Widanuri dibawa oleh mereka ke pesanggrahan, tempat Raden Gatra menikmati masa liburnya dari tugas-tugas di istana.
Di pesanggrahan itulah, Raden Gatra berhasil memaksa Widanuri untuk melayani hasratnya. Akhirnya gadis itu dinodai oleh Raden Gatra.Pada saat itu, diluar dugaan Nyai Ayu Kemala datang ke pesanggrahan dan memergoki perbuatan terkutuk itu. Tentu saja Nyai Ayu Kemala menjadi berang dan mengamuk habis-habisan kepada Widanuri.Nyai Ayu Kemala takut kalau Widanuri menyebarkan tindakan suaminya, maka ia pun segera menyebar fitnah."Widanuri merebut suamiku, menggunakan ilmu pengasihan untuk memelet suamiku! Dia sungguh perempuan terkutuk yang mengganggu kebahagiaan rumah tangga orang lain."Kelak bukan keluargaku saja yang akan diganggunya, tapi suami-suami orang lain juga akan diganggunya! Selama Widanuri masih ada di desa kita ini, hidup kita tidak akan aman karena suami kita akan menjadi bahan incarannya terus."SedikiHanya dengan memutar tongkat saja, badai angin ganas menyerbu bagai hujan panah yang disertai hawa panas terik.Sementara Danurwenda posisinya berjauhan dengan Intana. Kekuatan boleh lebih besar. Ilmu boleh lebih tinggi, tapi pasti ada cara untuk mengakalinya.Sambil terus menghindar serbuan angin badai yang keluar dari tongkat bersabit itu, Danurwenda memikirkan cara melawan balik.Di sisi lain dia kasihan melihat Intana yang pontang-panting dalam bertahan. Akhirnya Danurwenda membuat gerakan menghindar, tetapi sambil mendekati ke posisi Intana.Walaupun hawa panas begitu menyengat kulit, dia berusaha menghemat tenaga. Dengan usaha yang gigih akhirnya si pemuda berhasil mendekati Intana."Kau di belakangku, nanti kalau sudah saatnya aku akan menyuruhmu menggunakan ilmu meringankan tubuh. Melompat setinggi-tingginya ke atas!" kata Danurwenda.Dalam situasi yang terdesak seperti ini, Intana hanya menuruti perkataan Danurwenda. Wal
Sekarang ada gadis yang cukup nekad yang menurut tata kesopanan sudah cukup melanggar, tapi Danurwenda pernah menjumpai sebelumnya. Si Kembar Cantik dan Prabarini asli.Tapi mau bagaimana lagi. Dia juga laki-laki muda yang sedang mudahnya terpancing birahi. Apalagi merasakan kelembutan bibir Intana yang datang sendiri.Tidak perlu menggoda atau merayu terlebih dahulu seperti lelaki lain pada umumnya. Ini malah terbalik. Dari pada melewatkan kesempatan, akhirnya Danurwenda juga menikmati sajian yang diberikan secara suka rela ini.Tubuh keduanya bergetar disertai rasa berdebar yang semakin kencang. Intana begitu menggebu-gebu seolah tidak ingin melewatkan keindahan ini.Tangan gadis ini merangkul erat ke punggung Danurwenda. Napasnya memburu seperti yang sudah begitu lama merindukan kehangatan asmara.Dari sikapnya ini, seandainya si pemuda membawanya lebih jauh ke alam keindahan, maka dia akan pasrah saja dan dengan suka rela memberikan s
Entah keberuntungan atau apa namanya. Belakangan ini Danurwenda selalu mendapatkan kehangatan tubuh wanita. Baik yang suka rela atau secara dipaksa.Ternyata Sulastri membawanya ke gubuk di tempat sepi ini juga untuk berterima kasih secara pribadi. Apa lagi kalau bukan memberikan kehangatan tubuhnya.Mengapa juga gadis ini rela menyerahkan kesuciannya tanpa meminta tanggung jawab? Padahal dia tidak tahu alur kehidupan ke depannya seperti apa. Akankah calon pendampingnya kelak akan menerimanya?Rupanya atas dasar rasa suka sejak pertama bertemu itulah Sulastri rela memberikan tubuhnya. Seperti Intana, dalam pikirannya hanya kesenangan saat menikmati keperkasaan Danurwenda."Kalau Kakang merindukan aku, datanglah ke rumah. Di sini aku akan melayani Kakang lagi dengan sepenuh hati. Kapan pun dan dalam keadaan apa pun aku selalu siap!" Begitulah kata Sulastri setelah gadis ini merasa terpuaskan oleh keperkasaan Danurwenda.Danurwenda saat ini bisa dibilang lelaki bejat karena memanfaatkan
Setelah diselidiki ternyata lorong ini menuju sebuah rumah agak besar yang berdiri di lereng bukit. Tersembunyi di antara pohon-pohon yang menjulang tinggi. Tempat ini sepertinya tidak banyak orang tahu, terutama warga sekitar bukit ini.Segera saja Danurwenda mencari tempat sembunyi lagi di antara pohon-pohon yang rindang itu. Kemudian mengintai rumah tersebut. Pandangan dan pendengarannya ditajamkan.Di dalam rumah itu, Dewi Kalajenget sudah menunggu bersama tiga orang lelaki yang berpakaian mewah seperti pejabat kerajaan.Si Gadis Persembahan sudah sampai di sana. Dia disuruh duduk di depan tiga lelaki yang langsung meleletkan lidah melihat paras dan bentuk tubuh yang menggiurkan."Bagaimana?" tanya Dewi Kalajenget meminta pendapat mengenai gadis itu.Si gadis hanya diam pasrah sambil menundukkan wajah. Dia sama sekali tidak tahu akan seperti apa nasibnya setelah ini. Dia hanya menyangka akan dijadikan tumbal untuk Dewi Kalajenget wanita yang dianggap setengah siluman itu.Dalam pi
Rupanya Danurwenda tidak tahan melihat tubuh indah Dewi Kalajenget sejak tidak sengaja menyentuh buah montoknya. Sintal, sepasang gunung yang besar. Lebih besar dari wanita yang pernah dia temui sebelumnya.Padahal usia Dewi Kalajenget jauh lebih tua, tapi lekuk tubuhnya masih menggoda. Kulit mulus dan kencang. Dia ingat Putri Angin yang memiliki kecantikan sempurna, tapi tidak sesekal wanita ini.Entah kenapa akhir-akhir ini Danurwenda seperti gampang haus asmara. Kerinduan kepada Setyawati membuatnya mencari pelampiasan kepada wanita lain.Wanita itu menggelinjang kegelian. Bahkan kedua tangannya bergerak menarik punggung Danurwenda sehingga pemuda ini menindih tubuhnya.Kembennya telah terlepas begitu saja sehingga bagian atas tubuhnya terpampang bebas tanpa penghalang. Danurwenda mengatur perasaannya. Kulit tubuh Dewi Kalajenget memberikan sensasi nikmat yang beda. Apalagi dua bulatan yang mengganjal di dada."Aku akan mengabulkan keinginanmu," bisik Danurwenda di telinga Dewi Kal
"Tunggu pembalasan kami, bocah!" seru salah satunya."Siapa mereka?" tanya Danurwenda setelah kelima orang itu lenyap."Mereka anak buahnya Raksana," jawab si gadis berkulit aga gelap, tapi manis."Raksana?"Kemudian si gadis menceritakan keadaan desanya yang dilanda kekacauan atas ulah seorang warga berilmu tinggi yang menggunakannya untuk menindas warga yang lain."Bahkan Raksana dan Gumara, anaknya, telah membunuh Ki Kuwu. Desa Cipeundeuy dikuasai mereka dan anak buahnya, berbuat sewenang-wenang. Memungut upeti panen seenaknya kepada warga,""Tidak ada yang memberitahukan ke kerajaan?""Setiap ada yang mau ke kerajaan selalu ketahuan, ditangkap, disiksa bahkan dibunuh!""Wah, kejam sekali mereka!""Lebih biadab lagi, Gumara selalu melecehkan gadis-gadis desa. Jika ada yang disukainya, akan ditangkap dan dijadikan budak nafsunya."Naluri Danurwenda yang baik ingin berbuat sesuatu untuk menolong desa ini dari kesewenang-wenangan. Tidak mengapa perjalanan pulangnya terhambat kalau unt
Gumara kaget, segera menghampiri anak buahnya yang jatuh itu. Sebuah anak panah menancap tepat di dada menusuk jantung."Pembokong sialan!""Ada apa, Anakku?""Lihatlah, Pak!"Gumara menyapukan pandangan, tak ada yang mencurigakan. Bahkan seolah-olah angin pun diam tak bergerak."Apa rencana mereka?" gumam Raksana sambil memandang anak panah yang sudah dicabutnya."Aaah!"Brukk!Satu lagi di tempat lainnya tampak terpental lalu ambruk tak berkutik. Setelah diperiksa juga sama terpanah tepat di jantungnya. Semakin marah Gumara dan ayahnya melihat kejadian ini."Setan alas!""Bedebah!"Apa yang terjadi sebenarnya?Selama tiga hari menghilang, Danurwenda dan Kinasih secara sembunyi-sembunyi menemui warga-warga desa. Mereka mengajak warga untuk melawan Raksana.Namun, kebanyakan menolak karena takut dan tak punya kemampuan. Hingga akhirnya Danurwenda punya gagasan mencari dan menemui orang-orang yang suka berburu.Kebanyakan mereka ahli dalam memanah buruan di hutan. Setelah diajak dan di
Setelah ada pesta menyambut kemenangan atas bebasnya desa Cipeundeuy dari penindasan Raksana dan Gumara.Delapan orang pemanah diangkat menjadi kelompok keamanan desa. Beberapa orang sesepuh juga diminta untuk menjadi pejabat pengurus desa.Suasana di rumah itu sudah sepi. Tinggal Danurwenda bersama gadis berkulit hitam manis itu. Setelah diperhatikan, Kinasih cantik juga.Tubuh gadisnya sudah matang sehingga membentuk lekuk yang membuat para lelaki menelan ludah."Setelah tahu siapa kamu, aku tidak bisa menahanmu pergi!" ujar Kinasih sambil menatap tajam penuh arti. Bola mata gadis ini seakan ingin meloncat menembus kedua mata si pemuda."Padahal aku ingin kau lebih lama di sini, bahkan tetap tinggal di sini!" Lanjut si gadis mengharap."Mungkin lain kali, aku akan tinggal lebih lama. Apalagi bersama gadis secantik kamu!""Jangan mudah berjanji!" Kinasih tersipu. "Mungkin kau akan lupa, apalagi di kota raja banyak gadis-gadis cantik!"Danurwenda menatap gadis itu lekat. Tidak dapat d