Meyra menentang sosok Sekar di hadapannya dengan sorot mata yang kian tajam memindai. ”Katakan saja apa yang kamu inginkan dariku?” tanya Meyra mendesak. Sekar memandang ragu kemudian menarik nafas begitu dalam. ”Aku hanya ingin meminta sedikit bantuanmu,” ucap Sekar tak yakin. Meyra mengernyit tegas. ”Bantuan apa?” ”Bantu aku untuk membuat Mas Nehan bisa mencintaiku juga.” Meyra berdecih lirih. ”Apa kamu tidak salah meminta ini padaku?” ”Nyatanya memang hanya kamu yang bisa melakukannya. Karena Mas Nehan mencintai kamu dan pasti dia hanya akan mendengarkan kamu.” Meyra menipiskan bibir, memberi senyuman yang agak mencibir. ”Apa kamu tidak berpikir jika permintaanmu ini sudah melukaiku?” sergah Meyra. Meyra menelisik sosok berwajah manis di depannya, sosok sahabatnya dulu dan mereka sudah begitu dekat. Melewati banyak hal bersama bahkan saling membantu di saat sulit ataupun senang. Sekarang Meyra malah mendapati bahwa sosok Sekar sekarang menjelma menjadi seorang saingan y
Namun di saat Meyra memberikan jawaban apapun terdengar suara panggilan dari luar juga langkah kaki yang mendekat. Meyra sangat mengenal langkah kaki itu yang membuat tatapannya segera terarah ke depan. Bersamaan dengan itu muncul sosok Nehan di hadapannya dengan melemparkan segaris senyuman yang sangat ceria. ”Sayang, aku senang melihatmu berada di sini!” ungkap Nehan yang segera memutuskan pulang lebih awal saat mendapatkan kabar dari maminya kalau istri pertamanya sedang berada di rumah saat ini. Nehan segera melebarkan kedua tangannya demi bisa merengkuh tubuh Meyra. Meyra bergeming bahkan tak membalas dekapan itu. Nehan memaklumi karena ia menganggap istri pertamanya itu masih membutuhkan waktu untuk menerima keadaan mereka saat ini. Padahal Meyra saat ini menjadi sangat canggung dengan tatapan nanar Sekar bahkan juga ibu mertuanya, yang entah mengapa terlihat tampak kurang menyukai kedekatan Meyra dengan sang suami. Segera Meyra mengurai dekapan itu, meski segaris senyuma
Meyra mendesah jengah ketika mendengar kesanggupan sang suami untuk lebih memperhatikan istri keduanya sesuai yang sudah dititahkan sang mami. Meyra melirik sekilas pada lelaki yang baru saja menuntaskan hasrat pada tubuhnya itu. Sementara sekarang Nehan sedang membalas tatapan Sekar yang terarah padanya sembari mengulas segaris senyuman. ”Oh iya Mas, tadi Arka bilang kalau setelah sembuh nanti pengen pergi ke wahana air. Apa kamu bisa mengantar Arka, Mas?” pinta Sekar dengan mengunggah nada manja yang begitu lugas ke permukaan. Wanita itu menggunakan anak-anaknya untuk mendekat dirikan pada sang suami yang masih belum sepenuhnya membuka hati untuknya. Meyra segera merasa tersisih. Terlebih ketika ia mendapati sikap Nehan yang begitu tulus memberikan perhatian untuk sang putra. Meyra kehilangan separuh rasa percaya dirinya karena nyatanya anak-anak yang lucu di hadapannya itu tak terlahir dari rahimnya melainkan dari rahim wanita lain yang sebelumnya sudah ia anggap melebihi saud
”Aku harap kamu bisa memberikan pengertian kamu. Kasihan Nehan kalau harus bolak-balik, membagi waktunya dengan pekerjaan juga kamu dan Sekar bahkan anak-anaknya. Kalau tinggal di satu rumah segalanya kan pasti jadi lebih mudah.” Cyntia kembali mengungkapkan alasannya. Meyra bergeming. Ia tiba-tiba merasakan sesak di dadanya. Rasanya ia masih tak sanggup menjalani pernikahan seperti ini. Jika ia tinggal di rumah ini maka ia harus menyaksikan interaksi suaminya dengan istrinya yang lain, melihat kebahagiaan mereka saat bersama anak-anak. Meyra merasakan pedih yang mengiris kalbu, tapi ia juga tak kuasa untuk mengabaikan permintaan sang mertua. Pada akhirnya Meyra memilih diam yang segera diartikan oleh Cyntia sebagai sebuah persetujuan. Hanya Nehan yang bisa membaca gurat gusar istri pertamanya itu, yang kemudian menjadikan Nehan menggeleng tanpa sadar. ”Tapi Mi, aku milih rumah di sana karena tempatnya dekat sama klinik Meyra. Kalau dari sini, harus menempuh satu jam perjalanan,
”Jawab Mas, bagaimana kalau mami tak setuju dengan apa yang sudah kamu rencanakan itu padaku?” desak Meyra dengan nada bicaranya yang agak tinggi. Nehan segera menjadi ragu. Tak ada kata yang terucap di bibirnya. ”Kamu pasti tak akan bisa membantah mami bukan? Seperti kamu yang tak bisa menolak saat mami memintamu menikah Sekar.” Nehan menggeram gelisah. ”Waktu itu aku terpaksa melakukannya karena mami sedang sakit, kamu sudah tahu hal ini kan?” Meyra menggeleng jengah. ”Jadi Mas, lepaskan saja aku. Sungguh aku tak sanggup jika harus bertahan dengan pernikahan seperti ini.” Nehan segera menggeleng tegas, tentu saja tak akan mengabulkan permintaan istrinya. Nehan jauh lebih mencintai Meyra daripada Sekar. Meski ia masih tak bisa melakukan apapun untuk memperjuangkan Meyra karena ia juga harus menjaga perasaan maminya. ”Tapi kenapa tadi kamu menyanggupi permintaan mami untuk tetap tinggal di rumah ini?” Meyra bergeming enggan menjawab apapun. Ia terlalu bingung dengan situasi ya
Meyra menatap tegas pada wajah suaminya yang sedang menahan langkahnya untuk tak pergi. ”Aku ingin ke klinik,” jawab Meyra datar. ”Tapi ini masih terlalu pagi, bahkan kamu belum sarapan.” ”Aku bisa sarapan di klinik di sana ada kantin, jadi jangan khawatirkan aku. Sebaiknya Mas perhatikan keluarga Mas, istri dan anak-anak Mas itu,” tegas Meyra menahan kegeraman di hatinya. Nehan masih mempertahankan cekalannya di tangan Meyra. ”Aku ingin kamu menemaniku makan, bagaimanapun kamu adalah istriku dan aku ingin kamu melakukan apa yang aku minta.” ”Bukankah sekarang Mas sudah memiliki istri lain yang pastinya sudah menyiapkan hidangan untuk Mas sekarang. Jadi jangan meminta aku, karena kamu sekarang bisa mendapatkan semua itu dari Sekar.” Meyra memilih untuk menyerahkan semua urusan suaminya pada Sekar, sang istri kedua. Ia masih tak bisa menerima keadaan rumah tangga mereka saat ini. Bahkan ia sudah sangat ingin mengakhirinya meski rasa cinta di hatinya masih sangat besar meraja di h
Nehan bertindak cepat dengan menahan kunci mobil yang membuat Meyra tak bisa pergi ke mana pun. Meyra sontak menatap jengah pada suaminya. ”Ini masih terlalu pagi untuk pergi ke klinik bahkan kamu juga belum membawa perlengkapan kamu. Kembalilah ke kamar, persiapkan dirimu dulu. Tunggu aku sampai selesai mandi setelah itu aku akan mengantarmu.” Nehan segera bertindak tegas. Kemudian ia segera melangkah ke kamar Sekar untuk meletakkan Ceria di dalam boks bayi. Arka segera mengikuti. Sementara Meyra kembali ke atas ke kamarnya. Meski ia tahu Sekar masih berada di sana. ”Pergi kamu dari kamar ini, dan selama aku berada di sini, jangan kamu injakkan kakimu di sini,” tegas Meyra. Ia benar-benar sudah tak dapat menahan dirinya lagi. Sekar terdiam menatap luruh pada wajah cantik Meyra. Wajah itu yang selalu dipuji suaminya sekarang sudah bersama mereka, yang membuatnya kehilangan seluruh perhatian Nehan. Meski ia sudah memperkirakan hal ini, tapi tetap saja Sekar sulit untuk bisa mener
Meyra tak memiliki pilihan selain mengikuti kemauan suaminya untuk segera pulang ke rumah mertuanya. Sesampainya di sana Meyra mendapati keadaan rumah yang lebih ramai dari biasanya. Malam ini beberapa anggota keluarga besar Asmoro turut datang ke rumah. Wajah-wajah yang sebelumnya sudah sangat familiar untuk Meyra. Setelah menyapa mereka semua dengan ramah, barulah Meyra melirik ke arah sang suami yang sejak tadi mendampingi. ”Mas ada acara apa ini? Kok orang-orang pada kumpul?” tanya Meyra menjadi sangat ingin tahu. Nehan mengernyit tipis tapi kemudian mengedikkan bahu. Saat ini Nehan masih tak yakin. Tapi ia juga keberatan untuk mengatakan apa yang ia tahu. Karena apa yang akan disampaikannya pasti dapat menyakiti hati wanita yang sangat dicintainya itu. ”Ayo kita ke kamar dulu, kita bersihkan tubuh kita dulu, baru nanti bergabung bersama mereka,” ajak Nehan yang berusaha menghindarkan istrinya dari kerumunan banyak orang, sebelum Meyra mendengarkan selentingan yang dapat meluk
Meyra sungguh tak menduga Kenrich akan mempersiapkan pesta pernikahan yang begitu luar biasa seperti saat ini. Walau sebenarnya Meyra agak enggan menyetujui nyatanya ia tak bisa mengabaikan keinginan semua orang jika pernikahannya yang kedua ini digelar dengan meriah di salah satu hotel terbaik di Ibukota. Pesta pernikahan yang mengundang banyak orang bahkan juga mengundang anak-anak yatim dari beberapa panti asuhan itu berlangsung dengan sangat meriah. Semua orang memasang aura bahagianya, bahkan Meyra terus menerus mengumbar senyumnya. Namun ketika melihat sosok yang tak diundangnya ikut datang pada pesta pernikahannya ini, wajah Meyra segera berubah tegang. Saat melihat gurat kecewanya Meyra mendadak merasa resah. Kenrich yang berada di sisinya langsung mendekat meraih tangan Meyra dan menggenggamnya erat seakan menegaskan keberadaan dirinya yang akan selalu mendampingi. “Aku tahu cepat atau lambat kalian pasti akan melakukan ini,” tukas Nehan dengan terus mengunggah raut kecew
“Jangan sampai kamu menyesal jika Kenrich memilih yang lain karena ia sudah terlampau lelah menunggumu.”Rida kembali memberi peringatan kepada putrinya.Meyra termangu semakin galau dengan apa yang sudah ia dengar.Meski kemudian Meyra memilih untuk menyunggingkan segaris senyum walau tampak samar dan ragu.“Sudahlah Bun, aku sudah memasrahkan semuanya pada kehendakNya, jika memang Tuhan menakdirkan aku kembali menikah dan orang itu adalah Kenrich, aku akan menerimanya.”Rida menggeleng tampak sangat tak puas dengan jawaban Meyra.“Tapi jika kamu tak memberikan isyarat bahwa kamu mau menerima Kenrich, aku yakin dia tetap akan berpaling. Ingat Mey, takdir manusia meski sudah ditetapkan tapi Tuhan juga mengharuskan hambaNya untuk berusaha. Kamu seharusnya berusaha untuk menunjukkan penerimaanmu terhadap cinta Kenrich, bukan terus menerus menolaknya.”Rida kemudian menegaskan tatapannya pada Meyra yang kini tampak mulai gamang..“Aku sudah memperingatkan kamu, jangan salahkan aku kalau
“Sekar,” gumam Meyra ketika mendapati seorang wanita hamil mulai mendekat ke arah dirinya.Meyra melihat perubahan dari wanita yang sekarang sedang menghampirinya itu tampak begitu luruh dengan tubuh yang lebih kurus terlihat kontras dengan perutnya yang membuncit.Meyra menyusut sejenak bening di matanya dan memusatkan perhatian pada wanita yang pernah menjadi madu di dalam rumah tangganya bersama sang mantan suami dulu, sesuatu yang sebenarnya sudah tak ingin Meyra ingat lagi.“Aku turut berbela sungkawa atas meninggalnya Tante Lia,” gumam Sekar yang memang selalu memanggil ibu Meyra dengan sebutan Tante Lia.Meyra menganggukkan kepalanya dan merasa gamang dengan kesedihan yang terunggah di wajah wanita yang pernah menjadi seteru juga sahabatnya itu.Kesedihan yang ditampakkan Sekar saat ini memancing tanya di dalam Meyra atas kehidupan wanita itu yang s
Meyra benar-benar mengikuti kemauan Kenrich tanpa berkata apapun lagi.Kenrich segera membantu Meyra berkemas.Bahkan lelaki itu tampak sangat sibuk tak membiarkan Meyra melakukan apapun.Dalam diam Meyra menyaksikan bagaimana lelaki itu menyiapkan segala keperluannya.Dalam hatinya Meyra memendam kekaguman meski selalu saja ada rasa takut menggayuti setiap kali Kenrich mengulik tentang pernikahan.Meyra masih terlalu takut untuk memulai hubungan baru dengan keadaan dirinya yang selalu dikatakan sebagai wanita yang tidak sempurna.Meyra selalu tak bisa mempercayai Kenrich bisa menerima dirinya. Karena nyatanya dulu Nehan juga pernah mengucapkan hal yang sama tapi segalanya tetap tak berjalan dengan benar.Meyra terus saja menolak meski hatinya diliputi rasa bersalah juga pada Kenrich yang bahkan pernah hampir mengorbankan nyawanya ketika
Suara yang terdengar tegas dengan nada sarkas yang terunggah itu segera membuyarkan pelukan Meyra dan Nehan.Mereka sontak memandang ke arah Sekar yang sedang mendekat dengan menyajikan gurat sinis di wajahnya.“Kumohon jangan salah paham dulu, Sekar,” gumam Nehan yang seketika gelisah ketika mendapati kedatangan Sekar yang tak terduga.Bahkan wanita yang berstatus sebagai istri keduanya itu tadi belum ada mendampingi saat sidang awal tadi.Sekar masih memberikan tatapan sarkas bahkan menyergap Meyra dengan kesinisan.“Apa kamu masih belum bisa merelakan Mas Nehan? Bukankah sebentar lagi sidang putusan perceraian kalian akan ditetapkan lalu kenapa kamu masih sengaja menggoda Mas Nehan?”Sekar mencecar dengan tuduhan yang picik.Meyra membalasnya dengan tatapan yang sama nyalangnya.Dirinya suda
“Mey kita harus bicara sebentar!”Nehan mengutarakan keinginannya tanpa ragu.“Apa yang mesti dibicarakan?” Meyra menanggapi dengan datar ajakan Nehan.Nehan memandang lurus pada sosok yang sebentar lagi akan menjadi mantan istrinya itu. Tapi lelaki itu sekarang menampakkan kesabarannya yang besar.“Mey, maafkan aku sebelumnya, tolong beri aku kesempatan untuk berbicara.”Nehan mulai memohon.Meyra melirik dengan memendam kebimbangan.Meski kemudian ia mengiyakan dengan memberi isyarat anggukan kepala yang ringan.Pada akhirnya mereka menepi di sebuah tempat yang lebih sepi, di dekat sebuah taman.“Katakan saja apa yang ingin kamu bicarakan Mas,” ungkap Meyra ketika mendapati Nehan masih saja diam dan hanya memandanginya dengan lekat.
“Ayah Hilman!” seru Kenrich spontan sembari segera mempersilakan pria paruh baya itu segera masuk ke dalam apartemennya.Kenrich sempat terlupa jika ia memiliki janji dengan Hilman, ayah tiri Meyra yang memang sudah ia ijinkan untuk membantunya saat ia usai menjalani proses khitan.Bahkan seharusnya pria itu juga ikut mendampinginya saat masih di klinik tadi.“Maaf tadi mendadak aku ada urusan yang tak bisa ditunda jadi aku tak bisa memenuhi janjiku untuk menemani kamu di klinik.”Hilman kemudian mulai memindai seluruh detail diri Kenrich dengan lebih lekat.“Bagaimana keadaan kamu?” tanya Hilman mengunggah rasa khawatirnya.“Aku baik-baik saja.”Kenrich menjawab dengan sedikit canggung, karena ia ragu dengan respon yang akan ditunjukkan Hilman saat lelaki itu tahu jika saat ini ia sedang be
“Menurutmu dokter itu melarang kita melakukan apa?”Mendengar pertanyaan Kenrich yang ambigu segera membuat wajah Meyra bersemu merah.“Aku tak perlu menerjemahkannya untukmu,” sergah Meyra kesal sembari memalingkan mukanya yang sudah seperti kepiting rebus.“Untuk sementara, selama satu hari ini sebaiknya Anda beristirahat di rumah, jangan terlalu banyak bergerak dulu.”Dokter paruh baya yang menangani Kenrich kembali memberikan pengarahan.“Tolong diperhatikan kesehatan suaminya dengan baik, saya akan resepkan obat-obatan untuk mempercepat kesembuhan lukanya.”Setelah menerima resep obat itu, Meyra kemudian segera membantu Kenrich untuk melangkah keluar dari ruang praktek dokter.Langkah Kenrich agak tertatih yang membuat mereka segera menjadi pusat perhatian pada pasien yang sedang menung
Pagi-pagi sekali ketika Meyra sedang asyik berkebun di taman depan, mendadak ia melihat mobil Kenrich memasuki halaman rumah.Meyra meletakkan sejenak pekerjaannya dan mengarahkan tatapannya pada sosok tampan yang kini sudah keluar dari dalam mobil dengan melemparkan pandangan pada dirinya.Ketika akhirnya Kenrich mulai melangkah mendekat, Meyra perlahan mulai berdiri sembari menarik sarung tangannya yang kotor penuh tanah.Kenrich melontarkan senyum terbaiknya ketika melihat tatapan Meyra yang terlihat intens.“Kurasa kamu sudah melupakan janji kamu semalam.”Meyra mengernyit tak paham sembari menautkan kedua alis indahnya.“Janji apa?”Kenrich tersenyum santai sembari ia melepaskan kacamata hitamnya hingga menampakkan dengan lugas gurat ketampanan dari sepasang matanya bercahaya.“Aku d