Mereka berdua saling berhadapan. Dan bersiap untuk penyerangan.Di antara para Mafia yang terus bersorak sorai di tengah pertarungan."Habisi saja dia!""Jangan ragu, bunuh saja!"Seru Mereka dengan begitu antusiasnya.Namun, Bush tak membiarkan hal itu terjadi. Ia berusaha melerai mereka berdua dari pertarungan. Karena jika sampai mereka saling bertarung. Maka konsekuensinya adalah kematian.Jody tengah mempersiapkan penyerangannya dengan kedua tangan mengepal dan terus memperhatikan titik kelemahan Erick.Tiba-tiba Bush menghadang mereka berdua. "Sudah! Guru tak akan senang jika melihat kita seperti ini! Kita tak perlu terpecah belah, Jika memang itu jalan yang dipilih Jody. Biarkan saja! Lagipula para pasukan Mafia juga tak akan sudi dipimpin oleh orang seperti dia!"Mendengar perkataan Bush. Jody tiba-tiba meradang. Ia langsung melayangkan tendangannya ke arah sahabatnya itu.Brakk!Bush terpental dan tubuhnya bertubrukan dengan Erick."Jaga ucapanmu!""Kita lihat, apakah para Ma
Dua pria bertubuh tegap menyeret paksa Mondy dan Mr. Big ke sebuah ruangan. Yang dimana ruangan itu merupakan ruang Pribadi Jendral Adam.Di tempat yang begitu remang pencahayaan, Adam tengah duduk di bangku sofa seraya menghisap cerutunya.Dua pria itu lantas menjatuhkan Mondy dan Mr. big di hadapan Adam."Kalian berdua berlutut!" seru salah satu tentara, memerintahkan dengan tegas.Mondy dengan paniknya langsung berlutut di hadapan Adam.Namun tidak dengan Mr. Big, Ia membuang muka dan menolak untuk tunduk kepada Adam. Karena baginya, harga dirinya adalah harga mati.Adam membisiki seorang pengawal yang berada tepat di sampingnya seraya terus menatap Mr. Big."Seret dia mendekat kepadaku..." "Baik Pak," ucap pengawal itu seraya menganggukkan kepala.Lalu Sang pengawal langsung melangkah mendekati Mr. Big.Dan secara tiba-tiba, ia menarik rambutnya hingga memaksa tubuhnya ikut terbawa ke hadapan Adam."Akh! lepaskan rambutku!" Teriak Mr. Big kesakitan dan terus meronta, walau kedua
Brakk!Adam menendang pintu hingga terbuka lebar.Sontak Mr. Big dan Mondy tersentak mendengar suara dobrakan pintu yang begitu bising memecah keheningan.Adam menatap tajam ke arah Mr. Big yang tengah meringkuk di sisi ruangan."Tindakanmu tak bisa dimaafkan!" seru Adam, seketika megepalkan kedua tangan dan menghampirinya.Mr. Big memandangi Adam dengan terheran-heran.Dan saat berada tepat di hadapannya, Tiba-tiba Adam menggenggam kerah bajunya lalu menariknya hingga memaksa tubuhnya ikut terangkat."Kau harus bertanggung jawab atas perbuatan pasukanmu yang telah mengacaukan ketentraman kota!" seru Adam, memelototi Mr. Big."Apa maksudmu?! Kenapa tiba-tiba menyalahkanku?!" tanya Mr. Big, mengerutkan keningnya."Jangan berpura-pura bodoh! Diam-diam kau mengerahkan pasukanmu untuk mengacaukan kota!""Mana ponsel yang kau sembunyikan itu?!" seru Adam, memintanya dengan tegas.Mr. Big seketika menjawab, "Aku tak menyimpan apapun. Pasukanmu yang telah merampas ponselku. Jika tak percaya,
Tubuh Mr. Big seketika jatuh bersimbah darah."Tiarap!" Teriak Adam.Dan para pasukan langsung menjatuhkan tubuhnya ke tanah. Beberapa bersembunyi di balik beton rumah sakit.Adam masuk ke dalam mobil. Dan mengambil sepucuk senjata lalu terus memperhatikan sekitar.Tiba-tiba suara ponsel kembali berdering. nomor tak dikenal itu kembali menghubunginya.Adam langsung mengangkatnya dan berkata. "Siapa kau sebenarnya! Keluarlah kau pengecut!"Seseorang itu pun menjawab, "Aku melihat jelas kau dan pasukanmu dari sini. Aku akan menghabisi pasukanmu dulu. Setelah itu kau akan tau siapa diriku," ucapnya.Lalu sambungan telepon itu diakhiri begitu saja.Adam semakin meradang. Ia langsung keluar dari mobil dan berseru kepada seluruh anak buahnya."Waspadalah, seseorang tengah bersembunyi untuk mengincar kalian! Jangan sampai kalian lengah sedikitpun!" seru Adam kepada seluruh pasukannya."Siap Pak!" jawab pasukannya.Penembak itu mengetahui kekuatan dalam diri Adam. Maka dari itu ia menyasarkan
Adam melangkah dengan berani mendekati pasukan bersenjata di depan gerbang rumahnya. Seakan tak pernah tercipta rasa takut dalam dirinya."Ayah jangan ke sana! Mereka penjahat yah!" seru Paul, yang tampak mengkhawatirkan ayahnya.Adam menengok ke arah anak itu. "Paul, kamu jangan memikirkan ayah, Cepat masuk ke rumah!" seru Adam. Paul langsung ditarik oleh Lusiana ke dalam rumah."Adam, lebih baik kamu masuk ke sini. Apa kamu tidak memikirkan kita yang mengkhawatirkan kamu?!" ucap Lusiana, cemas."Mengertilah Lusiana. Aku harus melakukan ini. Kamu dan Paul teteplah di dalam rumah dan jangan keluar dulu," ucap Adam."Ya sudah kalau itu mau kamu. Kamu tetap berhati-hatilah menghadapi mereka," ucap Lusiana.Tiba-tiba, suara tembakan kembali terdengar. Suara riuh di depan gerbang semakin bising seiring suara guyuran hujan yang terus berjatuhan.Bentrokan antara pasukan Mafia dan pasukan Adam tak dapat terelakkan lagi."Lusiana! aku harus kesana dulu!" ucap Adam. Lusiana dengan rasa keb
Adam tak menampik rasa bersalahnya. Paul yang lugu tak sepantasnya melihat sisi gelap kehidupan saat ini. Adam yang dulu penuh kelembutan, namun kini berubah seakan menjadi sosok menakutkan di mata Paul."Ayah, turunkan aku. Aku ingin dengan ibu saja."Adam tak bisa memaksa, lantas ia menurunkan Paul dari gendongannya."Kamu kenapa seperti itu dengan ayahmu nak?" tanya Lusiana."Aku takut Bu. Sekarang ayah menyeramkan," ucap Paul, dengan lugunya.Lusiana menoleh ke arah Adam. " kamu harus bersabar ya. Nanti dia pasti akan mengerti pada saatnya," ucap Lusiana, tersenyum.Adam menganggukkan kepala dan berkata, "Ya, aku tau itu. Ya sudah, kamu ajak Paul makan. Aku akan ke lantai atas untuk menemui Mondy," ucap Adam. Lusiana seketika menatap Adam dengan tajam. "Mau berbuat apa lagi kamu? Mau memukuli si Mondy lagi?!""Sudahlah, kamu tak perlu ikut campur dalam masalah ini. Sebenarnya, aku juga menginginkan kedamaian seperti orang pada umumnya. Tapi sekarang, tanggung jawab besar menuntut
"Kau telah menjebloskan Mondy. Itu sama saja kau memangilku ke sini! Dia adalah Kakakku!" seru seseorang yang berjas hitam itu."Aku tak perduli, siapapun yang tidak suka. Maka berhadapan denganku," ucap Adam, ia seketika merasa tertantang.Tanpa pikir panjang, seseorang berjas hitam itu mencengkram leher Adam. Pria itu harus mengarahkan tangannya ke atas karena tinggi Adam yang jauh melebihinya.Namun seketika penjaga rumah Adam melerai mereka."Sudah Pak, jangan bertengkar di sini. Ini rumah kediaman Pak Adam. Kau harus hargai dia sebagai tuan rumah!""Awas kau, jangan menghalangiku!" Tiba-tiba seorang berambut panjang itu mendorong penjaga rumah hingga hampir terjatuh.Tangannya kirinya masih menggenggam leher Adam. Lantas Adam langsung memelintir seseorang itu hingga tubuhnya memutar dan terbanting ke kiri."Sekarang ku minta, kau pergi dari sini! Kalau kau mau menyelesaikan masalah Kakakmu, silahkan datang ke Kantor Polisi!"Seseorang itu langsung bangkit kembali dan membusungkan
"Dia itu hanya seorang gembel. Buat apa kamu membela dia!" ucap Any, seraya melirik Adam dengan tatapan sinis. "Ibu Any, tidak pantas ibu berbicara seperti itu. Walaupun seseorang itu gembel sekalipun.""Kita tak boleh merendahkan dan meremehkan siapapun!""Setiap manusia berhak untuk dihargai!""Apa anda tidak tau kalau Bapak Adam ini pemilik Perusahaan AR Hospital?!" Frank tampak meradang.Sontak Any terkejut mendengarnya. Namun ia tak percaya begitu saja dengan ucapan Frank."Tidak mungkin! Dia itu dari desa yang nekat mau menikahi anak saya. Sebenarnya saya tidak suka dengan dia. Kalau bukan karena suamiku sudah saya usir dia dari dulu!" seru Any.Lalu Lusiana menyaut perkataan Any, "Mama apa tidak ingat apa yang Papa katakan? Papa pernah bilang kalau Adam itu bukanlah orang biasa. Tapi Mama selalu saja memandang dia sebelah mata.""Ah! tak percaya! Mana buktinya kalau memang dia seorang konglomerat?!" Any tetap saja menganggap rendah Adam hingga menantangnya.Frank membuka layar