"Saat ketulusan dibalas pengkhianatan, maka bersabarlah. Cukup tengadahkan tangan ke atas langit, lalu berdoalah. Jika kamu beruntung, maka Allah akan memberimu kesempatan melihat mereka mendapat balasannya. Hukum tabur tuai itu nyata .... "Rumah Amaliya dan Mihran"Assalamu'alaikum," ucap Mihran saat memasuki rumahnya bersama Amaliya dan Eliza. "Ayah ...." teriak Alia yang langsung memeluk sang Ayah. "Wa'alaikumsalam," jawab Oma Sisca ketus. Ia bingung, mengapa Amaliya mengajak Eliza menginap di rumahnya lagi. "Yah, malam ini Ayah temenin Alia tidur ya. Alia kan udah lama nggak dibacain cerita sama Ayah. Gara-gara syuting. Ayo, Yah," kata Alia yang semangat dan langsung menarik Ayahnya ke dalam kamar. "El, ayo, aku antar kamu ke kamar kamu," ajak Amaliya. Tetapi, Oma Siska mencegah cucunya dan ingin berbicara empat mata saja. "El, kamu duluan ke kamar ya. Aku mau bicara sama Oma dulu sebentar," kata Amaliya. Eliza pun mengangguk. "Permisi, Oma," ijin Eliza yang bergegas menu
"Saat hatimu sedang patah, maka bersujudlah, luruhkan semua sakitmu pada Maha pembolak-balik hati manusia .... ""Amaliya .... " teriak Oma dan Papa Amaliya berbarengan. Eliza terperanjat melihat keributan ditengah keluarga sahabatnya. "Liya, Oma melakukan ini demi kamu, Amaliya ...." ujar Oma dengan terisak. Eliza pun menyusul Amaliya."Mihran, tunggu. Sayang, tolong dengerin a—""Jadi selama ini kamu bohongin aku? Kamu tahu sendiri kan, selama ini aku nggak pernah mau menerima bantuan apapun dari keluarga kamu! Pantas saja Papa kamu selalu aja ngeremehin aku. Ternyata ini penyebabnya!" hardik Mihran yang emosi. Ia pun langsung menghidupkan mobilnya. "Mihran, Mihran, Sayang ...." Amaliya yang berusaha mengetuk pintu jendela tetap tidak digubrisnya. Alhasil, Mihran langsung pergi. Eliza pun mendekati Amaliya yang sudah berderai air mata. Saat berbalik, Amaliya pun melihat sahabatnya itu justru memohon bantuannya. "Eliza, tolong aku, tolong kamu kejar Mihran. Kamu tahu kan, gima
"Saat cinta itu sudah hilang tetapi kamu memilih bertahan untuk tetap berusaha mencintainya, maka itulah cinta sejati .... "Mihran hanya melirik ke arah Eliza yang berdiri disampingnya, ia mengangguk ke arah Amaliya dan langsung bergegas masuk ke dalam kamar. "Eliza, makasih ya, kamu udah buat Mihran mau pulang," kata Amaliya mengenggam tangan sahabatnya itu. Eliza pun mengangguk. "El, tadi kamu mau pergi ya? Eliza, aku nggak mau kamu pergi. Aku mohon, kamu bantuin aku lagi biar Mihran kembali seperti biasa lagi sama aku. Kamu mau kan? Karena kamu sahabat Mihran yang paling ngertiin dia banget. Please, El,aku mohon .... " bujuk Amaliya. Eliza pun mengangguk, "Iya."Amaliya pun memeluk erat Eliza erat sebagai ucapan terima kasih. ****Esok hari, di kantor MihranMihran terpaku. Ia kembali mengingat perkataan Oma Siska saat membongkar rahasia yang tersimpan selama ini. Amaliya, wanita yang sangat dicintainya ternyata sudah membohonginya. Harga dirinya sebagai lelaki dan seorang sua
"Tidak ada manusia yang sempurna. Hargailah apa yang kamu miliki sekarang ...."Mihran akhirnya mengikuti saran Eliza. Ia bergegas kembali ke rumahnya. Saat Mihran sampai di rumah, ia langsung masuk ke dalam kamarnya bersama Amaliya. Suasana gelap, hanya terlihat bertabur lilin disekitar kamar. Amaliya ternyata sudah siap dengan surprisenya. "Eliza benar. Seharusnya aku menghargai apa yang sudah dilakukan Amaliya untukku."Sebuah senyuman merekah dibibir tipis Amaliya, menyambut Mihran dengan sebuah candle light dinner. Mihran pun terharu. Ia menghampiri Amaliya yang sudah menunggu di sisi meja makan yang sudah disiapkannya dengan berbagai menu favorit Mihran. Kedua netra itu kini semakin dekat. Beradu pandang. Mihran pun memperhatikan sekeliling kamar yang sudah dikelilingi lampu hias warna-warni. Dibagian bawah ada lilin-lilin kecil membuat suasana semakin romantis."Kamu yang menyiapkan ini semua?" tanya Mihran yang masih menatap Amaliya dengan tatapan penuh cinta. "Kamu suka?"
Mihran says"Apa ini waktunya aku jujur ke Amaliya?Apa sebaiknya aku kasih tahu Amaliya jika sebenarnya Eliza mencintaiku? Dan bahkan kami telah berhubungan terlarang?" "Ternyata Dygta juga tahu soal ini? Apa Eliza juga cerita ke Dygta? Aku nggak mungkin cerita hal yang sebenarnya ke Amaliya sekarang. Aku belum siap. Aku harus menunggu waktu yang tepat buat membicarakan hal ini ke Amaliya baik-baik .... " batin Mihran. ****Bel berbunyi Alia pun bergegas membuka pintu saat mendengar suaea bel berbunyi. Awalnya Alia berpikir jika yang datang Oma Siska tetapi dugaannya salah. Mbak Ani, ART yang pamit pulang ke kampung karena ingin menikah. Sayang, pernikahannya gagal dan ia memutuskan kembali bekerja di rumah Amaliya dan Mihran. "Bi Ani .... " ucap Alia saat membuka pintu. "Non ... kok Mbak Ani balik lagi ke sini? Katanya mau balik ke kampung dan mau menikah?" tanya Alia heran. "Justru itu, Non, makanya Bi Ani balik lagi ke sini. Bibi ke sini karena gagal nikah. Calon suami bibi n
"Kejujuran itu memang menyakitkan, hancur, perih, semua menjadi luka yang harus kutelan mentah-mentah .... ""Aku juga nggak tahu kenapa, aku nggak suka aja melihat kamu jalan dengan laki-laki lain," tutur Mihran. Netra keduanya pun beradu pandang. Mihran menatap dengan tajam, begitupun Eliza. "Kalian di sini ternyata ...." teriak Amaliya, membuat keduanya dilanda kepanikan.Eliza berusaha tersenyum menutupi kepanikannya. "El, kata Malik tadi kencan kalian sukse dan lancar. Aku nggak sabar deh, kamu jadi ipar aku," tutur Amaliya. Amaliya pun memeluk erat sahabatnya itu. Eliza pun memeluk erat sahabatnya balik. Sedangkan Mihran, tatapannya semakin tajam. Ia dihinggapi cemburu yang luar biasa. ****Keesokan hariMihran pun sampai dikantornya. Ia dibuat kaget dengan suasana kantor yang tak biasa. "Loh, apa ini? Kayak ada acara tapi ...." gumam Mihran. Ia pun masuk lebih dalam ke kantornya. "Siapa yang bikin?" gumamnya lagi. Ia pun berjalan, di sebuah sudut terlihat Eliza dan Mali
Eliza mual, ia muntah-muntah di kamar mandi yang berada di dalam kamarnya."Seharian ini aku capek banget, mual-mual. Apa jangan-jangan aku ...." Eliza menduga jika dirinya hamil.Mungkinkah Eliza hamil anak Mihran?Pintu kamar mandi pun diketuk sangat keras."Eliza, Eliza ...."Eliza pun membasuh wajahnya. Sesaat kemudian ia membuka pintu kamar mandi. Ternyata ada Amaliya yang sudah berdiri di depan pintu kamar mandi. "Kamu kenapa? Sini yuk!" ujar Amaliya.Amaliya pun memapah sahabatnya itu untuk duduk di kursi yang ada di dalam kamar. Wajah Eliza pucat. Badannya pun lemah, karena mual yang hebat tadi."Aku buatin kamu teh hangat ya sama kuambilkan obat gosok. Sebentar," ucap Amaliya. Ia pun pergi menuju dapur.Eliza masih merasakan pusing dan mual yang sangat hebat.Tidak lama, Amaliya kembali membawa segelas teh hangat dan minyak gosok."Makasih ya, Amaliya ...." tutur Eliza berterima kasih pada sahabatnya.Amaliya pun memijit Eliza dengan minyak gosok yang dibawanya tadi."Bias
"Apa jadinya jika sahabat yang kita anggap saudara dan suami yang dianggap setia justru berkhianat. Sanggupkah memberi kata maaf?"Amaliya yang sadar akan amplop milik Eliza itu jatuh langsung bergegas memanggilnya dan mengambil amplop itu."Eliza ....""Ini apa?""Hasil lab Papa aku."Eliza pun langsung merampas amplop itu dari tangan Amaliya. Ia pun berjalan cepat menuju kamar sang Papa.Rumah AmaliyaAmaliya dan Eliza sampai di rumah. Mereka memutuskan pulang bersama dari rumah sakit."Kita berdoa sama-sama ya buat kesembuhan Papa kamu," tutur Amaliya merangkul sahabatnya itu.Eliza pun tersenyum"Liya, besok aku pulang ya," ujar Eliza. Eliza tidak mungkin terus tinggal bersama Mihran. Terlebih kini ia sedang mengandung anak Mihran. Berat rasanya harus tinggal bersama dengan suami sahabatnya sendiri yang sangat ia cintai."Tapi kenapa,El?Nanti di sana kamu kesepian lagi.Setidaknya kalau kamu di sini ada aku, ada Mihran Ada Alia yang bisa menemani kamu," ujar Amaliya."Justru karen