"Dan Kakek pun tahu siapa orang yang menyerangnya?"
"Aku tidak melihat, tapi aku mengenali jenis racun dan bentuk senjata rahasianya."Sejak tadi Danurwenda mencari sinar kejujuran di mata kakek ini dan dia menemukannya."Baiklah, aku serahkan pada Kakek!" Meski begitu si pemuda masih merasa khawatir.Akhirnya dia membiarkan kakek itu membawa Intana pergi. Sementara dia hendak kembali ke kedai Ki Bantarseta, tetapi perasaannya tidak enak. Seperti mendapat firasat buruk.Danurwenda urungkan niatnya untuk kembali, dia malah menyusul Ki Reksa Buana yang sudah jauh membawa Intana.Firasatnya ternyata benar. Dua puluh tombak di depan sana tampak Ki Reksa Buana sedang mendapat serangan dari seseorang yang mengenakan jubah hitam yang memiliki penutup kepala.Wajah sosok ini berupa tengkorak. Dia menggunakan senjata tongkat yang ujungnya bersabit panjang."Itu pasti Tengkorak Iblis!" gumam Danurwenda setelah melihat cir"Kurasa Ki Bantarseta mengetahui tentang sikap dan perilaku anak gadisnya itu! Masalahnya sekarang, alasan apa yang membuat ayah dan anak itu seakan menjadi malaikat maut bagi orang banyak?"Apakah mereka sedang menuntut ilmu yang harus mempunyai tumbal sekian nyawa?" Intana mengungkapkan dugaannya."Ilmu apa itu?" tanya Danurwenda."Tak tahulah. Mungkin saja begitu. Karena menurut ceritamu dapat kusimpulkan bahwa Ki Bantarseta seolah-olah mendukung segala apa pun yang dilakukan oleh Sulastri."Danurwenda kembali mengingat percakapan dengan Sulastri waktu itu."Tengkorak Iblis punya orang kuat yang memihaknya. Karena itu Tengkorak Iblis tidak pernah merasa takut kepada siapa pun." Begitulah kata Sulastri waktu itu."Siapa orang kuat yang memihak Tengkorak Iblis?" tanya Danurwenda pada waktu itu."Yaaah... tentu saja gurunya sendiri,""Siapa gurunya Tengkorak Iblis?""Entah. Mungkin gurunya adalah Tengko
Maka mereka kembali ke rumah Ki Bantarseta. Malam itu juga Intana langsung berbicara dengan Ki Bantarseta berdua saja. Sedangkan Danurwenda menemani Sulastri."Pada dasarnya saya curiga kepada anakmu itu, Kek!""Lho, mengapa Sulastri kau curigai?""Karena sewaktu aku berhasil membuka topeng Tengkorak Iblis, aku melihat wajah di balik topeng itu adalah wajah Sulastri, Pak Tua!""Seperti... maksudmu wajah itu seperti wajah Sulastri?""Betul!"Ki Bantarseta terbungkam dan merenung dengan dahi tuanya berkerut tajam. Wajah itu kian lama kian tampak murung dan sepertinya menyimpan kesedihan.Namun, di depan Intana, lelaki tua itu buru-buru membuang perasaan dukanya dan wajahnya dibuat ceria."Dia sepertinya menyimpan sesuatu yang dirahasiakan," batin Intana.***Besok malamnya, Danurwenda yang keluar rumah sejak sebelum larut malam. Intana menjaga ayah dan anak itu di rumah.Pemuda ini berni
Widanuri dibawa oleh mereka ke pesanggrahan, tempat Raden Gatra menikmati masa liburnya dari tugas-tugas di istana.Di pesanggrahan itulah, Raden Gatra berhasil memaksa Widanuri untuk melayani hasratnya. Akhirnya gadis itu dinodai oleh Raden Gatra.Pada saat itu, diluar dugaan Nyai Ayu Kemala datang ke pesanggrahan dan memergoki perbuatan terkutuk itu. Tentu saja Nyai Ayu Kemala menjadi berang dan mengamuk habis-habisan kepada Widanuri.Nyai Ayu Kemala takut kalau Widanuri menyebarkan tindakan suaminya, maka ia pun segera menyebar fitnah."Widanuri merebut suamiku, menggunakan ilmu pengasihan untuk memelet suamiku! Dia sungguh perempuan terkutuk yang mengganggu kebahagiaan rumah tangga orang lain."Kelak bukan keluargaku saja yang akan diganggunya, tapi suami-suami orang lain juga akan diganggunya! Selama Widanuri masih ada di desa kita ini, hidup kita tidak akan aman karena suami kita akan menjadi bahan incarannya terus."Sediki
Hanya dengan memutar tongkat saja, badai angin ganas menyerbu bagai hujan panah yang disertai hawa panas terik.Sementara Danurwenda posisinya berjauhan dengan Intana. Kekuatan boleh lebih besar. Ilmu boleh lebih tinggi, tapi pasti ada cara untuk mengakalinya.Sambil terus menghindar serbuan angin badai yang keluar dari tongkat bersabit itu, Danurwenda memikirkan cara melawan balik.Di sisi lain dia kasihan melihat Intana yang pontang-panting dalam bertahan. Akhirnya Danurwenda membuat gerakan menghindar, tetapi sambil mendekati ke posisi Intana.Walaupun hawa panas begitu menyengat kulit, dia berusaha menghemat tenaga. Dengan usaha yang gigih akhirnya si pemuda berhasil mendekati Intana."Kau di belakangku, nanti kalau sudah saatnya aku akan menyuruhmu menggunakan ilmu meringankan tubuh. Melompat setinggi-tingginya ke atas!" kata Danurwenda.Dalam situasi yang terdesak seperti ini, Intana hanya menuruti perkataan Danurwenda. Wal
Sekarang ada gadis yang cukup nekad yang menurut tata kesopanan sudah cukup melanggar, tapi Danurwenda pernah menjumpai sebelumnya. Si Kembar Cantik dan Prabarini asli.Tapi mau bagaimana lagi. Dia juga laki-laki muda yang sedang mudahnya terpancing birahi. Apalagi merasakan kelembutan bibir Intana yang datang sendiri.Tidak perlu menggoda atau merayu terlebih dahulu seperti lelaki lain pada umumnya. Ini malah terbalik. Dari pada melewatkan kesempatan, akhirnya Danurwenda juga menikmati sajian yang diberikan secara suka rela ini.Tubuh keduanya bergetar disertai rasa berdebar yang semakin kencang. Intana begitu menggebu-gebu seolah tidak ingin melewatkan keindahan ini.Tangan gadis ini merangkul erat ke punggung Danurwenda. Napasnya memburu seperti yang sudah begitu lama merindukan kehangatan asmara.Dari sikapnya ini, seandainya si pemuda membawanya lebih jauh ke alam keindahan, maka dia akan pasrah saja dan dengan suka rela memberikan s
Entah keberuntungan atau apa namanya. Belakangan ini Danurwenda selalu mendapatkan kehangatan tubuh wanita. Baik yang suka rela atau secara dipaksa.Ternyata Sulastri membawanya ke gubuk di tempat sepi ini juga untuk berterima kasih secara pribadi. Apa lagi kalau bukan memberikan kehangatan tubuhnya.Mengapa juga gadis ini rela menyerahkan kesuciannya tanpa meminta tanggung jawab? Padahal dia tidak tahu alur kehidupan ke depannya seperti apa. Akankah calon pendampingnya kelak akan menerimanya?Rupanya atas dasar rasa suka sejak pertama bertemu itulah Sulastri rela memberikan tubuhnya. Seperti Intana, dalam pikirannya hanya kesenangan saat menikmati keperkasaan Danurwenda."Kalau Kakang merindukan aku, datanglah ke rumah. Di sini aku akan melayani Kakang lagi dengan sepenuh hati. Kapan pun dan dalam keadaan apa pun aku selalu siap!" Begitulah kata Sulastri setelah gadis ini merasa terpuaskan oleh keperkasaan Danurwenda.Danurwenda saat ini bisa dibilang lelaki bejat karena memanfaatkan
Setelah diselidiki ternyata lorong ini menuju sebuah rumah agak besar yang berdiri di lereng bukit. Tersembunyi di antara pohon-pohon yang menjulang tinggi. Tempat ini sepertinya tidak banyak orang tahu, terutama warga sekitar bukit ini.Segera saja Danurwenda mencari tempat sembunyi lagi di antara pohon-pohon yang rindang itu. Kemudian mengintai rumah tersebut. Pandangan dan pendengarannya ditajamkan.Di dalam rumah itu, Dewi Kalajenget sudah menunggu bersama tiga orang lelaki yang berpakaian mewah seperti pejabat kerajaan.Si Gadis Persembahan sudah sampai di sana. Dia disuruh duduk di depan tiga lelaki yang langsung meleletkan lidah melihat paras dan bentuk tubuh yang menggiurkan."Bagaimana?" tanya Dewi Kalajenget meminta pendapat mengenai gadis itu.Si gadis hanya diam pasrah sambil menundukkan wajah. Dia sama sekali tidak tahu akan seperti apa nasibnya setelah ini. Dia hanya menyangka akan dijadikan tumbal untuk Dewi Kalajenget wanita yang dianggap setengah siluman itu.Dalam pi
Rupanya Danurwenda tidak tahan melihat tubuh indah Dewi Kalajenget sejak tidak sengaja menyentuh buah montoknya. Sintal, sepasang gunung yang besar. Lebih besar dari wanita yang pernah dia temui sebelumnya.Padahal usia Dewi Kalajenget jauh lebih tua, tapi lekuk tubuhnya masih menggoda. Kulit mulus dan kencang. Dia ingat Putri Angin yang memiliki kecantikan sempurna, tapi tidak sesekal wanita ini.Entah kenapa akhir-akhir ini Danurwenda seperti gampang haus asmara. Kerinduan kepada Setyawati membuatnya mencari pelampiasan kepada wanita lain.Wanita itu menggelinjang kegelian. Bahkan kedua tangannya bergerak menarik punggung Danurwenda sehingga pemuda ini menindih tubuhnya.Kembennya telah terlepas begitu saja sehingga bagian atas tubuhnya terpampang bebas tanpa penghalang. Danurwenda mengatur perasaannya. Kulit tubuh Dewi Kalajenget memberikan sensasi nikmat yang beda. Apalagi dua bulatan yang mengganjal di dada."Aku akan mengabulkan keinginanmu," bisik Danurwenda di telinga Dewi Kal