Kevin langsung melangkah kakinya dengan cepat. Namun, ketika akan membuka pintu ia menghela napasnya terlebih dahulu.
Meredakan emosinya yang berada di puncak ubun-ubun.
“HHHAAAAHHHHhhhhhhh...”
Cklek, daun pintu itu langsung terbuka, menampilkan seorang perempuan yang sedang bersandar di dashboard ranjang.
Seperkian detik, Dea menatap suaminya dengan datar.
Tak menggubris perempuan itu, Kevin langsung masuk ke dalam kamar mandi. Badannya terasa gerah setelah aktivitas seharian.
Dea yang sendirian di dalam kamar langsung mengambil ponsel suaminya yang tergeletak di atas nakas.
Memprogram beberapa aplikasi, ia berencana menyadap smartphone itu.
Cukup lama ia mengotak-atik ponsel suaminya, dia harus menghubungkan jaringan ke miliknya juga.
Setelah berhasil memasang aplikasi itu, dan mengatur ponsel mereka agar terhubung secara realtime. Dea segera mengembalikan benda pipih itu ke tempat semula.
Dengan apl
Sesampainya Kevin di rumah Icha, ia langsung berlari masuk. Pupilnya melebar ketika melihat keindahan istrinya yang terekspos di matanya.Di sisi lain, Dea yang berada di dalam kamar memantau setiap kegiatan yang dilakukan suaminya. Program penyadapannya berjalan dengan lancar. Bahkan tak terkendala sedikitpun, lokasi, hingga kamera di dalam ponsel Kevin dapat digunakan dengan sangat baik.“Bagus Mas! kebiasaanmu menaruh hp sesuai tempatnya membuat rencanaku semakin mulus!” puji Dea. Kevin memiliki kebiasaan menaruh HP di standing ponsel. Ditambah merek ponsel suaminya tidak kaleng-kaleng dengan tiga lensa kamera menonjol membuat lelaki itu berhati-hati ketika menyimpan benda pipih itu. Kebiasaan Kevin sempat membuat Dea risih karena terkesan sombong memiliki HP luxury brand. Tapi sekarang ia sangat bersyukur, karena dengan begini dia bisa memantau setiap pergerakan yang dilakukan suaminya, tentu saja dengan gundiknya!Dari rekaman kamera perlahan Kevin mendekati Icha. Wanita itu nampa
Icha membelalakkan matanya, karena Kevin mengabaikan permainan panas. Tubuh lelaki itu langsung menjauh, mengacuhkannya begitu saja tanpa balasan apapun. Tangannya yang seputih susu itu langsung memeluk pinggang lelaki di depannya. Icha tak ingin permainan ini berakhir. Sedangkan Kevin segera mengambil ponsel yang sedari tadi berdering. Menjawab video call dari istri sahnya. “Mas! Tolong Mas!” teriak Dea penuh kepanikan. Wajah perempuan itu terlihat sangat berantakan. “Uhuhuhuhu!!!” tangis perempuan itu pecah, ekspresi ketakutan nampak dengan jelas disana. Mendengar teriakan itu Kevin terkejut. “Ada apa Sayang?” tanyanya penasaran. “Ada ular! Tolong!!! Akhh!” teriak Dea. “Brukk!!!” suara ponsel terbanting. Mata Kevin langsung melotot. Wajah perempuan itu sudah menghilang di layar ponsel. Gelap, tak ada apa pun, bahkan suara pun sudah tak terdengar lagi. “Sayang! Dea! Dea!!!” panggil Kevin histeris. Tanpa pikir panjang lelaki itu langsung turun dari ranjang, melepaskan kaitan tan
Kevin langsung memarkirkan mobilnya ke pekarangan rumah. Matanya tertuju pada seorang perempuan yang tengah bersimpuh di lantai teras dengan tangan yang memeluk kedua kakinya. Wajah perempuan itu terbenam dengan sangat dalam di sela tubuh dan kakinya. “Sayang,” panggil Kevin sembari berlari mendekati perempuan itu. Dea langsung mendongakkan kepalanya, menatap seseorang yang baru saja memanggilnya. Deraian air mata menetes dengan gesit. “Uhuhuhuuuu!!!” tangisnya kembali pecah setelah melihat kedatangan Kevin. “Kenapa? Ada apa, hm?” tanya Kevin dengan tatapan sendu. Melihat perempuan itu menangi membuatnya merasa khawatir. “Uhuhuhu!!! Kenapa lama sekali...” protes Dea di tengah tangisannya. “Maaf, Mas sudah berusaha cepat pulang. Maafin Mas,” mohon Kevin yang membelai pipi perempuan itu, mengusap lelehan air mata yang tersisa. Lelaki itu menatap lawan bicaranya dengan sendu, ia sangat menyesal meninggalkan Dea sendirian di rumah
Keesokan paginya, Dea tengah bersiap untuk berangkat kerja. Wanita tersenyum semringah karena aksinya semalam berjalan sangat mulus. Kevin sudah menunggunya di meja makan.“Pagi Mas,” sapa Dea dan langsung duduk di samping suaminya.“Pagi Sayang,” jawab lelaki itu dengan mata yang berbinar. Kevin bahkan memberikan satu kecupan di pipi kanan Dea. Perempuan itu hanya tersenyum simpul mendapatkan ciuman manis di pagi hari.“Hari ini jadi antar aku kan?” tanya Dea.“Jadi dong Sayang, kan kamu belum bisa naik sepeda motor,” jawab Kevin yang sibuk memasukkan nasi ke dalam piring. Piring itu lalu diberikannya pada Dea.“Makasih Mas.”Setelah mereka selesai mengisi perut, Kevin segera mengantar istrinya ke SMAN Surabaya 1.“Semangat ya Sayang, hubungi Mas kalau pekerjaanmu sudah selesai,” pinta Kevin dengan kecupan manis di kening perempuan itu. Dea menganggukkan kepalany
Lagi-lagi Icha menuntutnya untuk segera menceraikan Dea. Kevin hanya memejamkan matanya, menahan emosi yang terasa ingin meletus. Jika tidak berada di sekolahan mungkin ia akan membabi buta, ditambah baru saja Kevin mendapatkan Surat Peringatan.“Aku tutup teleponnya dulu, jangan menghubungiku beberapa hari ini,” perintah Kevin dan langsung memutuskan sambungan telepon itu.Dia sangat lelah mendengar omelan dari beberapa orang hari ini. Tanpa Kevin sadari ada seseorang yang memperhatikannya dalam diam. Orang itu adalah Nino.Nino segera menjauh dan mencari nomor Dea di benda pipih miliknya.“Hallo Assalamualaikum,” salam Dea di seberang.“Waalaikumsalam.” Nino menelan salivanya.“Ada apa?” tanya Dea yang penasaran dengan lelaki yang tiba-tiba menelponnya.“Em... I-itu, aku dan Kevin mendapat Surat Peringatan,” jelas Nino gelagapan.“Oh, lalu?” tanya Dea tak
Perempuan itu menghentak-hentakkann kakinya dengan kesal ketika melihat Dea yang semakin menempel pada suaminya.“Apa-apaan kamu!” kesal Icha yang langsung mendorong tubuh Dea ke belakang. Tubuh musuhnya langsung terhuyung dan akan jatuh. Untungnya Kevin dengan sigap menarik tubuh istrinya agar tidak tersungkur ke lantai. Alis lelaki itu langsung tertaut rapat, merasa kesal pada Icha.Melihat Kevin yang membantu Dea, membuat Icha semakin murka.“Kamu tidak apa-apa Sayang?” tanya Kevin pada Dea. Perempuan itu hanya menggelengkan kepalanya, memberikan ekspresi melas dan mata sayu. Hal itu membuat hati Kevin terenyuh karena lagi-lagi dia menyakiti hati istrinya.Icha semakin murka melihatnya, ia segera merampas tangan lelaki itu agar mendekat kepadanya. Icha tak suka melihat pemandangan yang ada di depannya, hatinya merasa cemburu karena tatapan Kevin yang begitu dalam pada istri pertamanya dan perilakunya yang lembut.Sayangny
“Mas!” panggilnya, dia benar-benar tak terima dengan perlakuan Kevin yang pilih kasih dengan kedua istrinya. Namun, dengan sigap security itu langsung mencengkram lengannya dengan kuat lalu menyeret tubuhnya keluar dari toko. Dea sangat malu atas kejadian ini. Kevin memintanya untuk segera menjauh dari perempuan gila yang mengganggu quality time mereka. “Mas! Mas Kevin! Jahat kamu Mas!!?” teriak Icha di belakang mereka. Dea sempat menoleh ke arah perempuan itu. Ternyata ia sedang diseret paksa oleh security. “Sudah Sayang, jangan dilihat,” ucap Kevin dengan tangan yang memalingkan wajahnya agar tidak melihat kejadian memalukan di belakang. Dea tersenyum tipis, mendengar ucapan Kevin. “Maafin Mas ya. Lagi-lagi aku buat kamu sakit,” harap Kevin. Mata lelaki itu nampak sangat menyesali peristiwa buruk yang baru saja terjadi. “Kamu tidak mau maafin Dik?” tanya Kevin karena istrinya tak kunjung merespon perkataannya. “Iya Mas,” jawab Dea de
Perasaan Nino semakin kesal, dia sangat menyesal harus berurusan dengan wanita ular itu. “Aku mengajaknya ketemu, dia bilang akan menghubungiku ketika senggang,” jawab Nino apa adanya. Memang itulah kenyataannya. “Ketika senggang? Coba pastikan lagi No, itu hanya alasan halus perempuan tak tau diri itu untuk menolakmu. Ternyata dia benar-benar licik.” Icha mengepalkan tangannya dengan erat. “Ya,” jawab lelaki itu malas. “Cepat selesaikan pekerjaanmu, rumah tangga adikmu sedang dipertaruhkan sekarang,” ancam Icha pada partnernya. “Ya. Pulanglah sekarang, sudah mau magrib,” usir Nino. Tanpa merasa tersinggung Icha menuruti perkataan Nino dan langsung keluar dari rumah itu. Mendengar ada usaha yang dilakukan temannya sudah membuat Icha sedikit lega, meskipun hatinya masih kesal karena Dea beberapa kali telah menghancurkan keharmonisan rumah tangganya. Namun, sebentar lagi perempuan licik itu akan mendapat balasan yang setimpal dar