"Aku pikir itu tidak mungkin, maaf. Anda tahu, Tuan Prabujaya hanya menyediakan tiket pesawat untuk dua saja," kata Daniel beralasan. Pada dasarnya Daniel hanya ingin perjalanan ini lancar tanpa ada kendala. Karena dia tahu, Nyonya Liana berada di bawah pantauan pihak kepolisian. Ini akan menyulitkan mereka.Sayangnya, Rangga tidak perduli. Dia hanya ingin menyelamatkan Liana.Rangga dengan santai menunjukkan ponselnya pada Daniel dan berkata padanya, "Kau jangan khawatir. Aku sudah memesan tiket pesawat untuk Mamaku."Jakun Daniel bergulir turun. Dia berusaha menelan salivanya.Dengan berat hati pria paruh baya itu membiarkan Liana masuk ke dalam mobil bersama Rangga.Akan tetapi, Daniel diam-diam mengirimkan pesan pada atasannya sebelum dia masuk ke dalam mobil.Sementara itu di kediaman Prabujaya, Er baru saja kembali dengan wajah lesu setelah upayanya untuk bertemu dengan Rangga dan ibunya berakhir buntu.Mereka menyalahkan dirinya atas perceraian Liana. Erlangga berjalan gontai
Er berdecak kesal.Pria itu mengkritiknya seakan-akan Er tidak akan berhasil tanpa dirinya.Ya, mungkin dia tidak suka dengannya karena dalam satu malam Erlangga telah berhasil menyingkirkan istri Prabujaya.Alasan itu cukup masuk akal karena pria itu telah mengenal Liana sangat lama.Alex menginjak rem ketika mereka tiba di depan pintu masuk penerbangan domestik.Er bergegas keluar dari mobil bersama Alex dan berhambur masuk ke dalam bandara.Er dan Alex memutuskan untuk berpencar mencari Liana dan Rangga.Erlangga memutar kepalanya, menjelajahi setiap sudut dengan matanya yang tajam.Namun, mereka tidak ada dimana pun.Erlangga merasa usahanya berakhir sia-sia."Sial! Laki-laki sombong itu cuma omong besar. Aku bahkan bisa melihat tidak ada siapapun di sini. Dimana petugas keamanan yang dia perintahkan untuk menangkap pembunuh itu? Sama sekali tidak ada pasukan polisi yang sedang bergerak ke sini." Er mengumpat kesal.Di tempat lain, Alex masih sibuk mencari Liana dan putranya di be
"Mari ikut dengan saya."Erlangga tercengang. Sepasang mata obsidianya membulat sempurna.Dia langsung bangkit berdiri dan berjalan di belakang David menuju ke sebuah ruangan tertutup.Mereka tiba tepat disaat Liana sedang diinterogasi."Ini adalah tindakan melawan hukum karena kalian berusaha membantu Nyonya Liana kabur dari kota ini," kata David lantang dari depan pintu. Sontak semua orang melihat ke arahnya.Erlangga mengepalkan tangannya kuat saat melihat tatapan gelap ibu dan anak itu ketika dirinya masuk bersama seorang pria tua seumuran Prabujaya."Dasar bajingan kau, Rangga!" Er mengejar pria itu dan mendaratkan bogem mentah di wajahnya yang keras.Orang-orang segera membantu memisahkan keduanya.David dan beberapa orang petugas menahan tubuh Erlangga yang begitu bersemangat, sementara Daniel dan Liana menjauhkan Rangga darinya.Erlangga mendengus kuat. Dada bidangnya bergerak naik turun setiap kali dia menarik napas.Namun, tiba-tiba Nyonya Liana tertawa. "Jadi kalian bekerja
Satu minggu berlalu setelah penangkapan Liana. Akhirnya, Jhon dinyatakan pulih.Namum, bukan rumah yang menjadi tujuan kepulangannya.Dua orang petugas kepolisian diperintahkan berjaga di depan pintu kamar ruang perawatan, sementara Alex berada di dalam ruangan mengawasi dokter yang datang memeriksa kondisi Jhon sebelum mereka membawanya pergi.Dokter itu buru-buru pergi setelah mereka memberi tahu Alex hasilnya."Kau sudah dengar? Sekarang bangun dan ikut denganku! Kebebasanmu sudah berakhir di sini, Jhon," seru Alex.Laki-laki itu tampak ragu. Tetapi Alex langsung menariknya turun dengan paksa dan mendorong tubuhnya dengan keras hingga membentur pintu.Mendengar suara gaduh dari dalam kamar, dua petugas itu langsung berlari masuk. Mereka mendorong pintu dengan keras dan tidak menyadari tubuh Jhon masih berada di sana.Mereka terkejut melihat Jhon merintih kesakitan karena terjepit di balik pintu."Aduh ... saya terjepit, Pak." Jhon mengadu."Apa yang kau lakukan di situ?" tanya seor
Pukul tujuh pagi, langit masih terlihat gelap di luar sana. Entah sudah berapa lama hujan tidak turun membasahi bumi.Erlangga baru saja selesai berpakaian, memakai stelan jas berwarna perak membuatnya tampil memukau.Hari ini adalah hari terbaik yang pernah dia miliki. Tanpa Rangga yang selalu dominan dan bersikap dingin kepadanya. Tanpa Liana yang selalu mengumpat dan mengatakan segala hal yang buruk tentangnya. Dan tanpa Jhon, yang tidak pernah berhenti untuk mencelakai dirinya. Bahkan asisten ayahnya yang selalu mengawasi dan mengatur hidupnya juga telah ikut pergi.Mulai hari ini, dirinya akan berdiri tegap dengan dagu yang terangkat tinggi. Erlangga Pamungkas bukan lagi anak haram tanpa identitas.Hari ini, Prabujaya akan mengadakan pertemuan terbuka. Akan ada banyak tamu penting yang datang. Para peliput berita bahkan diundang secara langsung.Jantung Erlangga berdebar kencang. Meski begitu, seulas senyum terbit di wajahnya yang tampan.Erlangga mematut bayangan dirinya di
Ketika melihat semua orang telah hadir, Prabujaya berdehem pelan mencuri perhatian semua orang.Pria tua itu kemudian mulai berbicara kepada semua."Hari ini saya sangat bahagia karena beberapa alasan. Saya mengucapkan terima kasih atas kehadiran kalian di tempat ini," katanya sebagai pembuka.Setelah diam untuk sesaat, Prabujaya berpaling pada Erlangga dengan senyum mengembang di wajahnya.Prabujaya kemudian kembali berbicara kepada mereka. "Saya yakin kalian sudah mengenal anak muda yang duduk di samping saya saat ini. Dan hari ini saya akan mengenalkannya kembali pada kalian. Ini adalah putra saya, Erlangga Pamungkas. Satu-satunya putra biologis dari Prabujaya Pamungkas."Mendengar kalimat yang didengungkan oleh pria itu, sontak semua orang menjadi terkejut.Sinar flash dari kamera wartawan tak berhenti menembak wajah ayah dan anak itu, diringi suara-suara sumbang di antara para tamu undangan.Sekali lagi, Prabujaya menarik napasnya kemudian kembali berdehem kuat hingga semua orang
Sudah satu minggu berlalu sejak Erlangga ditetapkan sebagai petinggi Prabujaya Industry.Er mulai disibukkan dengan setumpuk laporan yang membuatnya hampir muntah karena rasa sakit kepala yang menyengat.Demi untuk membuktikan ucapannya di hadapan investor yang begitu keras kepala itu, Er berusaha keras untuk mencapai target bisnis yang telah mereka sepakati.Pagi ini Erlangga telah bersiap lebih pagi dibanding hari sebelumnya. Dia melewatkan sarapan paginya bersama sang ayah.Er berjalan dengan terburu-buru saat keluar dari rumah. Di halaman depan, Alex tampak sibuk membersihkan mobil. Dia bahkan tidak menyadari Er sedang berjalan menuju ke arahnya."Apa kau sudah siap?" tanya Erlangga.Alex langsung menoleh ke arahnya. Dia menjawab, "Hampir selesai. Apa Tuan ingin berangkat sekarang? Saya akan minta pengawal ikut bersama kita.""Tidak perlu membawa mereka. Aku sedang terburu-buru," sahut Erlangga lalu masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi belakang.Melihat Er telah masuk, Alex lan
Erlangga berjalan dalam langkah besar saat memasuki gedung Prabujaya Industry.Di dalam tangannya, Er membawa map berisi dokumen penting yang ingin dia tunjukkan pada Prabujaya.Wajahnya terlihat tegang.Saat tiba di lantai atas, Erlangga langsung mendorong pintu tanpa mengetuknya lebih dulu."Pa, ada yang ingin aku tanyakan sama Papa.""Kamu mau tanya apa?""Apa Papa tahu kalau selama ini ada orang yang berbuat curang di perusahaan kita? Perbuatannya itu sudah sangat merugikan kita, Pa. Karena masalah itu aku hampir saja kehilangan kesempatan mendapatkan kontrak kerjasama dengan pihak supplier. Masa sih Papa cuma diam saja dan membiarkan masalah ini berlalu tanpa penyelesaian?"Erlangga kemudian menunjukkan bukti penggelapan dana perusahaan yang baru dia temukan tepat di hadapan Prabujaya."Lihat ini, Pa! Ini jumlahnya terlalu banyak. Dan ini juga sudah dilakukan beberapa kali. Jangan bilang kalau Papa tidak mengetahuinya," cecar Erlangga. Dia lalu meletakkan tumpukan kertas itu di a
"Apa kau sudah dapatkan apa yang aku perintahkan padamu?" Prabujaya bertanya tanpa menoleh. Pria paruh baya itu terus berjalan menuju meja kerjanya.Asistennya, Daniel, mengikutinya dan berhenti tepat di depan meja kerja Prabujaya."Putri Ilham Samudera datang untuk mendengar hasil putusan pengadilan. Saya tidak tahu bagaimana dia bisa mengetahui kabar itu, tapi seseorang pasti telah memberi gadis itu informasi. Dan saya yakin ini adalah ulah Tuan Muda Erlangga," jawab Daniel tegas."Apa kau telah memeriksanya dengan jelas?" Ada tekanan di dalam suara Prabujaya."Tentu saja, Tuan. Saya bisa memastikan semua itu benar," jawab Daniel tegas. "Tapi ada hal yang lebih penting yang harus saya sampaikan. Ini mungkin sedikit mengejutkan, tapi anda harus mengetahuinya." Daniel berusaha memperjelas situasinya."Hal penting apa?" Raut wajah Prabujaya langsung berubah. Matanya menyipit tajam."Ternyata Tuan Muda telah beberapa kali bertemu dengan putri Ilham Samudera dan berusaha untuk mendekat
Pukul tujuh tiga puluh pagi, Komplek River Villa.Erlangga terlihat turun dari kamarnya dengan pakaian rapi. Senyum di wajahnya mengembang, membuatnya terlihat menawan pagi ini.Hari ini sudah diputuskan bahwa Erlangga akan kembali ke perusahaan, melakukan pekerjaan yang seharusnya menjadi tanggung jawabnya. Tetapi haris ditinggalkan dengan setumpuk alasan yang cukup masuk akal.Er sudah bertekad untuk melupakan semua yang telah terjadi selama beberapa hari terakhir. Namun, bukan berarti dia telah melupakan obsesinya untuk mendapatkan Viona. Gadis itu tetaplah menjadi maskot kemenangannya."Selamat pagi semuanya." Er menyapa semua orang di ruang makan. Wajahnya sangat cerah pagi ini, membuat Prabujaya berdehem pelan karenanya.Nyonya Helen yang berdiri tak jauh dari Prabujaya juga menatapnya heran penuh curiga. Rasanya sangat aneh dan sulit untuk dipercaya bahwa anak asuhnya akan berubah hanya dalam satu malam. Seakan-akan tidak pernah ada yang terjadi kepadanya."Ehem ... sepertin
"Bukankah Erlangga pergi ke persidangan hari ini? Untuk apa gadis itu mencarinya? Sejak kapan mereka dekat? Apa kau mengetahui sesuatu?"Nyonya Helen tidak berharap Prabujaya akan bertanya tentang hal itu padanyaMeski pria tua itu memaksanya untuk bicara, Nyonya Helen juga tidak tahu harus menjawab apa padanya."Saya juga tidak tahu, Tuan. Nona Viona hanya mengatakan ingin bicara dengan Tuan Muda. Tapi dia tidak menjelaskan alasannya. Bahkan saat saya memintanya pulang, dia menolaknya.""Apa mereka sudah bertemu tadi? Apa yang mereka bicarakan?""Maaf, Tuan ... saya tidak mendengarnya karena saat itu Tuan Muda minta untuk dibuatkan minuman hangat. Dan saat saya kembali, Nona Viona sudah pergi."Suara helaan napas panjang terdengar dari mulut pria tua itu.Prabujaya tidak percaya sepenuhnya pada wanita itu, tetapi dia juga tidak dapat memaksanya untuk bicara sekarang."Apa Elangga ada di kamarnya?"Wanita itu mengangguk. "Ya, Tuan. Tuan Muda ada di kamarnya."Prabuajaya berdiri. Dia me
"Tuan Muda, boleh saya masuk?"Suara panggilan Nyonya Helen bergema diikuti oleh suara ketukan di pintu kamar Erlangga. Namun, tidak ada jawaban.Wanita paruh baya itu mendorong pintu kamarnya dengan lembut lalu masuk ke dalam kamar dengan hati-hati.Saat ini, Erlangga baru saja keluar dari kamar mandi dengan bertelanjang dada. Cuaca dingin ditambah suhu kamarnya yang dingin sama sekali tidak berpengaruh padanya.Dia mengeringkan rambutnya kemudian melempar handuk berwarna putih itu dengan asal di atas ranjang. Dan ketika Erlangga berbalik, dia terkesiap ketika melihat Nyonya Helen sedang berdiri menatapnya. Kehadiran Nyonya Helen di kamarnya membuat jantungnya berdegup kencang."Kapan ibu masuk? Kenapa tidak mengetuk pintu dulu?" "Saya sudah mengetuk tapi tidak ada jawaban. Karena khawatir, saya masuk untuk memeriksa," jawab Nyonya Helen.Er mengusap dadanya seraya menyentak napasnya kuat."Ada apa?" tanya Erlangga kesal."Saya hanya ingin bertanya untuk memastikan sesuatu. Apa and
"Apa kau melihat gadis tadi? Bukankah itu Viona, tunangan Rangga?" tanya Prabujaya. "Kenapa dia lari terburu-buru?"Daniel langsung menoleh ke belakang dan melihat gadis yang dimaksud oleh Prabujaya sedang berlari keluar rumah sambil menangis.Dia langsung mengenali gadis itu sebagai putri dari Ilham Samudera dan Delia."Itu memang Nona Viona, putri dari Tuan Ilham. Tapi untuk apa dia datang ke sini?" ucap Daniel. Dia mencoba menebak-nebak apa yang baru saja terjadi ketika mereka sedang tidak berada di rumah.Prabujaya menoleh pada asistennya sambil berkata, "Itu adalah tugas untukmu. Cari tahu apa yang terjadi pada gadis itu!""Baik, Tuan," jawab Daniel.Tanpa membuang waktu, Daniel segera meninggalkan rumah itu. Dia segera masuk ke dalam mobil dan mulai mengejar Viona yang telah berada cukup jauh di depan.Hujan lebat tak membatasi gadis itu untuk mengemudikan mobilnya. Suasana hatinya yang buruk telah menyulapnya menjadi raja jalanan secara mendadak.Viona dengan sengaja menyeret d
Ada apa? Untuk apa Ibu Helen menelponmu?""Ada wanita yang datang ke rumah mencari anda?""Wanita? Siapa?" Sepasang alis hitam milik Erlangga tertarik ketika keningnya berkerut."Entahlah, saya juga tidak tahu. Nyonya Helen tidak mengatakan apapun tadi."Erlangga memutar matanya, menebak-nebak sosok wanita yang sedang menunggu kedatangannya.Sejauh ini, Er hanya mengenal dua orang wanita saja sejak dirinya kembali ke negaranya."Sylvia? Tidak mungkin! Dia sama sekali belum mengetahui siapa aku sebenarnya. Bagaimana mungkin dia tahu aku tinggal di sana?" Erlangga berbicara pada dirinya sendiri."Apa mungkin wanita itu adalah Nona Viona?" celetuk Alex dari kursi depan.Pikiran Erlangga langsung teralihkan.Ketika mendengar Alex menyebut nama gadis itu, Erlangga teringat kembali pada percakapan antara dirinya dan Viona sehari sebelumnya.Er tidak menyangka, hati gadis itu akan tergerak karena perkataannya."Ayo, buruan! Kita harus tiba lebih dulu dari mereka. Aku tidak ingin Papa bertemu
"Siapa?""Pak Hamdan. Apa anda mengenalnya, Pak?" Pak Hasan balik bertanya. Matanya menelusuri setiap perubahan raut di wajah Alex ketika keningnya mulai berkerut."Pak Hamdan? Tentu saja saya kenal dengannya. Dia adalah orang yang telah membantu Tuan Muda kami, tanpa dia mungkin kasus ini akan tetap tersimpan rapat-rapat. Tidak perduli meskipun kami memiliki banyak bukti untuk membuat mereka mendekam di penjara, tanpa bantuannya semua akan sia-sia." Alex berbicara dengan suara rendah untuk menghindari orang yang ingin mencuri dengar.Dia lantas menghembuskan napasnya kuat ke udara, sementara pikirannya melayang membayangkan saat-saat dimana dirinya melakukan banyak hal bersama tuannya untuk mendapatkan semua bukti yang mereka miliki sekarang."Akhirnya ... Tuan Muda Erlangga bisa lebih tenang menjalani hidupnya sekarang," ucap Alex dengan perasaan lega."Syukurlah. Tidak disangka Erlangga mampu melewati semuanya dengan sabar ya, Pak. Jika saja Olivia masih hidup, dia pasti akan sanga
Kemunculan keluarga Pak Hasan bersama beberapa warga desa berhasil mencuri perhatian beberapa pencari berita yang telah menunggu di depan pintu ruang sidang.Rombongan warga desa itu terlihat turun dari sebuah mobil keluaran lama dan berdiri menunggu di depan pintu untuk dipersilahkan masuk.Akan tetapi, tak seorang pun dari wartawan itu bergerak untuk mengejar mereka karena berpikir bahwa keluarga Pak Hasan hanyalah warga biasa seperti yang lainnya.Hal itu dimanfaatkan dengan baik oleh Pak Hasan. Laki-laki itu dan istrinya pelan-pelan berpisah dari rombongan untuk mencari Erlangga."Permisi, Pak. Kapan sidangnya akan dimulai, ya?"Pak Hasan mendekati seorang petugas berseragam coklat yang baru saja keluar dari sebuah ruangan di samping ruang sidang untuk bertanya padanya."Mungkim sekitar satu jam lagi," jawab petugas itu.Saat dia akan pergi, Pak Hasan menahannya dan kembali bertanya padanya."Tunggu, Pak. Apa Erlangga sudah tiba di sini?""Erlangga? Maaf, Pak ... saya tidak kenal.
Daniel mencoba mengabaikan wajah sendu Vionaà sebelum suasana di ruangan itu terkena imbasnya.Dengan suara tegas, Daniel kembali bertanya pada gadis itu. "Bisa beri tahu saya lebih detail apa yang dia katakan pada anda, Nona?"Mata VIona melebar.Entah mengapa Viona merasa bahwa asisten Tuan Prabujaya tidak mempercayai ucapannya.Karena itu, Viona melempar ponselnya dengan kesal di atas meja."Kau bisa baca sepuasnya!"ucap gadis itu lantang, kemudian berlalu dari ruangan itu untuk bersembunyi di kamarnya yang tenang.Semua orang di ruangan itu tercengang dengan aksi Viona yang tiba-tiba.Mereka menatap kepergiannya hingga tubuh Viona perlahan menjauh dan menghilang dari pandangan."Saya minta maaf, Tuan Ilham. Saya harus lakukan ini demi kebaikan Nona Viona." Daniel segera mencari alasan sebelum kedua orang tua gadis itu mulai menyalahkannya."Jangan diambil hati. Putriku sangat sensitif akhir-akhir ini. Lakukan saja apa yang harus kau lakukan."Daniel mengangguk.Dengan perasaan be