-saha. gak perlu gw duit lo."
"Galak." Kaesang mencolek dagu Melody
"Gw hajar lo! sekali lagi berani pegang gw." Melody memberikan kepalan tanganya ke arah Kaesang.
"Upacara pengibaran bendera akan segera dimulai harap tenang."Intrupsi itu membuat Kaesang dan kawan-kawanya berhenti menggoda Melody.
-
-
-
Upacara dilaksanakan dengan tenang dan hikmat. Tak terasa upacara sudah mau selesai dilaksanakan. Selama upacara berlangsung Melody merasa gerah. Sekali-kali Melody mengibaskan tanganya ke wajah.
"Panas ya?" Kaesang bertanya pada Melody
"Udah tau nanya lagi lo." Melody menjawab dengan nada kesal.
"Ditanya ngegas mulu cantik. Padahal niat aku baik pengen tiupin kamu, supaya gak kepanasan." Kaesang mencondongkan tubuhnya ke depan lalu meniupi Melody
"Gak perlu! tutup aja mulut lo, Bau congor." Kata Melody dengan savagenya.
"Enak aja! Cogan kaya gw bau congor, noh si yogi yang bau congor bukan gw."
"Lah napa jadi gw kae yang kena? Salah apa ya tuhan? kenapa aku selalu salah kaya mba isyana?" Yogi mengangkat kedua tanganya seperti orang yang sedang berdoa.
"Maudy bego." Sela Kaesang
"Idiot ya lo berdua. udah dua-duanya salah, ngotot lagi."
"Raisa! bukan isyana ataupun maudy tolol". Sarkas Rangga. Maudy mendengus kesal mendengar percakapan mereka.
Tidak terasa upacara berjalan dengan lancar. Dan sekarang murid yang tidak memakai atribut berada di tengah lapangan.
"Kalian sudah berapa kali bapak bilang! Pakai atribut sekolah yang lengkap!"
"Kamu! Kenapa gak pake topi yogi?" Tanya guru tanpa rambut bernama pak budiman memarahi murid-murid yang melanggar aturan.
"Topi saya pergi pak, Meninggalkan saya seperti doi yang pergi tanpa pamit." Perkataan Yogi membuat seluruh siswa tertawa.
"Topi aja ninggalin lo apalagi cewek, pantes jomblo hahaha."
"Makanya skincarean supaya glowing, gak buluk." Celetuk Rangga.
"Anjing lo ya! suka bener kalo ngomong." Tawa kembali meledak ketika Yogi membenarkan ucapan mereka.
"Udah-udah. Kamu juga melody kemana topi kamu?" Pak Budiman bertanya kepada Melody. Melody segera meredakan tawanya.
"Topi saya ketinggalan pak, Semalam udah saya masukin ke tas suwer deh pak." Melody membentuk huruf v dengan jarinya.
"Tapi topinya pas mau di pakai hilang."
"Dasar! besok-besok jangan ketinggalan, Sekarang lari keliling lapangan 10 kali dan untuk melody 5 kali."
"Bapak pilih kasih nih." Protes Rangga.
"Teganya dirimu, selalu menghukumku yang tak pernah untuk tidak bisa menghukum diriku."
"Goblok! lagu orang diganti-ganti kena hak cipta tolol." Kaesang memukul kepala Yogi.
"Kaesang mulut kamu." Pak budi menatap tajam kaesang.
"Eh iya lupa ada bapak. Bapak sih botak bikin silau jadi gak keliatan deh, Ups hehe peace pak." Kaesang menutup mulutnya.
"Kaesang hukuman kamu bapak tambah jadi lari 15 kali putaran."
"Mampus lo!" Ujar Nelody.
"Eh enggak pak, 10 kali aja udah cukup."
"peace." Kaesang membentuk huruf V.
"Melody baru pertama kali tidak memakai atribut walaupun dia tukang bikin onar"
"Tidak seperti kalian! tiap senin selalu langganan, bikin onar. lama-lama bapak bisa botak."
"Lah kan bapak emang botak. gak sadar?" pak budiman melotot ketika mendengar ucapan Melody membuat yang lain tertawa terbahak-bahak.
"Cepat laksanakan hukuman kalian!"
"Ingat kaesang! 15 kali tidak ada protes atau bapak tambah lagi."
"Sekarang kalian semua lari!"
Mereka semua melaksanakan hukumanya. Melody berlari menggelilingi lapangan sebanyak 5 kali. Nafasnya terengah-engah setelah berlari. Keringat membanjirinya.
"ternyata seru juga ya dihukum bareng sama lo pada." Mereka terkekeh mendengar ucapan melody.
"Makanya sering-sering ngelanggar aturan bareng kita, Supaya bisa ngerasain sensasinya dihukum bareng kita." Ujar Fero.
"Derrel." Melody berteriak begitu melihat derrel di lorong kelas. Mengabaikan ucapan Fero.
"Gw udah 5 putaran."
"gw duluan, ya. Bye." Melody pergi meninggalkan lapangan dan segera menghampiri derrel di koridor.
"Derrel tau aja aku lagi haus Abis disuruh lari puterin lapangan." Melody langsung merampas dan meminumnya sebelum persetujuan Ferrel.
"bukan buat lo. Ganti!" Derrel menatap tajam melody.
"Pelit banget sih sama calon pacar sendiri." Dengus melody
"Lagian. Kamu gak mau pinjamin aku topi jadi aku dihukum deh, tuh liat aku." Derrel tidak menanggapi ocehan Melody dan memilih untuk meninggalkanya.
"Derrel! aku kan lagi ngomong. Ish derrel nyebelin, Awas aja ya kamu". Teriak Melody membuat anak-anak yang berada di lorong melihat ke arahnya
"Apa liat-liat! Gak pernah liat orang cantik" Melody berbalik mengibaskan rambutnya segera melangkahkan kaki menuju ruang kelas..
-
-
-
Tbc guys
Siswa siswi kelas XI Ips 4 berbondong-bondong keluar kelas. karena sudah masuk jam istirahat."kantin, yuk." Tara mengajak Melody dan Gladys untuk ke kantin."Ayo! gw laper pengen makan bakso mang ujang." Ujar Gladys sambil mengusap perutnya."Gw lagi nanggung ini. Kalian aja, gw gak ke kantin males." Tolak Melody."Lo belum makan. nanti maag lo kambuh, makan dulu nanti lanjut lagi." Tara memaksa Melody untuk makan"Tau! Ayo makan dulu. Muka lo juga pucet itu" Melody menggelengkan kepalanya."Enggak mau!gw males jalan. tau sendiri tadi gw dihukum, kaki gw pegel banget" Mel
Mobil Melody memasuki salah satu komplek perumahan mewah di jakarta.Ketika mobil berhenti Melody menghela nafas. Melody berusaha untuk menampilkan senyumanya lalu setelahnya ia segera masuk ke dalam rumah dengan di iringi senyuman."Assalamualaikum. Bunda, Melody pulang." Melody berteriak memanggil bundanya."Waalaikumsalam. Bunda ada di dapur sayang." Melody menghampiri Lestari. dapat Melody lihat Lestari sedang berkutat dengan adonan kue."Bunda." Melody memeluk Lestari dan Lestari pun mengambutnya dengan senang hati."Anak bunda udah pulang. loh sayang kamu abis nangis, ya?" Lestari bertanya ketika melihat mata Melody merah."enggak kok bun, tadi mata aku kemasukan debu aku kucek eh malah merah." Melody menampilkan cengiranya membuat Lestari menggelengkan kepalamya."Lain kali hati-hati. Kasih obat tetes mata ya, supaya gak tambah merah." Melody mengangguk"Bunda lagi bikin apa?" Tanya melody melihat dapur yang lumayan berantaka
Seorang wanita dengan pakaian terbuka menuju tengah jalan antara motor ivanka dengan Derrel. Membawa bendera berwarna putih lalu berteriak."Satu!""Dua!""Tiga! mulai." Setelah aba-aba terakhir motor Ivanka dan Derrel melaju dengan kencang di iringi dengan sorakan.Derrel dan Ivanka saling menyalip untuk memimpin hingga menit terakhir Derrel segera menambah laju kecepatanya meninggalkan Ivanka di belakang."Yesss. My Baby Derrel." Pekik Melody melihat Derrel sampai pada garis finish lalu berlari kearah Derrel."Yuhuuuu! Derrel My Bro." Teriak Surya. Derrel membuka helmnya. Ivanka menggeram kesal menghampiri Derrel."Jangan seneng dulu lo bisa menang, tunggu pembalasan gw Derrel pembawa sial." Ancam Ivanka kepada Derrel lalu mengalihkan pandangnya kepada Melody."Dan, lo cantik. sampai ketemu lagi." Ivanka lalu meninggalkan arena balapan disusul 4 orang temannya. Lalu mengacungkan jari tengahnya. Devin segera menghampiri Derrel.
Derrel memejamkan mata mendengarkan lagu melalui earphone yang menempel ditelinganya sambil menyenderkan tubuhnya. Suasana yang sepi dan tenang membuat memori tentang seseorang dimasa lalu terputar dengan sendirinya.senang, bahagia, sedih,, kecewa,dan rindu menjadi satu entahlah kata apa yang tepat untuk mendeskripsikan perasaanya saat ini."Woy. Dicariin ternyata ada disini."Suara nyaring Surya membuat Derrel membuka matanya melihat kedatangan tiga temannya, merasa terganggu dengan kehadiran mereka."Mabal sendirian aja, Bos." Ujar Wira"Ngajak-ngajak napa." Derrel berdecak ketika mendengar ketiga temannya memecahkan keheningan yang sejak tadi tercipta."Bacot." Derrel melepaskan earphone nya."Btw, dicariin sama baby melody lo noh." Ujar Wira"katanya gini. Heem heem bapak wira tolong perankan menjadi saya" Surya berdeham dan meminta Wira untuk memerankan dirinya. Yang
Melody membuka matanya mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk begitu sudah dapat melihat dengan jelas ia melihat langit-langit berwarna putih."Melody sadar." Gladys begitu melihat Melody membuka matanya."Melody apa yang lo rasain? Kepala lo sakit, ya?" Tanya Gladys panik. Mereka begitu senang karena Melody membuka matanya. Melody hanya diam saja, tidak memberikan jawaban."Syukur deh lo bangun, gw degdegan anjir kalo sampe lo koit. Tapi kalo lo koit gak papa si, lumayan koleksi sepatu lo bisa buat gw." Ujar Tara dengan tidak tahu dirinnya.Melody tetap belum merespon ucapan Tara dan juga Gladys ia sibuk mengingat tentang apa yang terjadi."Gw kok ada di uks?" Tanya Melody begitu menyadari kalau dirinya sedang berada di uks dan juga tangan nya yang di infus."Lo tadi pingsan gara-gara liat darah. tuh, kepala lo luka." Jawab Tara menunjuk pelipis Melody yang te
Kediaman keluarga Aarav begitu ramai. Para pelayan sibuk menyiapkan makan malam mewah. Menyambut kepulangan Prasetyo King Aarav setelah selama sebulan Pras disibukan dengan acara pembukaan cabang baru di Inggris, dan mengatasi tikus-tikus kecil yang ingin menjatuhkan bisnisnya. Akhirnya setelah semuanya selesai Pras bisa pulang ke tanah air menemui keluarga kecilnya."Ini biar saya aja yang tata, kalian kerjakan yang lain saja." Vania ikut sibukMenyiapkan semuanya. ya, begitulah vania. Walaupun nyonya di keluarga Aarav. Namun, ia tidak bisa jika hanya berdiam diri saja. Tubuhnya seperti gatal jika tidak bergerak."Duh! Vania kebiasaan deh lo. Udah duduk yang anteng. Laki lo bentar lagi sampe kaya cacing pucuk lo, gak bisa diem." Lestari memprotes. Ia jengah melihat Vania yang berlalu lalang. Ia juga turut membantu namun tidak grasak grusuk seperti Vania."Gw tuh degdegan, keringet dingin nih gw." Vania mengipas-ngipas
Warning!Selamat menikmati hidangan"Kami malaikat..malaikat kematian jika kami diusik"-PETRIOSMelody memperhatikan pak supratman yang sedang menjelaskan tentang senyawa kimia yang sama sekali tidak ia mengerti. Lagi ia anak ips tapi disuruh belajar materi anak ipa.Melody membenamkan kepalanya ke lipatan tangan yang ia taruh diatas meja.Pikirannya terus melayang memikirkan kejadian antara dirinya dan Derrel saat berada di dalam kamar cowok itu.Dan itu sungguh begitu mengusik otaknya seperti kaset kusut yang selalu terputar berulang-ulang. Ia terus berpikir mengapa Derrel menciumnya? apakah Derrel sudah mulai suka padanya?ahhhhh kalo kaya gitu gak apa first k
Warning!Jangan lupa vote+komenSelamat menikmati hidangan~~~~~~~~DERREL~~~~~~~~Anggota Petrios saat ini sedang berada di dalam ruang rawat inap. Tempat Gerry di rawat. Lukanya tidak terlalu parah, hanya saja ia menerima 4 jahitan di lengannya Yang tergores belati cukup dalam saat melawan anak Cravit yang mengeroyoknya."Ma bro Gerry, gimana keadaan lo?kok lo gak dead?" Surya menyapa sembari berteriak."Babi! Lo mau gw mati gitu? Bukan alhamdulillah gw masih nafas. Sini lu anjir gw pites-pites pala lu." Geram Gerry. jika saja saat ini tanganya tidak di infus sudah ia ajak gulat Surya. Tawa seketika meledak."Gimana keadaan lo?" Tanya Derrel. Gerry menatap Derrel lalu mengangguk."Gak papa bro memar doang sama ini robek kena cium belati" Gerry menunjukan lengannya yang terbalut perban."Syukur kalo gitu.sor
WARNING!!SELAMAT MENIKMATI HIDANGAN:v~~~~~DERREL~~~~~~Melody baru saja melihat Derrel dari ruang ganti. Sepertinya cowok itu sudah selesai latihan basket. Dengan senyun yang merekah Melody segera menghampiri Derrel yang sedang sibuk dengan ponselnya."DOR." Melody mengejutkan Derrel. Namun, yang di kejutkan sepertinya tidak terkejut. terlihat dari wajahnya yang datar. Melody mengerucutkan bibirnya ke bawah"Ishhh kok gak kaget." Derrel menatap dingin Melody."Trik murahan." Derrel melewati Melody begitu saja. Melody segera menyusul Derrel dan berhenti di depan Derrel sambil merentangkan tangannya."Derrel, pulang bareng, ya?""Gak.""Pokoknya pulang bareng yuk." Dengan tidak tahu dirinya Melody menggandeng lengan Derrel yang langsung saja Derrel tepis dengan
Warning! SELAMAT MEMBACA ~~~~~DERREL~~~~~ Melody melihat area sekolah ternyata masih sepi hanya beberapa orang saja yang sudah datang yang kemungkinan murid rajin dan murid yang melaksanakan piket pagi ini. Ya jelas saja masih sepi pelajaran pertama dimulai pukul 07.00 pagi. Sedangkan, Melody datang pukul 06.10 terlalu rajin memang. Tapi tidak masalah demi menghindari Derrel ia rela menjadi rajin. Brukk "Awshhh." Melody mengerang merasakan sakit pada telapak tangan dan dengkulnya. "Arghh! Tali sepatu sialan." Melody berteriak, melihat tali sepatu yang terlepas dan mengakibatkan dirinya jatuh. Melody mengibaskan tangan begitu juga rok dan lututnya yang kotor. "sial banget gw pagi-pagi." Melody mengikat kembali tali sepatunya. "Awas aja lo, Ya. Sampe lepas lagi gw lempar." Melody berbicara kesal pada lalu memukul sepatunya. "Permisi." Melody segera menoleh begitu ada yang menepuk bahunya. Dan mendap
Warning!Typo bertebaran!!Jangan lupa vote and komen guys!!~Selamat Menikmati Hidangan~~~~~~~~DERREL~~~~~~~~Pukul 10 pagi Melody masih bergelung di bawah selimut untung saja sekarang hari sabtu, sekolah libur. tubuhnya seperti remuk-remuk. Kepalamya juga terasa berat mungkin karena efek menangis semalaman. Malas sekali rasanya Melody bangun padahal cacing diperutnya sudah berdemo sejak tadi.Toktoktok"Sayang." Panggil Lestari sambil mengetuk pintu kamarnya. Lestari membawa sarapan untuk putrinya karena Melody sudah melewatkan waktu sarapannya. Melody membuka selimutnya."Masuk aja, Bun." Sahutnya. Lestari membuka pintu kamar dan melihat Melody yang masih bergelut di atas kasur lalu menghampiri putri semata wayangnya itu."Kata bibi, Kamu gak enak badan makanya gak ikut sarapan. Kamu sakit?". Lestari
Warning!Jangan lupa vote+komenSelamat menikmati hidangan~~~~~~~DERREL~~~~~~~~Melody melihat ke kanan kiri mencari keberadaan Derrel namun tak kunjung bertemu dengan cowok itu. Sepertinya Derrel benar-benar ingin menghindarinya hingga susah sekali di cari. ah mengesalkan sekali padahal ia ikut ke party anak petrios untuk bertemu Derrel."Kaesang!" Panggil Melody begitu melihat Kaesang yang berada di ruang tengah."Lo dateng mel?" Melody mengangguk."Lo liat beby Derrel gaK?" Tanya Melody. Kaesang mengernyitkan dahinya mencoba mengingat-ingat."Kayaknya tadi Derrel ke atas deh,Mel. Gak tau sih ke lantai 2 atau 3. Tapi feeling gw kayaknya ke lantai 3, tau sendiri si Derrel gak suka keramaian." Ujar Kaesang menunjuk lantai atas."Ohh oke makasih, Kaesang.""Sama-sama Melody cantik." Melody berlalu menuju lantai 3. Di
Warning!Jangan lupa vote+komenSelamat menikmati hidangan~~~~~~~~DERREL~~~~~~~~Anggota Petrios saat ini sedang berada di dalam ruang rawat inap. Tempat Gerry di rawat. Lukanya tidak terlalu parah, hanya saja ia menerima 4 jahitan di lengannya Yang tergores belati cukup dalam saat melawan anak Cravit yang mengeroyoknya."Ma bro Gerry, gimana keadaan lo?kok lo gak dead?" Surya menyapa sembari berteriak."Babi! Lo mau gw mati gitu? Bukan alhamdulillah gw masih nafas. Sini lu anjir gw pites-pites pala lu." Geram Gerry. jika saja saat ini tanganya tidak di infus sudah ia ajak gulat Surya. Tawa seketika meledak."Gimana keadaan lo?" Tanya Derrel. Gerry menatap Derrel lalu mengangguk."Gak papa bro memar doang sama ini robek kena cium belati" Gerry menunjukan lengannya yang terbalut perban."Syukur kalo gitu.sor
Warning!Selamat menikmati hidangan"Kami malaikat..malaikat kematian jika kami diusik"-PETRIOSMelody memperhatikan pak supratman yang sedang menjelaskan tentang senyawa kimia yang sama sekali tidak ia mengerti. Lagi ia anak ips tapi disuruh belajar materi anak ipa.Melody membenamkan kepalanya ke lipatan tangan yang ia taruh diatas meja.Pikirannya terus melayang memikirkan kejadian antara dirinya dan Derrel saat berada di dalam kamar cowok itu.Dan itu sungguh begitu mengusik otaknya seperti kaset kusut yang selalu terputar berulang-ulang. Ia terus berpikir mengapa Derrel menciumnya? apakah Derrel sudah mulai suka padanya?ahhhhh kalo kaya gitu gak apa first k
Kediaman keluarga Aarav begitu ramai. Para pelayan sibuk menyiapkan makan malam mewah. Menyambut kepulangan Prasetyo King Aarav setelah selama sebulan Pras disibukan dengan acara pembukaan cabang baru di Inggris, dan mengatasi tikus-tikus kecil yang ingin menjatuhkan bisnisnya. Akhirnya setelah semuanya selesai Pras bisa pulang ke tanah air menemui keluarga kecilnya."Ini biar saya aja yang tata, kalian kerjakan yang lain saja." Vania ikut sibukMenyiapkan semuanya. ya, begitulah vania. Walaupun nyonya di keluarga Aarav. Namun, ia tidak bisa jika hanya berdiam diri saja. Tubuhnya seperti gatal jika tidak bergerak."Duh! Vania kebiasaan deh lo. Udah duduk yang anteng. Laki lo bentar lagi sampe kaya cacing pucuk lo, gak bisa diem." Lestari memprotes. Ia jengah melihat Vania yang berlalu lalang. Ia juga turut membantu namun tidak grasak grusuk seperti Vania."Gw tuh degdegan, keringet dingin nih gw." Vania mengipas-ngipas
Melody membuka matanya mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk begitu sudah dapat melihat dengan jelas ia melihat langit-langit berwarna putih."Melody sadar." Gladys begitu melihat Melody membuka matanya."Melody apa yang lo rasain? Kepala lo sakit, ya?" Tanya Gladys panik. Mereka begitu senang karena Melody membuka matanya. Melody hanya diam saja, tidak memberikan jawaban."Syukur deh lo bangun, gw degdegan anjir kalo sampe lo koit. Tapi kalo lo koit gak papa si, lumayan koleksi sepatu lo bisa buat gw." Ujar Tara dengan tidak tahu dirinnya.Melody tetap belum merespon ucapan Tara dan juga Gladys ia sibuk mengingat tentang apa yang terjadi."Gw kok ada di uks?" Tanya Melody begitu menyadari kalau dirinya sedang berada di uks dan juga tangan nya yang di infus."Lo tadi pingsan gara-gara liat darah. tuh, kepala lo luka." Jawab Tara menunjuk pelipis Melody yang te
Derrel memejamkan mata mendengarkan lagu melalui earphone yang menempel ditelinganya sambil menyenderkan tubuhnya. Suasana yang sepi dan tenang membuat memori tentang seseorang dimasa lalu terputar dengan sendirinya.senang, bahagia, sedih,, kecewa,dan rindu menjadi satu entahlah kata apa yang tepat untuk mendeskripsikan perasaanya saat ini."Woy. Dicariin ternyata ada disini."Suara nyaring Surya membuat Derrel membuka matanya melihat kedatangan tiga temannya, merasa terganggu dengan kehadiran mereka."Mabal sendirian aja, Bos." Ujar Wira"Ngajak-ngajak napa." Derrel berdecak ketika mendengar ketiga temannya memecahkan keheningan yang sejak tadi tercipta."Bacot." Derrel melepaskan earphone nya."Btw, dicariin sama baby melody lo noh." Ujar Wira"katanya gini. Heem heem bapak wira tolong perankan menjadi saya" Surya berdeham dan meminta Wira untuk memerankan dirinya. Yang