Home / CEO / DARI KONTRAK TURUN KE HATI / Bab 16. Gaun Pengantin

Share

Bab 16. Gaun Pengantin

Author: Xerin
last update Last Updated: 2024-04-12 21:28:05
Seorang pria di sana sedang sibuk dengan urusan kecilnya. Satu per satu pakaian dimasukkan ke dalam kotak hitam besar. Ya, itu adalah sebuah koper yang siap membawanya menemui sang putri kesayangan. Sesekali ia tersenyum bahkan bersenandung kecil. Masih jelas dalam ingatannya bagaimana putrinya saat kecil dulu.

Jika memikirkan anak kesayangannya itu akan menikah, ada perasaan sedih yang tak bisa dijelaskan. Meski begitu, bahagia yang dirasakan lebih banyak. Sayang sekali, tidak semua orang di sana merasa bahagia.

“Jadi kamu akan tetap pergi ke Jekardah dan meninggalkan aku di sini?” Satu tangan wanita di sana tertongkak di pinggang.

“Astaga, apa masih harus mempermasalahkan itu? Bagaimana dengan pernikahan Inka? Kami juga mengajakmu untuk ke sana dan hadir. Kamu sendiri yang tidak mau.” Ia berusaha membalas dengan nada yang manis.

“Sayang, kan bisa dengan wakil saja. Bagaimana kalau Neneknya Inka saja yang pergi? Aku sedang sekarat seperti ini dan kamu mau meninggalkan aku?” bujukn
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • DARI KONTRAK TURUN KE HATI   Bab 17. Bukan Pernikahan yang Diinginkan

    Pertanyaan yang jelas hanya gurauan di mata Inka. Mereka hanya tertawa setelah mendengarkan bagaimana Rehan mengeluarkan permintaannya. Tidak ada yang mengambil hati tentang keinginannya itu.“Hei, aku ini sangat serius, Inka.” Rehan mencoba untuk meyakinkan orang-orang di sana.“Berhentilah mengatakan seperti itu. Aku tidak akan tertipu. Ayo, kita sudahi kegiatan hari ini dan pergi makan di Lariza. Akan aku traktir kalian.” Inka lalu menuju kamar ganti.“Hei, jangan hanya mencoba satu baju, donk. Kami juga mau lihat saat kamu menggunakan gaun yang lain.” Sasha seakan memperingatkan gadis itu untuk tetap mencoba.“Ah, aku terlalu malas. Ini saja sudah bagus. Nanti kalau pakai yang lainnya, malah menjadi bingung.”Itu hanya alasan saja. Kenyataannya adalah Inka tak ingin banyak kenangan tentang persiapan pernikahan kontrak ini. Tidak akan berakhir bahagia dengan pernikahannya. Untuk itulah, ia memilih untuk tidak mencoba yang lainnya.Sayangnya, Rehan yang berada di sana tidak tinggal

    Last Updated : 2024-04-13
  • DARI KONTRAK TURUN KE HATI   Bab 18. Keluarga dan Masa Lalu

    “Betewe, kenapa kamu malah duduk di belakang? Sini di sampingku. Kamu membuatku seolah-olah jadi sopir beneran!” Rehan mulai kesal. Ia tidak seramah tadinya.Sasha yang berada dalam mobil itu mulai merasa tidak enak. Situasi ini berbeda saat Inka bersama mereka. Ia memilih diam saja sepanjang perjalanan menuju kantor. Ia merasa jika pertanyaannya tadi sedikit menyinggung Rehan. Namun, jika benar demikian, bisa jadi pria ini memiliki perasaan yang khusus pada Inka.“Kok kamu jadi diam?” tanya Rehan sambil memperhatikan Sasha dari kaca spion depan. “Apa aku membuatmu tidak nyaman? Meski kita cuma berdua sekarang, tenanglah, aku tidak akan melakukan hal yang aneh-aneh.”“Tidak apa-apa. Aku hanya … entahlah.”Sasha masih memilih untuk membungkam mulutnya. Lagipula, pembicaraan apa lagi yang bisa ia sampaikan pada Rehan? Mereka tidak memiliki hubungan apa-apa. Inka-lah yang menghubungkan mereka. Itu pun karena kegiatan hari ini.Mobil terus melaju sampai mengantar Sasha kembali ke PT. Luxi

    Last Updated : 2024-04-14
  • DARI KONTRAK TURUN KE HATI   Bab 19. Aku Tidak Hamil!

    “Kenapa diam saja?” Pertanyaan itu terus mendesak Inka.Candra bukan hanya sedang bertanya. Wajahnya pun bahkan telah berada di depan wajah Inka. Itu seperti seseorang yang sedang mengintrospeksi pelaku kejahatan. Inka mendorong tubuh Candra menjauh darinya.“Tidak sopan! Kamu memperlakukanku seperti seseorang yang sudah mencuri saja!” protesnya.Pria tampan di sana hanya bisa tertawa kecil. Ia tak menyangka jika tindakannya tadi sampai membuat wajah gadis itu memerah.“Kenapa lihat-lihat?” Inka masih dengan nada kesal. “Seharusnya aku menambahkan banyak hal di kontrak itu. Sekarang aku sangat menyesal telah tanda-tangan dengan santai.”“Ya memang seperti itu seharusnya. Aku bahkan sudah memberikanmu kesempatan untuk menambahkan perjanjian di sana. Kamu saja yang tidak menggunakan kesempatan itu dengan bijak.”“Cih!”Candra tak menanggapi bagaimana ketusnya Inka di sana. Ia menuju sekotak makan siang berwaran biru lalu menyuruh Inka untuk menyantapnya.“Kenapa kamu terus memintaku mak

    Last Updated : 2024-04-15
  • DARI KONTRAK TURUN KE HATI   Bab 20. Patriarki

    Inka tidak ingin melepaskan kesempatan itu. Ia segera menghubungi ayahnya. Bisa jadi, hanya saat itu saja ayahnya bisa untuk berbicara. Inka tahu betul jika sang ayah harus mencuri kesempatan untuk menghubunginya. Itu artinya saat ini beliau sedang sendirian saja tanpa si ibu tiri.“Halo, Ayah. Bagaimana kabarmu?” Inka langsung bertanya saat panggilan itu dijawab. “Aku sangat khawatir tidak menerima pesan setelah hari ini.”“Tenanglah. Ayahmu ini baik-baik saja. Kami sudah akan menuju bandara sekarang. Pastikan kamu menjemput nanti tepat waktu ya?”“Ayah ini sangat lucu. Perjalanan ke sini saja masih sangat lama,” balasnya santai. Inka sedang membayangkan penerbangan yang panjang itu. “Ya, tenanglah, Ayah. Aku pasti akan menjemput!”“Ayah tak bisa memberimu kabar karena Ibumu menyembunyikan ponsel Ayah. Baru-baru ini ia masuk rumah sakit. Ayah tidak tega meninggalkannya begitu saja. Kamu juga pasti setuju dengan tindakan ayah, bukan?”Terdengar helaan napas yang cukup keras. Inka suda

    Last Updated : 2024-04-15
  • DARI KONTRAK TURUN KE HATI   Bab 21. Ciuman Perpisahan

    4 jam sebelumnya …. Plak! Tamparan keras mendarat di pipi seorang wanita muda. Ia mengusap pipinya pelan berharap rasa sakit itu perlahan berkurang. Setelahnya, dipandangi wanita di depannya. Mata yang memicing dengan tatapan sangar kembali dilihatnya. “Bodoh! Kau memang bodoh! Aku tak menyangka telah membesarkan anak bodoh sepertimu!” Marah dan geram. Dua kata itu yang tepat menggambarkan bagaimana sosok wanita di sana saat ini. “Ma … aku hanya memilih jalanku sendiri. Lagipula, perusahaan itu bukan milik kita.” Ia berusaha membela dirinya. “Harusnya otakmu itu dipakai dengan baik. Apanya yang bukan milik kita? Aku adalah istri pemilik perusahaan itu. Harusnya bisa menjadi milikmu juga.” “Anak kandung orang itu yang paling berhak. Aku juga tak menginginkannya,” imbuhnya lagi. Plak! Lagi, satu tamparan mengenai pipinya. Belum puas juga wanita itu menampar, ia menaikkan tangannya lagi dan siap dengan serangan selanjutnya. “Hentikan!” cegah seorang pria. “Ca-Candra?” Mata wanit

    Last Updated : 2024-04-16
  • DARI KONTRAK TURUN KE HATI   Bab 22. Kontrak Baru

    Inka merasa terpojok saat ini. Keputusannya untuk mengijinkan Candra masuk ke dalam apartemen disesalinya sekarang. Jika saja ia tidak berani membuka pintu apartemen, mungkin kejadian itu tidak akan terjadi. Gadis itu perlahan berjalan mundur dan masuk ke dalam kamarnya. Ia mengunci secepat kilat.Tuk tuk tuk!Candra semakin agresif di sana. Beberapa kali diketuk pintu itu bahkan semakin keras.“Hei, Inka. Kenapa harus sampai begini, sih? Hahaha! Aku hanya bercanda! Bukalah pintunya dan kita bicara baik-baik.”Inka tidak bereaksi. Ia ada di atas tempat tidur dan menutupi telingannya dengan bantal. Untuk kali ini, tindakan Candra sama sekali tidak bisa lagi ditoleransi. Bukan untuk pertama kalinya Candra seperti ini dan masih terus berlanjut.Pria yang berdiri di balik pintu mulai merasa menyesal. Ia membuat seseorang di sana trauma. Dikirimkannyalah sebuah pesan dan permintaan maaf. Meski begitu, Inka belum mau menemuinya.Semalaman Candra menunggu Inka untuk berbicara tetapi tidak ad

    Last Updated : 2024-04-17
  • DARI KONTRAK TURUN KE HATI   Bab 23. Mobil untuk Inka?

    “Bersihkan dengan benar lalu bersiap-siap. Jangan malah melamun!”Teriakan Candra membuat Inka langsung tersadar. Tidak ada gunanya memperhitungkan ucapan dan tingkah manis. Semua itu hanyalah permainan seorang pria dewasa. Inka segera membereskan piring lalu mandi. Ia mengunci rapat kamarnya dan kamar mandi. Rasa trauma karena candaan calon suaminya betul-betul membuatya jera.‘Sekarang meski ia tidak ada di sini, aku akan tetap mengunci pintu. Bahaya sekali hidup bersamanya. Aish, aku lupa menanyakan tentang status rumah setelah kami menikah nanti.’Itu adalah hal penting yang terlewatkan oleh Inka. Sekarang ia mulai memikirkannya dengan sangat serius. Jika tinggal bersama keluarga besar Candra, ia sudah pasti haru tidur satu kamar dengan pria itu. Ini membuatnya sama sekali tidak bisa bergerak.‘Semakin memikirkan itu, semakin pusing rasanya. Aku memang bodoh karena menyetujui semua ini!’30 menit kemudian, keduanya telah bersiap-siap. Kaos putih dan celana jeans sudah cukup untuk

    Last Updated : 2024-04-18
  • DARI KONTRAK TURUN KE HATI   Bab 24. Jebakan Cinta

    Mobil itu mengantar keluarga Inka menuju apartemen. Saat masuk ke sana, ayah Inka mulai mengomentari Candra. Ini karena mereka tinggal bersama semalam. Pria itu itu mengira jika Candra setiap hari tinggal di sana. Itu sama saja dengan ‘kumpul kebo’. “Aku sama sekali tidak melarang jika kalian memilih hidup seperti anak-anak muda lainnya. Tapi ini berlebihan.” “Astaga, Ayah. Harus berapa kali Candra menjelaskan pada Ayah? Hm … dia ini masih tinggal di kediaman orang tuanya. Kalau tidak percaya, tanyalah nanti pada besan Ayah.” Inka sedikit kaku saat mengatakan kata ‘besan’. Tetiba, ia mengingat tentang pernikahan palsu yang akan berakhir tahun depan. Kebahagiaan sang nenek dan ayah saat mendengar berita pernikahan tentunya akan menjadi duka yang mendalam saat mendengarnya bercerai nanti. Sungguh, itu menyesakkan batin Inka. “Jadi, apa saja yang sudah kalian lakukan di rumah ini?” tanya ayah Inka sekali lagi. Kali ini dengan wajah yang serius. “Ayah!” Inka sedikit memerah. Pertanyaa

    Last Updated : 2024-04-18

Latest chapter

  • DARI KONTRAK TURUN KE HATI   Bab 51. Pernikahan Kami

    "Jangan terlalu percaya diri, Candra. Tidak semua yang kamu bayangkan akan kamu dapatkan." Inka menegaskan sekali lagi. Itu hanya di mulut saja. Kenyataannya, ia adalah orang yang perlu mendapatkan peringatan keras agar tidak jatuh cinta pada Candra. "Kamu lapar?" Candra menggunakan topik lain. "Ayo bersiaplah, kita makan di luar saja. Ah, ini adalah pemborosan di rumah tangga."Inka melipat tangan di depan dada lalu memasang wajah kesal. "Kamu ini sebenarnya punya banyak uang atau tidak, sih? Hanya makan di resto saja mengeluhnya sangat luar biasa!""Tetap saja jika menghamburkan uang, kita bisa jatuh miskin."Kata 'kita' begitu manis untuk diucapkan. Telinga gadis itu mulai panas. Bagaimana bisa Candra mulai menyatukan mereka dengan seenaknya. "Kalau memang keberatan, ya sudah ... aku akan masak sekarang," keluh Inka. Ia menuju dapur, membuka kulkas dengan kasar. Matanya mulai melihat-lihat bahan makanan di sana yang bisa dijadikan makanan. "Kalau tidak mau mengajak makan, ya ja

  • DARI KONTRAK TURUN KE HATI   Bab 50. Jangan Jatuh Cinta

    “Inka, kenapa harus bersembunyi, sih?” “Siapa yang bersembunyi? Aku hanya tidak mau berbicara denganmu!” “Memangnya susah ya tinggal di sini? Ini bagus untuk kita. Semakin sedikit orang yang kita temui, semakin baik. Kamu lupa soal kontrak itu?” “Terserah kamu saja! Lagipula, apa pun yang aku katakan tidak akan berpengaruh padamu!” Inka gusar. Ia tahu tidak memiliki power menghadapi Candra. Hidup terkurung selama 11 bulan tersisa hanyalah yang bisa ia lakukan. Kontrak sudah berjalan, tidak ada celah. Setelah dipikirkannya kembali, uang bulanan dari Candra cukup besar. Setidaknya, itu bisa menyembuhkan sedikit rasa kesalnya. “Jadi, kamu maunya kita tinggal di mana?” tanya Candra menahan emosinya. “Ayo bicarakan baik-baik. Yang perlu kamu tahu, kalau kita tidak tinggal di sini, maka pilihannya adalah bersama ayahku.” Itu keadaan yang sama menjengkelkan. Inka sudah membayangkan kehidupan seperti di film-film. Apakah ia menjadi menantu yang dikuasai mertua dengan segala kekejamannya?

  • DARI KONTRAK TURUN KE HATI   Bab 49. Tidak Mungkin Jatuh Cinta

    Andita berhenti dengan kegiatannya. Sayur yang sedang dipotong itu ditinggalkannya. Ia bergerak menuju Inka dan memeluknya erat.“Katakan padaku apa saja yang kamu rasakan. Perlukah aku mencarikan dokter yang hebat?”Saat mendengar suara halus Andita, Inka ingin tertawa keras.“Aku tidak apa-apa, Kak Andita. Aku hanya sedang berpikir saja seandainya ada hal yang buruk terjadi.”“Astaga. Kupikir kamu mau mengatakan kalau hasil pemeriksaan kesehatanmu—”Inka menggenggam tangan Andita. Ia menatap lalu tersenyum. “Kak, aku baik-baik saja. Rahimku sangat bagus. Lalu, Candra juga sangat sehat. Ini tidak ada hubungannya dengan mandul atau sejenisnya.”Satu hal penting tidak bisa diucapkan bibir itu. Perjanjian tanpa sentuhan fisik. Jangankan mau punya anak, tidur satu ranjang pun tidak terjadi.“Jangan membahasnya lagi. Besok ayah dan nenekmu akan kembali ke Paris. Apa boleh aku ikut? Lumayan numpang gratis.”“Tentu. Kenapa tidak? Aku akan bilang pada ayahku secepatnya.” Inka bahkan sudah si

  • DARI KONTRAK TURUN KE HATI   Bab 48. Semangat Kakak Ipar

    "Jadi, bagaimana dengan malam pertamamu?"Blush!Pipi Inka merona. Pertanyaan dari Andita membuatnya salah tingkah. Meski tidak ada yang terjadi, tetap saja pertanyaan itu terlalu brutal. Apakah semua pengantin baru selalu mendapatkan pertanyaan ini? "Stt! Sudah, meski kamu tidak memberitahukannya, aku tahu apa yang sudah terjadi, hihihi.""Ti-Tidak, Kak. Antara aku dan Candra benar-benar tidak ada apa-apa. Kami langsung tidur begitu hari menjelang malam.""Oh, Inka. Aku sangat tahu Candra. Ia tidak akan membebaskanmu begitu saja." Andita malah menuju kamar mereka. "Uh, sepertinya hal yg brutal terjadi tadi malam." Inka semakin tersudutkan. Kamar yang berantakan karena Inka melempar bantal pada Candra tadi pagi kini membuatnya tidak bisa berkutik."Sumpah! Kami tidak melakukan apa-apa!" Inka sudah hampir gila untuk menjelaskan semua itu."Lupakan saja. Aku akan menganggap seperti itu."Mengelak, memberi alasan bahkan menjelaskan dengan detail pun hanya akan sia-sia. Pada akhirnya In

  • DARI KONTRAK TURUN KE HATI   Bab 47. Status Baru

    "Kembali bekerja. Sepertinya aku terlalu baik padamu sampai kamu lupa kalau aku adalah bos di sini.""Aku mengerti."Rehan tidak berkutik saat Candra mulai menunjukkan kekuasannya. "Hubungi kembali Rani dan pastikan proyek kali ini berhasil. Aku tidak akn menyerah soal itu.""Itu yang ingin aku bicarakan padamu. Sebenarnya ada sesuatu yang mengganggu pikiranku."Candra memasukkan dua tangan ke dalam saku dan berjalan menuju Rehan yang sedang duduk di sofa. "Apa kamu mencurigai seseorang?" Satu alis mata Candra naik. Rehan mengangguk pelan. Pikirannya kembali pada peristiwa kemarin saat pesta pernikahan itu. Giselle yang tidak tahu jika ada seseorang yang mendengar pembicaraanya bersama orang lain."Kamu yakin mau melihat mantan terindahmu menikah? Bagaimana kalau kita hancurkan pesta ini."Rehan berusaha fokus dan menebak siap yang sedang bersama Giselle saat itu. "Aku hanya ingin menjadi saudara perempuan yang baik. Mengejutkan Inka sudah cukup bagiku.""Ayolah, hanya sekali keme

  • DARI KONTRAK TURUN KE HATI   Bab 46. Cemburu Kecil

    “Ckckck, berani-beraninya menyebut nama pria lain di hadapan suamimu.”“Emang kenapa? Pernikahan ini hanyalah semu. Aku juga tidak mau menganggap serius perlakuanmu nanti. Tenang saja, aku profersional.” Inka terlalu percaya diri mengatakannya.“Dengan siapa pun tidak masalah. Tentang Rehan aku tidak suka!”Inka semakin terheran-heran dengan tingkah Candra. Mengapa membatasi ruang geraknya? Lagipula, Rehan adalah sepupu Candra. Kenapa ia malah melarangnya untuk dekat dengan pria itu? Sungguh hal yang sama sekali tidak masuk akal!“Meski dilarang, aku tidak peduli. Tidak ada semacam itu di kontrak kita. Aku akan melakukan apa yang kusuka.”Inka meninggalkan Candra di sofa dan naik ke atas ranjang.“Kamu bisa tidur di sofa, oke?” kata gadis itu dengan sangat santai. “Empuknya!”Candra berkacak pinggang. Panas hatinya melihat mantan karyawan yang terlalu berani padanya.“Di mana Inka yang selalu hormat padaku? Aku tidak percaya jika gadis itu sekarang bahkan bisa memerintahku seenaknya.”

  • DARI KONTRAK TURUN KE HATI   Bab 45. Uang di Malam Pertama

    Tatapan tajam bagai elang yang siap memangsa dihadiahkan untuk gadis berponi di sana.“Harus sekarang membahas tentang perceraian?” Candra benar-benar tidak habis pikir. “Masa ada satu tahun dan kamu sudah memikirkan tentang itu?”“Ya mau bagaimana lagi? Satu tahun itu cepat, kok.” Inka sangat santai saat membalasnya. “Pernikahan kita saja hanya sebulan dipersiapkan. Oh, aku lupa bukan setahun. Sebelas bulan lagi. Kontrak itu di mulai saat aku tanda-tangan.”“Hm … kamu benar-benar ingin bercerai?”Inka mengangguk senang. Senyuman di bibirnya sangat lebar. Saat membayangkan lepas dari perjanjian saja sudah bisa menyenangkan hatinya.“Cerai, ya?”Berbeda dengan Inka, Candra terlihat tidak senang mendengar kata ‘perceraian’. Ia tidak ingin semua itu terjadi.“Oke, aku anggap kamu menantangku. Entahlah tapi … kurasa nantinya kamu akan memohon agar kita tidak berpisah.”“Apa? Haha! Hayalan macam apa ini? Pak Candra, jangan terlalu percaya diri. Aku sudah mendapatkan apa yang kuinginkan plu

  • DARI KONTRAK TURUN KE HATI   Bab 44. KDRT?

    “Aku ke sini hanya untuk menikmati indahnya suasana vila.”Wanita itu tidak peduli. Ia malah duduk di samping kolam dengan santai. Rehan yang melihatnya lalu bertepuk tangan. Keberanian yang luar biasa untuk membalas perkataan Candra dengan sangat santai.“Kalian berdua benar-benar tidak tahu malu!” umpat Candra.Candra memutuskan pergi dari kolam. Tidak ada gunanya masih berada dan menghirup udara yang sama di sekitar sana. Saat ia kembali ke kamar, Inka terlihat tidur nyenyak di sana. Piyama pink yang dikenakan Inka terlihat lucu malam itu. Candra menghela napas. Itu artinya ia akan tidur di sofa. Sungguh hari yang terlalu menyebalkan!“Kamu sudah kembali?” Inka bergerak dari posisinya yang damai.Candra menoleh ke arah suara dan berkata, “Kupikir kamu tidur.”“Aku hanya berbaring. Ini tempat baru. Aku tidak bisa tidur,” terang Inka. “Waktu pertama di apartemenmu juga aku tidak bisa tidur.”“Kenapa? Karena sekamar denganku? Tenang, aku tidak akan melakukan apa pun padamu.”“Bukan. A

  • DARI KONTRAK TURUN KE HATI   Bab 43. Malam Pertama

    “Hidup berbahagia selamanya!”Sorak-sorak dari penari setelah menampilkan tarian indah terdengar. Inka tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya hari ini. Semalaman ia berpikir panjang tentang ini dan itu. Pada akhirnya, ia ingin menikmati momen indah yang dimilikinya.“Senyummu lebar sekali. Apa kamu senang menikah denganku?” tanya Candra membuat perasaannya terusik. Ia juga sesekali curi-curi pandang pada pengantinnya. Cantik—satu kata untuk menjelaskan tentang Inka.“Aku hanya menikmati setiap momen dalam hidup. Kamu juga, ayo kita menyapa tamu undangan.” Pada akhirnya, Inka mengontrol emosinya.Inka menggenggam tangan suaminya dan mulai perlahan menelusuri taman itu dan menyapa satu per satu tamu dengan senyuman yang paling manis.“Auramu benar-benar keluar dengan sempurna. Duh, duh, duh!” Sasha langsung berkomentar saat didatangi sang pengantin.“Mungkin kamu harus mengikutiku menikah segera,” goda Inka.“Tidak, tidak! Aku mau menikmati masa lajangku sampai puas!” tolak Sasha. “Ak

DMCA.com Protection Status