Dengan memendam rasa penasaran Meyra membuka kado dari suaminya.Matanya kemudian terbeliak lebar, ketika menatap benda berkilau yang sekarang sudah ada dalam genggamannya.“Gelang ini ...?” Meyra bertanya sembari mengernyitkan dahinya karena gelang itu sama persis seperti pemberian suaminya bertahun silam ketika mereka baru saja menikah, sebuah kado yang diberikan saat dirinya berulang tahun.“Aku tahu gelang itu sudah putus, aku sempat memeriksanya saat membuka kotak perhiasan milikmu yang masih kamu simpan di wardrobe kamar kita di rumah mami.”Meyra tertegun memandangi gelang yang memiliki aksen seperti bentuk hati di tengahnya.Saat itu Meyra sempat merasakan sebuah firasat buruk saat gelang yang biasa ia pakai itu mendadak putus. Sekarang Meyra yakin jika itu adalah pertanda tentang suaminya yang sudah menduakannya dengan sahabatnya sendiri, seorang sahabat yang kini berbalik memusuhinya.Tanpa Meyra minta Nehan kemudian memasangkan gelang itu pada tangan Meyra.Meyra terdiam da
“Katakan Mey, kenapa kamu keberatan untuk menginap di hotel ini?” Nehan menegaskan pertanyaannya.Meyra mendesah jengah, meski begitu ia masih bergeming.Nehan kembali berusaha membujuk istri pertamanya itu.“Dengar Mey aku sudah meluangkan waktu ini untuk kamu, dan aku pastikan di sini tidak akan ada yang mengganggu kita.”Meyra kembali menarik nafas panjang lalu menatap lebih lekat wajah suaminya.“Lalu bagaimana dengan Sekar, istri keduamu itu?” tanya Meyra lugas.Nehan mendengus malas.“Kenapa kamu menyebut nama dia di saat kita hanya berdua seperti ini dan aku benar-benar ingin menghabiskan waktu bersama kamu?”“Nyatanya dia selalu membutuhkan kamu dan jangan lupakan pula dengan anak-anak kalian. Jadi aku pikir sebaiknya kamu pulang saja Mas.” Meyra memilih bersikap tegas, karena ia merasa sangat lelah terus menerus disalahkan oleh keluarga suaminya itu, yang selalu menganggap Meyra ingin menguasai Nehan hanya untuk dirinya saja.Hanya karena Nehan terlalu terang menunjukkan rasa
Ketika melihat sosok Sekar sedang berdiri di ambang pintu dengan memberikan tatapan yang begitu tajam ke arah dirinya, Meyra langsung menarik nafas jengah.Untuk ke sekian kali ia harus menghadapi kecemburuan istri kedua suaminya.Meyra segera bisa menebak kata-kata apa yang akan Sekar lontarkan padanya.“Persilakan saja dia masuk, Fitri,” ucap Meyra pada asistennya yang sempat memperingatkan Sekar bahwa jam praktek sudah selesai.Fitri melirik sejenak ke arah Meyra dan kemudian memberikan jalan pada Sekar yang sudah memasang wajah penuh amarah untuk masuk ke dalam.“Kamu bisa langsung pulang Fit, tak usah menunggu aku.”Fitri menganggukkan kepalanya.“Baik, Dok,” jawab Fitri sembari segera menutup pintu ruangan dan kembali ke tempat kerjanya mulai bersiap untuk pulang.Sementara Meyra mulai menghadapi tamunya yang tak diundang itu, dengan tatapan tenang.“Aku tahu semalam Mas Nehan pasti bersama kamu,” sergah Sekar langsung melontarkan kata-katanya yang pedas.Meyra melihat sekarang
“Aku tak mau tahu malam ini kamu harus tetap di rumah Mas,” sergah Sekar keras pada sang suami yang sudah terlihat rapi dan bersiap untuk pergi.Nehan hanya melirik sekilas pada istri keduanya itu, tetap saja melangkah menuruni anak-anak tangga.Nehan benar-benar mengabaikan Sekar yang bahkan sekarang sudah mulai mengejarnya.“Ini pertemuan penting, aku tak bisa membatalkannya, ada seorang investor dari USA yang tertarik untuk menanamkan modal di perusahaan.”Meski kesal dengan rajukan Sekar tapi Nehan tetap berusaha sabar dan memberikan penjelasan bahwa pertemuan malam ini benar-benar tak bisa ditunda.“Tapi kenapa harus dengan Meyra, bukankah aku ini juga istri resmi kamu Mas?” tolak Sekar yang masih saja menunjukkan keberatannya. Tentu saja Sekar keberatan saat Nehan mengatakan bahwa dia akan menemui investor itu dengan didampingi Meyra, ist
Nehan memandang dengan jengah pada sosok beriris biru itu yang kini bahkan menatap begitu lekat pada istrinya yang sedang berada dalam gandengan tangannya.“Kamu juga ikut datang Ken?” tanya Meyra ramah saat melihat pria itu mulai mendekati mereka.Nehan semakin mengeratkan tangannya, membuat Meyra segera tersadar bahwa suaminya tak pernah suka jika melihatnya akrab dengan sosok yang sebenarnya masih saudara sepupu suaminya sendiri itu.“Kenapa aku harus melihatmu di tempat seperti ini?” gumam Nehan yang tak bisa menyembunyikan kekesalannya.Setelah itu Nehan mengajak Meyra bergabung bersama dengan teman-temannya yang lain, para kolega bisnisnya.Nyatanya Kenrich juga ikut duduk di sana, terlibat dalam pembicaraan itu karena circle mereka yang ternyata sama. Teman-teman Nehan juga teman-teman Kenrich dan ia menerima ajakan itu untuk meluaskan sayap bisnisnya di negara ini. Kenrich sudah bersiap melakukan ekspansi di sekitar Asia Tenggara dengan menjadikan Indonesia sebagai pusat kenda
Gerimis membawa aroma petrikor yang kuat, menghanyutkan Meyra yang sedang memandang tanah yang basah dari balik jendela kamarnya dengan aura muram yang membelenggu. Sudah beberapa waktu ini Meyra tak mendapat kunjungan dari suaminya. Ada sebentuk rasa rindu yang meruap hati. Bayangan kemesraan yang pernah mereka lewati menyesakkan dada wanita cantik itu yang kini harus membagi sosok sang suami dengan wanita lain. Perlahan Meyra mulai menyusut bening di matanya, berusaha mengabaikan nuansa sendu yang mendadak menghampiri. Meyra memutuskan untuk mengenyahkan rasa sepinya ini dengan kegiatan yang lain. Saat libur seperti ini, Meyra selalu tak bisa membuang rasa sepinya. Tanpa ada kegiatan berarti membuat wanita itu merasakan hampa. Akhirnya tanpa berpikir panjang ia memutuskan untuk menghubungi sahabatnya yang selama masih kuliah dulu sering menghabiskan waktu bersama. Seseorang yang juga berprofesi sama sepertinya seorang dokter meski dengan spesialisasi yang berbeda, karena Widya ad
“Apa kamu percaya lelaki seperti itu yang sedang memperlakukan wanita yang lain dengan begitu mesra masih menyimpan cinta untuk kamu?”Widya kembali memperjelas pertanyaannya.Meyra tercekat diam. Kesedihannya sudah terlalu dalam menghujam hati.Sampai akhirnya ia tak sanggup lagi menahan derai air mata di wajahnya.“Bahkan istri kedua Nehan sekarang sudah mengandung lagi, apa kamu masih tetap akan mempercayai ucapan lelaki seperti itu Mey? Cukup, cukup Mey, hentikan semuanya kalau kamu tak bahagia.” Widya seakan memberi ultimatum pada Meyra yang sebelumnya bahkan masih mempertahankan cinta di dalam hatinya.“Apa kamu pikir kamu tak bisa mendapatkan lelaki lain yang bisa mencintai kamu? Carilah kebahagiaan kamu sendiri, kamu berhak untuk menjalani hidupmu dengan bahagia.”Meyra malah menggeleng sedih dengan air mata yang masih saja jatuh.“Lalu apa ada lelaki yang bisa menerima wanita mandul seperti aku Wid, katakan apa ada Wid?” Meyra mengunggah ketidakpercayaannya.Widya kembali mer
Meyra melangkah dengan cepat dari kliniknya segera setelah ia menyelesaikan pemeriksaan pada pasien terakhir. Malam ini ia sudah membuat janji dengan Kenrich untuk makan malam bersama. Meyra menduga pasti Kenrich sudah menunggunya di pelataran parkir. Meyra tak ingin Kenrich menunggunya terlalu lama.Namun ketika baru sampai di pelataran parkir nyatanya Meyra malah tak mendapati Kenrich, melainkan Nehan, yang bahkan saat ini sedang menatapnya dengan begitu tegas.Lelaki yang masih bergelar suaminya itu berdiri dengan tatapan menentang mengarah pada Meyra yang terlihat sangat kaget dengan kedatangan yang tak teduga itu.Meyra tertahan sesaat, berdiri mematung di tempatnya tak segera mendekat di mana Nehan sedang menanti sembari bersandar pada body mobil.“Kenapa Mas Nehan ke sini?” tanya Meyra ketika akhirnya ia sudah berada di dekat sosok pria yang sedang memindainya tajam.Nehan masih saja memindai wajah wanita yang masih berstatus sebagai istrinya itu. Sudah nyaris satu bulan ini Ne
Meyra sungguh tak menduga Kenrich akan mempersiapkan pesta pernikahan yang begitu luar biasa seperti saat ini. Walau sebenarnya Meyra agak enggan menyetujui nyatanya ia tak bisa mengabaikan keinginan semua orang jika pernikahannya yang kedua ini digelar dengan meriah di salah satu hotel terbaik di Ibukota. Pesta pernikahan yang mengundang banyak orang bahkan juga mengundang anak-anak yatim dari beberapa panti asuhan itu berlangsung dengan sangat meriah. Semua orang memasang aura bahagianya, bahkan Meyra terus menerus mengumbar senyumnya. Namun ketika melihat sosok yang tak diundangnya ikut datang pada pesta pernikahannya ini, wajah Meyra segera berubah tegang. Saat melihat gurat kecewanya Meyra mendadak merasa resah. Kenrich yang berada di sisinya langsung mendekat meraih tangan Meyra dan menggenggamnya erat seakan menegaskan keberadaan dirinya yang akan selalu mendampingi. “Aku tahu cepat atau lambat kalian pasti akan melakukan ini,” tukas Nehan dengan terus mengunggah raut kecew
“Jangan sampai kamu menyesal jika Kenrich memilih yang lain karena ia sudah terlampau lelah menunggumu.”Rida kembali memberi peringatan kepada putrinya.Meyra termangu semakin galau dengan apa yang sudah ia dengar.Meski kemudian Meyra memilih untuk menyunggingkan segaris senyum walau tampak samar dan ragu.“Sudahlah Bun, aku sudah memasrahkan semuanya pada kehendakNya, jika memang Tuhan menakdirkan aku kembali menikah dan orang itu adalah Kenrich, aku akan menerimanya.”Rida menggeleng tampak sangat tak puas dengan jawaban Meyra.“Tapi jika kamu tak memberikan isyarat bahwa kamu mau menerima Kenrich, aku yakin dia tetap akan berpaling. Ingat Mey, takdir manusia meski sudah ditetapkan tapi Tuhan juga mengharuskan hambaNya untuk berusaha. Kamu seharusnya berusaha untuk menunjukkan penerimaanmu terhadap cinta Kenrich, bukan terus menerus menolaknya.”Rida kemudian menegaskan tatapannya pada Meyra yang kini tampak mulai gamang..“Aku sudah memperingatkan kamu, jangan salahkan aku kalau
“Sekar,” gumam Meyra ketika mendapati seorang wanita hamil mulai mendekat ke arah dirinya.Meyra melihat perubahan dari wanita yang sekarang sedang menghampirinya itu tampak begitu luruh dengan tubuh yang lebih kurus terlihat kontras dengan perutnya yang membuncit.Meyra menyusut sejenak bening di matanya dan memusatkan perhatian pada wanita yang pernah menjadi madu di dalam rumah tangganya bersama sang mantan suami dulu, sesuatu yang sebenarnya sudah tak ingin Meyra ingat lagi.“Aku turut berbela sungkawa atas meninggalnya Tante Lia,” gumam Sekar yang memang selalu memanggil ibu Meyra dengan sebutan Tante Lia.Meyra menganggukkan kepalanya dan merasa gamang dengan kesedihan yang terunggah di wajah wanita yang pernah menjadi seteru juga sahabatnya itu.Kesedihan yang ditampakkan Sekar saat ini memancing tanya di dalam Meyra atas kehidupan wanita itu yang s
Meyra benar-benar mengikuti kemauan Kenrich tanpa berkata apapun lagi.Kenrich segera membantu Meyra berkemas.Bahkan lelaki itu tampak sangat sibuk tak membiarkan Meyra melakukan apapun.Dalam diam Meyra menyaksikan bagaimana lelaki itu menyiapkan segala keperluannya.Dalam hatinya Meyra memendam kekaguman meski selalu saja ada rasa takut menggayuti setiap kali Kenrich mengulik tentang pernikahan.Meyra masih terlalu takut untuk memulai hubungan baru dengan keadaan dirinya yang selalu dikatakan sebagai wanita yang tidak sempurna.Meyra selalu tak bisa mempercayai Kenrich bisa menerima dirinya. Karena nyatanya dulu Nehan juga pernah mengucapkan hal yang sama tapi segalanya tetap tak berjalan dengan benar.Meyra terus saja menolak meski hatinya diliputi rasa bersalah juga pada Kenrich yang bahkan pernah hampir mengorbankan nyawanya ketika
Suara yang terdengar tegas dengan nada sarkas yang terunggah itu segera membuyarkan pelukan Meyra dan Nehan.Mereka sontak memandang ke arah Sekar yang sedang mendekat dengan menyajikan gurat sinis di wajahnya.“Kumohon jangan salah paham dulu, Sekar,” gumam Nehan yang seketika gelisah ketika mendapati kedatangan Sekar yang tak terduga.Bahkan wanita yang berstatus sebagai istri keduanya itu tadi belum ada mendampingi saat sidang awal tadi.Sekar masih memberikan tatapan sarkas bahkan menyergap Meyra dengan kesinisan.“Apa kamu masih belum bisa merelakan Mas Nehan? Bukankah sebentar lagi sidang putusan perceraian kalian akan ditetapkan lalu kenapa kamu masih sengaja menggoda Mas Nehan?”Sekar mencecar dengan tuduhan yang picik.Meyra membalasnya dengan tatapan yang sama nyalangnya.Dirinya suda
“Mey kita harus bicara sebentar!”Nehan mengutarakan keinginannya tanpa ragu.“Apa yang mesti dibicarakan?” Meyra menanggapi dengan datar ajakan Nehan.Nehan memandang lurus pada sosok yang sebentar lagi akan menjadi mantan istrinya itu. Tapi lelaki itu sekarang menampakkan kesabarannya yang besar.“Mey, maafkan aku sebelumnya, tolong beri aku kesempatan untuk berbicara.”Nehan mulai memohon.Meyra melirik dengan memendam kebimbangan.Meski kemudian ia mengiyakan dengan memberi isyarat anggukan kepala yang ringan.Pada akhirnya mereka menepi di sebuah tempat yang lebih sepi, di dekat sebuah taman.“Katakan saja apa yang ingin kamu bicarakan Mas,” ungkap Meyra ketika mendapati Nehan masih saja diam dan hanya memandanginya dengan lekat.
“Ayah Hilman!” seru Kenrich spontan sembari segera mempersilakan pria paruh baya itu segera masuk ke dalam apartemennya.Kenrich sempat terlupa jika ia memiliki janji dengan Hilman, ayah tiri Meyra yang memang sudah ia ijinkan untuk membantunya saat ia usai menjalani proses khitan.Bahkan seharusnya pria itu juga ikut mendampinginya saat masih di klinik tadi.“Maaf tadi mendadak aku ada urusan yang tak bisa ditunda jadi aku tak bisa memenuhi janjiku untuk menemani kamu di klinik.”Hilman kemudian mulai memindai seluruh detail diri Kenrich dengan lebih lekat.“Bagaimana keadaan kamu?” tanya Hilman mengunggah rasa khawatirnya.“Aku baik-baik saja.”Kenrich menjawab dengan sedikit canggung, karena ia ragu dengan respon yang akan ditunjukkan Hilman saat lelaki itu tahu jika saat ini ia sedang be
“Menurutmu dokter itu melarang kita melakukan apa?”Mendengar pertanyaan Kenrich yang ambigu segera membuat wajah Meyra bersemu merah.“Aku tak perlu menerjemahkannya untukmu,” sergah Meyra kesal sembari memalingkan mukanya yang sudah seperti kepiting rebus.“Untuk sementara, selama satu hari ini sebaiknya Anda beristirahat di rumah, jangan terlalu banyak bergerak dulu.”Dokter paruh baya yang menangani Kenrich kembali memberikan pengarahan.“Tolong diperhatikan kesehatan suaminya dengan baik, saya akan resepkan obat-obatan untuk mempercepat kesembuhan lukanya.”Setelah menerima resep obat itu, Meyra kemudian segera membantu Kenrich untuk melangkah keluar dari ruang praktek dokter.Langkah Kenrich agak tertatih yang membuat mereka segera menjadi pusat perhatian pada pasien yang sedang menung
Pagi-pagi sekali ketika Meyra sedang asyik berkebun di taman depan, mendadak ia melihat mobil Kenrich memasuki halaman rumah.Meyra meletakkan sejenak pekerjaannya dan mengarahkan tatapannya pada sosok tampan yang kini sudah keluar dari dalam mobil dengan melemparkan pandangan pada dirinya.Ketika akhirnya Kenrich mulai melangkah mendekat, Meyra perlahan mulai berdiri sembari menarik sarung tangannya yang kotor penuh tanah.Kenrich melontarkan senyum terbaiknya ketika melihat tatapan Meyra yang terlihat intens.“Kurasa kamu sudah melupakan janji kamu semalam.”Meyra mengernyit tak paham sembari menautkan kedua alis indahnya.“Janji apa?”Kenrich tersenyum santai sembari ia melepaskan kacamata hitamnya hingga menampakkan dengan lugas gurat ketampanan dari sepasang matanya bercahaya.“Aku d