Hatinya terenyuh melihat perempuan itu menangis sesenggukan.
“Ada apa?” tanyanya lembut. Dea hanya menggelengkan kepala. Air mata perempuan itu menetes dengan deras di pipinya.
Andre mengusap buliran air itu dengan lembut. Memandu Dea untuk duduk di sofa, membiarkan perempuan itu terisak di pundaknya.
Tanpa mengucapkan sepatah katapun, Ia menemani Dea cukup lama untuk mengeluarkan semua air mata di dalam pelupuknya. Mengelus-elus pundak wanita itu, berharap bisa memberikan semangat.
Hatinya sangat sakit melihat belahan jiwanya tersiksa seperti ini. Ya, hingga sekarang Andre masih mencintai Dea. Namun, tak sekalipun ia berusaha merebut perempuan itu dari suaminya.
Dia sadar diri jika tidak bisa memiliki Dea. Dan Dea sudah mencintai lelaki lain.
Sayangnya, hingga sekarang ia tidak mampu membuka hatinya untuk wanita lain. Perhatiannya tak luput dari perempuan yang sedang ia temani ini.
Ketika isakan Dea mulai tak terdengar, p
Tangisan Dea mulai mereda, keheningan tengah terjadi disana.Andre tetap memeluk perempuan itu, tetapi lama-lama badannya terasa gerah dan pegal.“De...” panggil Andre lembut. Tak ada sahutan dari seseorang yang dipanggilnya.‘Apa dia tidur?’ batinnya.Andre terpaksa menjadi patung hingga Dea terbangun.Tiba-tiba Mbok Lastri datang. Wanita kaget melihat pemandangan di ruang tamu. Apalagi posisi majikan dan tamunya sedikit mainstream. Menyadari kehadiran Mbok Lastri, Andre langsung nyengir kuda.“Bu, bisa tolong check Dea sebentar. Apa dia masih lelap?” bisik Andre. Mbok Lastri menaruh tas belanjaannya di lantai lalu berjinjit mendekati kedua orang tersebut.Memeriksa apakah majikan perempuannya.“Masih Mas,” bisik Mbok Lastri pelan.“Hahh... saya capek,” keluh Andre. “Apa saya boleh bawa dia ke kamarnya? Saya harus segera kembali ke sekolahan,&rdq
Alis Kevin langsung berkerut setelah mendengar jawaban Nino. Terasa tidak masuk akal dipikirannya.“Apa maksudnya?” tanya Kevin penasaran. “Memang apa hubungannya perceraian dengan keselamatan Dea? Jangan berbicara omong kosong,” lanjutnya. Ekspresi marah nampak jelas di wajah Kevin. Tangan lelaki itu mengepal, bagaimana seseorang yang asing bagi istrinya tiba-tiba membicarakan tentang keselamatan? Kevin adalah orang yang paling tau kondisi istrinya, Nino hanya orang asing.Sahabat karibnya itu langsung tersenyum, bukan senyum manis melainkan senyum mengejek.“Setidaknya jika kau bercerai dengan Dea, maka psikis istrimu akan selamat,” ejek Nino. Dia benar-benar capek berhadapan dengan Kevin. Pria yang keras kepala dan cenderung bodoh.Kevin terdiam mendengar penuturan Nino, perkataan lelaki itu ada benarnya. Psikis Dea sekarang memang tidak baik-baik saja, mengingat ia telah mengkhianati perempuan itu.Namun, unt
Kevin langsung melangkah kakinya dengan cepat. Namun, ketika akan membuka pintu ia menghela napasnya terlebih dahulu.Meredakan emosinya yang berada di puncak ubun-ubun.“HHHAAAAHHHHhhhhhhh...”Cklek, daun pintu itu langsung terbuka, menampilkan seorang perempuan yang sedang bersandar di dashboard ranjang.Seperkian detik, Dea menatap suaminya dengan datar.Tak menggubris perempuan itu, Kevin langsung masuk ke dalam kamar mandi. Badannya terasa gerah setelah aktivitas seharian.Dea yang sendirian di dalam kamar langsung mengambil ponsel suaminya yang tergeletak di atas nakas.Memprogram beberapa aplikasi, ia berencana menyadap smartphone itu.Cukup lama ia mengotak-atik ponsel suaminya, dia harus menghubungkan jaringan ke miliknya juga.Setelah berhasil memasang aplikasi itu, dan mengatur ponsel mereka agar terhubung secara realtime. Dea segera mengembalikan benda pipih itu ke tempat semula.Dengan apl
Sesampainya Kevin di rumah Icha, ia langsung berlari masuk. Pupilnya melebar ketika melihat keindahan istrinya yang terekspos di matanya.Di sisi lain, Dea yang berada di dalam kamar memantau setiap kegiatan yang dilakukan suaminya. Program penyadapannya berjalan dengan lancar. Bahkan tak terkendala sedikitpun, lokasi, hingga kamera di dalam ponsel Kevin dapat digunakan dengan sangat baik.“Bagus Mas! kebiasaanmu menaruh hp sesuai tempatnya membuat rencanaku semakin mulus!” puji Dea. Kevin memiliki kebiasaan menaruh HP di standing ponsel. Ditambah merek ponsel suaminya tidak kaleng-kaleng dengan tiga lensa kamera menonjol membuat lelaki itu berhati-hati ketika menyimpan benda pipih itu. Kebiasaan Kevin sempat membuat Dea risih karena terkesan sombong memiliki HP luxury brand. Tapi sekarang ia sangat bersyukur, karena dengan begini dia bisa memantau setiap pergerakan yang dilakukan suaminya, tentu saja dengan gundiknya!Dari rekaman kamera perlahan Kevin mendekati Icha. Wanita itu nampa
Icha membelalakkan matanya, karena Kevin mengabaikan permainan panas. Tubuh lelaki itu langsung menjauh, mengacuhkannya begitu saja tanpa balasan apapun. Tangannya yang seputih susu itu langsung memeluk pinggang lelaki di depannya. Icha tak ingin permainan ini berakhir. Sedangkan Kevin segera mengambil ponsel yang sedari tadi berdering. Menjawab video call dari istri sahnya. “Mas! Tolong Mas!” teriak Dea penuh kepanikan. Wajah perempuan itu terlihat sangat berantakan. “Uhuhuhuhu!!!” tangis perempuan itu pecah, ekspresi ketakutan nampak dengan jelas disana. Mendengar teriakan itu Kevin terkejut. “Ada apa Sayang?” tanyanya penasaran. “Ada ular! Tolong!!! Akhh!” teriak Dea. “Brukk!!!” suara ponsel terbanting. Mata Kevin langsung melotot. Wajah perempuan itu sudah menghilang di layar ponsel. Gelap, tak ada apa pun, bahkan suara pun sudah tak terdengar lagi. “Sayang! Dea! Dea!!!” panggil Kevin histeris. Tanpa pikir panjang lelaki itu langsung turun dari ranjang, melepaskan kaitan tan
Kevin langsung memarkirkan mobilnya ke pekarangan rumah. Matanya tertuju pada seorang perempuan yang tengah bersimpuh di lantai teras dengan tangan yang memeluk kedua kakinya. Wajah perempuan itu terbenam dengan sangat dalam di sela tubuh dan kakinya. “Sayang,” panggil Kevin sembari berlari mendekati perempuan itu. Dea langsung mendongakkan kepalanya, menatap seseorang yang baru saja memanggilnya. Deraian air mata menetes dengan gesit. “Uhuhuhuuuu!!!” tangisnya kembali pecah setelah melihat kedatangan Kevin. “Kenapa? Ada apa, hm?” tanya Kevin dengan tatapan sendu. Melihat perempuan itu menangi membuatnya merasa khawatir. “Uhuhuhu!!! Kenapa lama sekali...” protes Dea di tengah tangisannya. “Maaf, Mas sudah berusaha cepat pulang. Maafin Mas,” mohon Kevin yang membelai pipi perempuan itu, mengusap lelehan air mata yang tersisa. Lelaki itu menatap lawan bicaranya dengan sendu, ia sangat menyesal meninggalkan Dea sendirian di rumah
Keesokan paginya, Dea tengah bersiap untuk berangkat kerja. Wanita tersenyum semringah karena aksinya semalam berjalan sangat mulus. Kevin sudah menunggunya di meja makan.“Pagi Mas,” sapa Dea dan langsung duduk di samping suaminya.“Pagi Sayang,” jawab lelaki itu dengan mata yang berbinar. Kevin bahkan memberikan satu kecupan di pipi kanan Dea. Perempuan itu hanya tersenyum simpul mendapatkan ciuman manis di pagi hari.“Hari ini jadi antar aku kan?” tanya Dea.“Jadi dong Sayang, kan kamu belum bisa naik sepeda motor,” jawab Kevin yang sibuk memasukkan nasi ke dalam piring. Piring itu lalu diberikannya pada Dea.“Makasih Mas.”Setelah mereka selesai mengisi perut, Kevin segera mengantar istrinya ke SMAN Surabaya 1.“Semangat ya Sayang, hubungi Mas kalau pekerjaanmu sudah selesai,” pinta Kevin dengan kecupan manis di kening perempuan itu. Dea menganggukkan kepalany
Lagi-lagi Icha menuntutnya untuk segera menceraikan Dea. Kevin hanya memejamkan matanya, menahan emosi yang terasa ingin meletus. Jika tidak berada di sekolahan mungkin ia akan membabi buta, ditambah baru saja Kevin mendapatkan Surat Peringatan.“Aku tutup teleponnya dulu, jangan menghubungiku beberapa hari ini,” perintah Kevin dan langsung memutuskan sambungan telepon itu.Dia sangat lelah mendengar omelan dari beberapa orang hari ini. Tanpa Kevin sadari ada seseorang yang memperhatikannya dalam diam. Orang itu adalah Nino.Nino segera menjauh dan mencari nomor Dea di benda pipih miliknya.“Hallo Assalamualaikum,” salam Dea di seberang.“Waalaikumsalam.” Nino menelan salivanya.“Ada apa?” tanya Dea yang penasaran dengan lelaki yang tiba-tiba menelponnya.“Em... I-itu, aku dan Kevin mendapat Surat Peringatan,” jelas Nino gelagapan.“Oh, lalu?” tanya Dea tak