Mondy bergemetar ketakutan saat Adam mengancamnya. Namun ia tak berhenti untuk berfikir.Pria berjas dengan rambut gondrongnya itu lantas mendekat kepada Adam untuk berusaha membujuknya."Em–begini saja Pak. Saya punya ide bagus untuk Bapak. Bagaimana jika bapak mendapatkan 20% pendapatan bersih saya setiap bulannya?""Asalkan Bapak tetap menjaga rahasia, maka uang itu tidak akan berhenti mengalir ke rekening Bapak."Mendengar Mondy yang malah melobynya. Adam semakin geram dan memerah wajahnya."Jadi kau mau cari aman ya?!" ucap Adam, murka hingga tampak urat dilehernya menyembul keluar."Bu–bukannya seperti itu Pak," Mondy tampak semakin ketakutan."Sekarang kau ikut saya!" seru Adam, geram.Adam lantas melangkah menuju ke mobil pribadinya yang terparkir di depan gerbang markas Mafia.Sementara Mondy mengikutinya dari belakang bersama dua pengawalnya yang juga bertubuh tegap. Namun masih tetap jauh lebih besar Adam dibanding mereka.Mondy terus bertanya-tanya dalam benaknya. Rasa cema
Mereka berdua saling berhadapan. Dan bersiap untuk penyerangan.Di antara para Mafia yang terus bersorak sorai di tengah pertarungan."Habisi saja dia!""Jangan ragu, bunuh saja!"Seru Mereka dengan begitu antusiasnya.Namun, Bush tak membiarkan hal itu terjadi. Ia berusaha melerai mereka berdua dari pertarungan. Karena jika sampai mereka saling bertarung. Maka konsekuensinya adalah kematian.Jody tengah mempersiapkan penyerangannya dengan kedua tangan mengepal dan terus memperhatikan titik kelemahan Erick.Tiba-tiba Bush menghadang mereka berdua. "Sudah! Guru tak akan senang jika melihat kita seperti ini! Kita tak perlu terpecah belah, Jika memang itu jalan yang dipilih Jody. Biarkan saja! Lagipula para pasukan Mafia juga tak akan sudi dipimpin oleh orang seperti dia!"Mendengar perkataan Bush. Jody tiba-tiba meradang. Ia langsung melayangkan tendangannya ke arah sahabatnya itu.Brakk!Bush terpental dan tubuhnya bertubrukan dengan Erick."Jaga ucapanmu!""Kita lihat, apakah para Ma
Dua pria bertubuh tegap menyeret paksa Mondy dan Mr. Big ke sebuah ruangan. Yang dimana ruangan itu merupakan ruang Pribadi Jendral Adam.Di tempat yang begitu remang pencahayaan, Adam tengah duduk di bangku sofa seraya menghisap cerutunya.Dua pria itu lantas menjatuhkan Mondy dan Mr. big di hadapan Adam."Kalian berdua berlutut!" seru salah satu tentara, memerintahkan dengan tegas.Mondy dengan paniknya langsung berlutut di hadapan Adam.Namun tidak dengan Mr. Big, Ia membuang muka dan menolak untuk tunduk kepada Adam. Karena baginya, harga dirinya adalah harga mati.Adam membisiki seorang pengawal yang berada tepat di sampingnya seraya terus menatap Mr. Big."Seret dia mendekat kepadaku..." "Baik Pak," ucap pengawal itu seraya menganggukkan kepala.Lalu Sang pengawal langsung melangkah mendekati Mr. Big.Dan secara tiba-tiba, ia menarik rambutnya hingga memaksa tubuhnya ikut terbawa ke hadapan Adam."Akh! lepaskan rambutku!" Teriak Mr. Big kesakitan dan terus meronta, walau kedua
Brakk!Adam menendang pintu hingga terbuka lebar.Sontak Mr. Big dan Mondy tersentak mendengar suara dobrakan pintu yang begitu bising memecah keheningan.Adam menatap tajam ke arah Mr. Big yang tengah meringkuk di sisi ruangan."Tindakanmu tak bisa dimaafkan!" seru Adam, seketika megepalkan kedua tangan dan menghampirinya.Mr. Big memandangi Adam dengan terheran-heran.Dan saat berada tepat di hadapannya, Tiba-tiba Adam menggenggam kerah bajunya lalu menariknya hingga memaksa tubuhnya ikut terangkat."Kau harus bertanggung jawab atas perbuatan pasukanmu yang telah mengacaukan ketentraman kota!" seru Adam, memelototi Mr. Big."Apa maksudmu?! Kenapa tiba-tiba menyalahkanku?!" tanya Mr. Big, mengerutkan keningnya."Jangan berpura-pura bodoh! Diam-diam kau mengerahkan pasukanmu untuk mengacaukan kota!""Mana ponsel yang kau sembunyikan itu?!" seru Adam, memintanya dengan tegas.Mr. Big seketika menjawab, "Aku tak menyimpan apapun. Pasukanmu yang telah merampas ponselku. Jika tak percaya,
Tubuh Mr. Big seketika jatuh bersimbah darah."Tiarap!" Teriak Adam.Dan para pasukan langsung menjatuhkan tubuhnya ke tanah. Beberapa bersembunyi di balik beton rumah sakit.Adam masuk ke dalam mobil. Dan mengambil sepucuk senjata lalu terus memperhatikan sekitar.Tiba-tiba suara ponsel kembali berdering. nomor tak dikenal itu kembali menghubunginya.Adam langsung mengangkatnya dan berkata. "Siapa kau sebenarnya! Keluarlah kau pengecut!"Seseorang itu pun menjawab, "Aku melihat jelas kau dan pasukanmu dari sini. Aku akan menghabisi pasukanmu dulu. Setelah itu kau akan tau siapa diriku," ucapnya.Lalu sambungan telepon itu diakhiri begitu saja.Adam semakin meradang. Ia langsung keluar dari mobil dan berseru kepada seluruh anak buahnya."Waspadalah, seseorang tengah bersembunyi untuk mengincar kalian! Jangan sampai kalian lengah sedikitpun!" seru Adam kepada seluruh pasukannya."Siap Pak!" jawab pasukannya.Penembak itu mengetahui kekuatan dalam diri Adam. Maka dari itu ia menyasarkan
Adam melangkah dengan berani mendekati pasukan bersenjata di depan gerbang rumahnya. Seakan tak pernah tercipta rasa takut dalam dirinya."Ayah jangan ke sana! Mereka penjahat yah!" seru Paul, yang tampak mengkhawatirkan ayahnya.Adam menengok ke arah anak itu. "Paul, kamu jangan memikirkan ayah, Cepat masuk ke rumah!" seru Adam. Paul langsung ditarik oleh Lusiana ke dalam rumah."Adam, lebih baik kamu masuk ke sini. Apa kamu tidak memikirkan kita yang mengkhawatirkan kamu?!" ucap Lusiana, cemas."Mengertilah Lusiana. Aku harus melakukan ini. Kamu dan Paul teteplah di dalam rumah dan jangan keluar dulu," ucap Adam."Ya sudah kalau itu mau kamu. Kamu tetap berhati-hatilah menghadapi mereka," ucap Lusiana.Tiba-tiba, suara tembakan kembali terdengar. Suara riuh di depan gerbang semakin bising seiring suara guyuran hujan yang terus berjatuhan.Bentrokan antara pasukan Mafia dan pasukan Adam tak dapat terelakkan lagi."Lusiana! aku harus kesana dulu!" ucap Adam. Lusiana dengan rasa keb
Adam tak menampik rasa bersalahnya. Paul yang lugu tak sepantasnya melihat sisi gelap kehidupan saat ini. Adam yang dulu penuh kelembutan, namun kini berubah seakan menjadi sosok menakutkan di mata Paul."Ayah, turunkan aku. Aku ingin dengan ibu saja."Adam tak bisa memaksa, lantas ia menurunkan Paul dari gendongannya."Kamu kenapa seperti itu dengan ayahmu nak?" tanya Lusiana."Aku takut Bu. Sekarang ayah menyeramkan," ucap Paul, dengan lugunya.Lusiana menoleh ke arah Adam. " kamu harus bersabar ya. Nanti dia pasti akan mengerti pada saatnya," ucap Lusiana, tersenyum.Adam menganggukkan kepala dan berkata, "Ya, aku tau itu. Ya sudah, kamu ajak Paul makan. Aku akan ke lantai atas untuk menemui Mondy," ucap Adam. Lusiana seketika menatap Adam dengan tajam. "Mau berbuat apa lagi kamu? Mau memukuli si Mondy lagi?!""Sudahlah, kamu tak perlu ikut campur dalam masalah ini. Sebenarnya, aku juga menginginkan kedamaian seperti orang pada umumnya. Tapi sekarang, tanggung jawab besar menuntut
"Kau telah menjebloskan Mondy. Itu sama saja kau memangilku ke sini! Dia adalah Kakakku!" seru seseorang yang berjas hitam itu."Aku tak perduli, siapapun yang tidak suka. Maka berhadapan denganku," ucap Adam, ia seketika merasa tertantang.Tanpa pikir panjang, seseorang berjas hitam itu mencengkram leher Adam. Pria itu harus mengarahkan tangannya ke atas karena tinggi Adam yang jauh melebihinya.Namun seketika penjaga rumah Adam melerai mereka."Sudah Pak, jangan bertengkar di sini. Ini rumah kediaman Pak Adam. Kau harus hargai dia sebagai tuan rumah!""Awas kau, jangan menghalangiku!" Tiba-tiba seorang berambut panjang itu mendorong penjaga rumah hingga hampir terjatuh.Tangannya kirinya masih menggenggam leher Adam. Lantas Adam langsung memelintir seseorang itu hingga tubuhnya memutar dan terbanting ke kiri."Sekarang ku minta, kau pergi dari sini! Kalau kau mau menyelesaikan masalah Kakakmu, silahkan datang ke Kantor Polisi!"Seseorang itu langsung bangkit kembali dan membusungkan
Wanita itu tampak begitu agresif kepada Adam. Membuat Adam semakin geram kepadanya."Aku tidak mengenalmu!""Pergi Kamu!" Adam membentak wanita itu.Namun perempuan itu semakin tak terkendali layaknya seorang pemabuk."Sayang, jangan begitu dong. Kamu kan sudah menyewa jasaku. Harusnya kamu menerima aku untuk melayani kamu...""Pergi!" Tiba-tiba Adam mendorong wanita itu lalu melangkah pergi begitu saja.Ia meninggalkannya di luar gerbang seorang diri.Namun sebenarnya, wanita itu tidaklah datang seorang diri.Ia melirik sambil tersenyum seseorang di sisi jalanan yang tengah merekam video.Lalu ia memberikan sebuah jempolnya yang menandakan semua berjalan dengan lancar.***Adam kembali ke dalam pagar dan menghampiri Lusiana yang tengah berdiri menunggunya di pekarangan."Ada apa sih? Kenapa ada suara seorang wanita?" tanya Lusiana, khawatir."Orang gila baru saja datang di rumah kita. Abaikan, Kita masuk saja ke rumah," ucap Adam.Lusiana yang penasaran tiba-tiba melangkahkan kaki ke
Mendengar permintaan Any, Lusiana dan Adam saling bertatapan.Lalu Lusiana kembali menatap Any seraya menggelengkan kepala. "Aku gak tau lagi harus berbicara apa. Jumlah itu terlalu besar. Untuk apa uang sebanyak itu ma?"Any lantas menjawab, "Sejujurnya, mama terpaksa meminjam uang kepadamu. Dikarenakan Mama memiliki hutang pada bank dan harus diganti dalam satu bulan ini.""Astaga, hutang untuk apa ma?" tanya Lusiana."Mama baru saja membeli mobil baru. Mobil yang lama sudah reot. Mama malu membawanya," Ucap Any.Mengetahui hal itu, Lusiana semakin murka terhadap Any. Kehidupannya yang terlalu hedonis membuat Any terjebak ke dalam jeratan hutang."Mama sangat keterlaluan. Padahal mobil mama masih bagus dan layak pakai. Kenapa Mama mudah sekali membuang-buang uang untuk suatu hal yang kurang berguna!" Seru Lusiana."Mama malu, Teman-teman arisan Mama sudah memiliki mobil baru yang mewah. Tapi mama, selama 3 tahun ini belum mengganti mobil baru," Jawab Any.Mendengarnya ucapan Any, me
Setelah memakan waktu setengah jam perjalanan, mobil yang membawa Adam telah tiba di AR Hospital.Mereka keluar dari mobil lalu seorang penjaga keamanan seketika menghampiri."Selamat datang pak Adam dan ibu Lusiana," Ucap penjaga keamanan tersebut."Terima kasih, apakah semua sudah berkumpul di ruang rapat?" tanya Adam."Sudah pak. Silahkan bapak menuju ke sana. Karena seluruh petinggi sudah menunggu bapak," Ucap sang petugas keamanan.Lalu Adam berbalik badan dan menatap Lusiana yang tengah duduk di bangku tengah."Lusiana, kamu mau ikut denganku ke dalam?" tanya Adam.Lusiana tampak tengah memperhatikan ponselnya. Namun ia seketika berbalik arah memandang Adam dan berkata."Tidak, biar aku akan menunggumu saja. Aku sedang berkomunikasi dengan keluarga," Ucap Lusiana."Baik, tak apa. Kamu tunggu saja di sini. Aku akan kembali beberapa jam lagi," Jawab Adam."Aduh, apakah bisa sedikit dipercepat?""Aku harus ke rumah mama. Karena keadaan mama sedang tidak baik-baik saja," ucap Lusian
Setelah dua jam pertempuran berdarah. Suara sirine ambulance terdengar berdatangan. Untuk membawa jasad seluruh anggota mafia dan dua pemimpinnya untuk kemudian dibawa menuju ke rumah sakit kepolisian.Adam dan seluruh pasukannya kembali ke Kediamannya.Di istana Rudiant, Lusiana dan Paul menunggunya dengan harap-harap cemas.Kala mobil Pasukan telah tiba, raut wajah sumringah seketika terpancar dari wajah Lusiana.Adam keluar dari mobil langsung menghampiri Lusiana yang tengah menggendong Paul."Lusiana! Kamu sudah menungguku dari tadi?" tanya Adam, seraya melangkah mendekati istri dan anaknya."Aku sudah sangat mengkhawatirkanmu, kamu kenapa lama sekali pulangnya?" tanya Lusiana."Kami mendapat perlawanan sengit saat melakukan penyergapan. Beruntung seluruh pasukan selamat dalam bertugas," Ucap Adam."Bagus kalau begitu, aku pikir akan banyak memakan korban. Tapi ternyata semua baik-baik saja," Ucap Lusiana."Ya sudah, mari kita masuk rumah. Aku sudah sangat lelah dan lapar,"ucap Ad
Mendengar suara bising di ruangan parkir, membuat semua orang mengalihkan perhatiannya."Tolong periksa di ruangan parkir!" Seru Dasvanco kepada anak buahnya."Siap tuan!" Jawab salah satu anak buahnya.Lalu dua anak buah menuju ke ruangan parkir yang tak jauh dari ruangan tengah.Sesampainya di parkiran mobil, mereka terkejut melihat ban mobil yang telah kempes."Sungguh aneh! Bagaimana mungkin ban mobil ini bisa kempes dengan sendirinya," Ucap salah satu mafia, terlihat keheranan."Biar aku yang memeriksanya," Ucap rekannya.Lalu ia memeriksa ban mobil itu dengan seksama.Tiba-tiba sebuah peluru melesat menembus kepala dua mafia tersebut.Dua anggota mafia seketika tewas di tempat.Hingga 10 menit berselang, Dasvanco menunggu dua anak buahnya. Namun tak kunjung kembali ke hadapannya."Kenapa mereka berdua tidak kembali! Tolong periksa keadaan mereka!" Seru Dasvanco."Siap Tuan,"jawab salah satu anak buahnya.Lalu ia menuju ke ruangan parkir tersebut.Dan selang beberapa menit, satu
Saat malam mulai menjelang, sebuah mobil audy hitam telah tiba di depan istana Rudiant.Dua pengawal seketika menghampiri untuk menyambutnya."Selamat malam Tuan Jody, senang anda bersedia untuk datang memenuhi panggilan. Pak Adam sudah menunggu anda," Ucap Sang pengawal."Ya, di mana dia sekarang?" tanya Jody."Pak Adam sudah menunggu anda di ruang tamu. Silahkan masuk Tuan," Ucap sang pengawal."Baik, Terima kasih," Jawab Jody.Lalu ia melangkah menuju ke arah pintu rumah. Saat ia memasuki rumah bak istana tersebut.Adam langsung berdiri dari bangku sofa. Dan menyambut kedatangan Jody."Selamat datang Jody, bagaimana kabar anda sekarang?" tanya Adam, seketika menyodorkan tangan kepadanya."Aku baik-baik saja. Bagaimana juga dengan keadaan anda sekarang?" tanya Jody."Akhir-akhir ini, aku dibuat pusing oleh para mafia. Mereka sedang gencar-gencarnya melakukan serangan balas dendam. Tadi pagi, rumah sakit diserang oleh seseorang tak dikenal. Dan aku mengundang kamu kesini untuk menany
Sekelebat bayang seketika melesat dan secara mengejutkan, George telah menghilang dari hadapan Adam.Kecepatan gerakan George membuat seluruh mata yang melihatnya begitu terperangah.Kepalan tinju yang ia layangkan meleset dari sasaran. Dan tiba-tiba sebuah tendangan mengarah ke kepala Adam.Adam terdorong ke depan terkena tendangan yang mengenai belakang kepalanya.Namun tubuhnya yang besar dan kuat tak akan mudah ditumbangkan oleh kekuatan George. Bahkan jika sebuah mobil menabraknya dengan kecepatan tinggi.George bersiul, Adam langsung teralihkan oleh suara di belakangnya.Dan seketika, sebuah tinju melesat menghantam wajah Adam.Kecepatannya yang sangat tinggi membuat Adam kesulitan untuk menghindarinya.Adam kembali terdorong ke belakang dengan keadaan yang hampir terjungkal.George tertawa terpingkal-pingkal melihat Adam yang kewalahan."Hahaha! Jendral sampah!""Ternyata kekuatanmu tak seberapa bagiku!" Seru George, tertawa puas.Lantas Adam kembali menegakkan badannya. Lalu m
12 jam telah berlalu, namun tanda-tanda kedatangan kelompok Mafia belum juga terlihat.Kendaraan barakuda telah disiagakan di beberapa sudut kota.Sniper tentara Nasional bersembunyi di antara bangunan-bangunan di pusat kota.Di ruangan pribadi Jendral Adam. Letjen Charles tengah duduk di hadapannya."Aku rasa mereka sudah tau bahwa rencana mereka telah bocor," ucap Adam."Tapi tidak mungkin mereka takut walaupun pusat kota telah dijaga ketat oleh pasukan khusus. Mereka memiliki peralatan tempur yang mumpuni untuk melawan pasukan," ucap Letjen Charles."Berarti ini adalah bagian dari strategi mereka untuk mengelabuhi kita. Mereka pasti memiliki mata-mata yang tersebar di dalam kota. Dan untuk memancing kedatangan mereka. Tarik pasukan Barakuda. Jangan sampai terlihat mencolok. Cukup dengan pasukan-pasukan sniper dan Intel untuk menyebar di penjuru kota," ucap Adam."Baik, aku akan instruksikan aparat di lapangan untuk kembali ke markas. Sementara persenjataan akan dikirim melalui mobi
Sesampainya di Kota Wales. Pemandangan tak biasa menghiasi kota.Suara riuh warga begitu terdengar. Mereka berjalan beriringan dengan satu tuntutan. "Jendral Pelanggar HAM harus dihukum mati."Banyak warga yang terprovokasi dengan berita di media. Tanpa mengetahui kebenaran yang jelas dari sebuah informasi.Di sebuah jalanan yang dipenuhi oleh demonstran.Adam yang berada di dalam mobil dengan berani keluar menghampiri para demonstran.Sontak saja para warga berlarian lalu menyerang Adam."Itu dia pembunuhnya!""Orang seperti ini tidak pantas disebut Jendral!"Banyak para warga yang tersulut emosi."Tenanglah Masyarakat!""Saya akan bicara yang sebenarnya terjadi!""Semua masalah ini sudah selesai!"Namun para warga tak mengindahkan perkataan Adam.Hingga puluhan batu terlempar mengenai kepala Adam.Lalu seketika para pengawal dari tentara dan kepolisian membentuk barisan.Para demonstran begitu terkejut melihat Adam yang tak terdapat sedikitpun luka."Biarkan aku mendekati mereka! Ak