"Amaliya, Amaliya ...." teriak Mihran.Mihran yang menyakini jika itu Amaliya pun akhirnya panik saat melihat sosok itu menghilang dari rumahnya. Sepertinya dia marah karena diperlakukan buruk oleh Eliza."Mel, Amaliya! Aku tahu itu kamu, Mel!" pekik Mihran. Dia terus berkeliling sekitar rumahnya untuk mencari keberadaan wanita yang sangat mirip dengan Amaliya itu."Amaliya, jangan pergi lagi dari aku. Aku kangen sama kamu, Amaliya ...." rintih Mihran. Namun, panggilannya pun tidak dipedulikan. Amaliya memilih mengumpat di balik semak."Maafkan aku, Mihran. Aku juga kangen sama kamu ...." ucap Amaliya terisak.Amaliya mulai ragu, apakah penyamarannya akan berhasil. Mihran yakin Ayu adalah Amaliya. Eliza pun tadi sempat mencurigainya."Apa ini akan berhasil?"Amaliya kembali mengingat siang itu. Ridho memberitahunya jika Eliza sedang mencari donor ASI untuk Dhika -- anaknya bersama Mihran. Dari situlah muncul ide Ridho agar Amaliya bisa kembali masuk ke rumahnya dan melakukan penyamara
"Ya Allah, Mel. Alhamdulillah ya Allah, akhirnya kamu kembali. Iya, kamu Amaliya, cucu Oma ...." ucap Oma Siska."Amaliya, anakku ...." ucap Arumi.Amaliya gamang. Hatinya menahan perih. Ingin rasanya memeluk Alia, melepas kerinduan pada Oma dan Mamanya. Namun, semua rencananya akan gagal jika itu dilakukannya."Alia kangen sama Mama ...." ucap Alia terisak. Pelukannya begitu erat pada Ayu hingga sulit dilepaskannya.Eliza yang masih mencurigai jika Ayu adalah Amaliya, mengintip dari kejauhan untuk melihat reaksi Ayu saat bertemu Oma dan anak Amaliya itu."Aku yakin, dia Amaliya!" batin Eliza."Maaf, tapi saya bukan Amaliya. Saya Ayu," jawab Ayu tertunduk.Amaliya terpaksa berbohong. Bukan sekarang waktunya jujur pada keluarganya. Eliza yang curiga pasti selalu memperhatikan gerak-geriknya."Maaf, saya Ayu bukan Amaliya.""Enggak, ini Bunda!""Jangan bohong kamu, Mel. Kamu ini cucuku," ujar Oma Siska terisak."Lihat anak kamu. Sejak kabar kamu meninggal, dia tidak mau makan. Tidak bis
Della merasa gelisah. Merasakan kantuk yang hebat tetapi matanya tidak bisa terpejam. Saat baru saja terlelap, tiba-tiba Della bangun karena mimpi buruk."Astaghfirullah."Della menghela napas panjang. Keringat pun mengucur di wajahnya. Bayangan tentang detik-detik terakhir sebelum kematian Amaliya pun terbayang lagi. Kata-kata terakhirnya saat Amaliya memohon belas kasihan pun kembali terngiang."Duh! Kenapa jadi kebayang Amaliya terus sih? Enggak. Ini cuma mimpi aja. Aku minum obat tidur ajalah biar bisa tidur." Della akhirnya memutuskan pergi ke dapur untuk mengambil minum. Saat baru membuka kulkas, tiba-tiba sekelebat ia melihat seperti bayangan melintas di belakangnya."Apa itu? Siapa yang lewat?" gumam Della .Della yang panik pun langsung berlari ke arah jendela rumah. Ia membuka tirai dan seketika ia melihat Amaliya berdiri tepat di depan jendela."Amaliya?" Tirai itu akhirnya ditutup kembali. Della kemudian membuka tirai itu kembali dan Tante Della yang ketakutan pun langsu
"Enggak!""Aku nggak mau minta maaf. Aku nggak salah sama sekali!" pekik Eliza yang tetap menolak meminta maaf pada Amaliya.Amaliya mengajukan sebuah syarat pada Mihran untuk tetap bekerja di rumahnya. Eliza harus meminta maaf dan tidak lagi menuduhnya macam-macam. "Syarat itu saya ajukan pada Pak Mihran. Saya memang butuh pekerjaan ini, Bu. Tapi, saya juga mau dihargai. Saya ingin bekerja dengan tenang, Bu," dalih Amaliya yang sudah membuat Dhika tertidur dalam gendongannya."Eliza, ayo dong minta maaf!" pinta Mihran. Eliza tetap diam dengan wajah yang menahan kesal."Kamu yang benar aja dong, Mihran. Masa aku harus minta maaf sama baby sitter. Aku enggak mau!" pekik Eliza."Kamu itu harus minta maaf. Masa kamu nggak mau berkorban sebagai Ibu. Aneh deh kamu," pekik Mihran."Ok, aku minta maaf!" jawab Eliza ketus tanpa mau menatap wajah Ayu."Saya terima maaf Ibu," jawab Ayu."Saya pamit ke dalam dulu, mau menyusui Dhika," pamit Ayu.Ani dan Tarjo pun mengucap syukur setelah Ayu gag
Malik akhirnya sampai di rumahnya bersama Oma Siska dan Indah. Malik pun mempertanyakan kebenaran apa yang dikatakan Eliza di telepon."Indah, apa benar kamu tadi berantem sama Eliza?" tanya Malik."Iya. Kok kamu tahu?" tanya balik Indah."Iya, tadi Eliza telepon waktu aku di kantor. Katanya kamu marah-marah dan bertindak kasar sama dia?" pekik Malik."Dia pantas menerima itu. Tadi dia mengusir aku, Oma dan Alia dari rumahnya," sahut Indah."Malik!""Apa yang dikatakan Indah itu benar. Seharusnya kamu membela istri kamu bukan membela istri orang," jawab Oma ketus."Kamu nih ya, keterlaluan kamu, Mas. Aku ini istri kamu tapi ...." sahut Indah yang langsung dipotong suaminya."Iya setidaknya kamu hargai dia sebagai tuan rumah. Bisa nggak sih kamu nurut sama suami? Ngelawan terus!" bentak Malik. Malik pun langsung pergi meninggalkan Oma dan Indah di ruang tamu."Oma, lihat tuh. Mas Malik masih mencintai Eliza. Dia nggak terima aku marah sama Eliza," gerutu Indah."Malik memang keterlalua
Ridho melangkah pulang dengan senyum kepuasan. Rencananya pun berhasil. Terlihat jelas kecemburuan di mata Mihran. Mihran telah jatuh cinta pada Ayu."Aku berhasil. Sebenarnya tadi cuma ngetes aja sih. Tapi, ternyata tidak sulit membuat Mihran jatuh cinta sama Ayu. Baguslah. Eliza akan cemburu dan semua kejahatan mereka akan terbongkar," gumam Ridho tersenyum puas.-----Ayu sedang membuat teh di dapur ketika Mihran tiba-tiba datang dan mengagetkannya."Kamu suka teh juga?" tanya Mihran."Eh, Pak. Iya, Pak," jawab Ayu tertunduk."Istri saya Amaliya juga suka teh. Dia selalu minum teh sebelum tidur seperti ini," jawab Mihran."Sebaiknya Bapak segera move on agar bisa bahagia dengan Bu Eliza," sahut Ayu."Wajah Ayu bukan hanya mirip. Tapi dia sifat dan kelakuannya sama dengan Amaliya. Dia juga baik. Bahkan sering disakiti Eliza pun dia juga tetap baik dengan Eliza," ucap Mihran dalam hatinya. Tatapannya tidak pernah lepas dari Ayu yang ada di hadapannya."Ke mana sih Mihran?" gerutu Eli
"Apa mungkin Tante Della sejahat itu sama Amaliya?" ucap Mihran dalam hatinya."Saya nggak bisa menuduh tanpa bukti. Tapi masalah ini akan saya selidiki," jawab Mihran tegas pada kedua asisten rumah tangganya.Akhirnya karena sudah malam Mihran kembali ke kamarnya. Begitupun dengan kedua asistennya, Tarjo dan Ani yang kembali ke kamarnya masing-masing. Sedangkan Eliza, ia menemui Tante Della di kamarnya."Udah dong, Tante. Jangan menggali terus. Nanti mengundang kecurigaan Mihran," kata Eliza saat duduk ditepi ranjang menemani sang Tante."Tapi Tante nggak halu, El. Foto-foto itu memang ada di sini!" ujar Della yakin."Aku nggak bisa nih membiarkan Tante Della terus-menerus ngehalu. Bisa-bisa malah membongkar kejahatan yang kita lakukan pada Amaliya. Aku harus menghentikannya," gumam Eliza."Ya udah, Tante istirahat di sini ya. Aku buatkan teh dulu biar Tante bisa istirahat," ujar Eliza yang langsung beranjak ke dapurnya.Eliza akhirnya membuatkan secangkir teh buat Tante Della agar b
Mihran yang terlanjur emosi langsung menarik paksa Eliza. Kemarahannya sudah memuncak ketika mengetahui kebohongan istrinya itu yang sudah terbongkar."Mihran, lepasin!" gertak Eliza ketika Mihran menarik tangannya dengan kasar."Tante, Tante harus tanggungjawab atas semua ini!" bentak Eliza menunjuk ke arah Della."Ini semua ide dia, Mihran!" pekik Eliza."Dia biang keladinya!"Della pun mendekati Mihran dan seng keponakan yang sudah saling serang dengannya."Tega kamu ya sama Tante kamu sendiri. Mihran itu nggak bodoh. Dia tahu siapa yang paling diuntungkan dari kematian Amaliya!" tekan Della. "Kamu kan? Bukan Tante!" pekik Tante Della.Mihran sudah muak dengan pertengkaran Eliza dan Tante Della. Ia langsung menarik istrinya itu pergi."Rasain kamu Eliza. Itu akibatnya kalau kamu berani macam-macam sama Tante!" gumam Tante Della."Aaaaaaa ...."Eliza tersadar dari lamunannya. Lamunan yang menjadi mimpi buruk baginya. Ia pun langsung mengatur napasnya."Enggak. Ini tidak boleh terja