Share

# 2

Author: Rezquila
last update Last Updated: 2021-11-23 21:42:26

     Menghempaskan tubuh pada kasur queensize di kamar kost. Air mata Tatu kembali merebak, hampir tiga tahun hubungan mereka. Tatu kira cinta Josh begitu besar untuknya. Namun hari ini ia tersadar, Josh hanya menginginkan tubuhnya, menjadikan ia budak nafsu pria itu selama ini. Membenamkan wajahnya pada bantal, ia berteriak lantang dan menangis tergugu.

     Pada awalnya Tatu tidak menyukai pria bule yang kelihatan sangat playboy itu walau desiran sering ia rasakan saat bersentuhan dengannya. Namun ternyata pesona Josh mampu meluluh lantakkan hatinya. Terkenang pertemuan pertama dengan Josh, hampir tiga tahun lalu di rumah sahabatnya Lara.

3 tahun lalu di kediaman keluarga Lara,

Saat ini Lara sedang mengadakan syukuran ulang tahun Gary. Tatu datang membawa beberapa kotak kembang api untuk Gendhis dan untuk memeriahkan juga menebus kesalahan bule teman Gary beberapa waktu lalu ketika acara Aqiqahan dan sukuran untuk kese mbuhan Lara. Tatu baru saja turun dari taksi online yang mengantarnya.

“Hai! apa itu?” tanya sesosok pria bule dengan rambut tembaga, mendekati Tatu yang kesusahan membawa beberapa kantong berisi kado dan kotak kembang api. 'Huft dia lagi,' Batin Tatu tak suka. Kata Lara Joshua itu playboy, dari lagaknya ketika pertama bertemu saja sudah sangat menjengkelkan. Dan dia tak suka.

“Hai! ini kado untuk dua ponakanku, dan ini kembang api untuk nanti malam juga Gendhis, kau lupa pernah salah membelikan,” jawab Tatu mencoba ramah, menghentikan langkahnya tepat di undakan bawah menuju teras. Ia baru bertemu dengan bule yang kemungkinan adalah saudara Pak Gary, suami Lara.

“Boleh, aku bantu? Sepertinya itu berat,” tawar pria asing itu, dan melanjutkan langkahnya turun hingga satu undakan di atas Tatu. Iris keabu-abuan pria itu menatap lekat ke wajah Tatu yang tampak manis dengan make up natural. Ya, Tatu adalah wanita yang menyukai sesuatu yang simple dan anti ribet.

Cukup sunscreen, pelembab, sedikit bedak dan lip tint. Ia tak menyukai mascara yang menurutnya akan membuat susah membuka mata. Dan jangan tanyakan pensil alis, dia dan sahabatnya Lara sangat membenci benda itu. Alis hitam dan tebalnya sudah menukik kebawah dengan sempurna. Jadi benda itu tidak akan membantu apapun.

“Silakan, tapi ini lumayan berat, loh!” Tatu mengulurkan satu kantong besar berisi kotak yang terbungkus kertas kado bergambar unicorn. Yang ulang tahun memang Gary, tapi anaknya saja yang diberi kado. pria yang juga atasannya itu biar saja diberi kado selamat. Dengan senyum menawan, pria yang belum menyebutkan namanya itu mengulurkan kedua tangan, meraih ujung kantong yang Tatu ulurkan. Jemari Tatu bersinggungan dengan jari pria yang ternyata mempunyai lesung pipi saat tersenyum. Seperti tersengat aliran listrik, Tatu spontan menarik tangannya. Perut bawahnya seperti di hinggapi rimbuan kupu-kupu.

Be carefull, Baby!” seruan dengan nada khawatir membuat pipi Tatu bersemu merah, pria itu menyadari keterkejutan Tatu akan sentuhan yang tak di sengaja. Tatu memundurkan badannya selangkah, demi memangkas jarak yang ternyata mampu membuat kinerja jantung menjadi lebih cepat dari biasanya.

"Baby? Sorry, ya, Sir. Saya bukan babi," sungut Tatu dengan wajah ia ubah pada mode jutek. Cewek harus jual mahal, cuy. Sudah dag dig du duer itu hati, harus di belokin.

"Aku, tidak bermaksud mengatakan itu ... " jawab Josh dengan raut kebingungan.

"Terus maksud, Anda? Mengatai saya? Baru ketemu udah ga sopan! Udah sok modus lagi ... " cerocos Tatu, yang di tanggapi Josh dengan picingan mata. 

"Aku? Modus? Apa itu modus?" tanya Josh, masih tidak memahami perkataan Tatu.

“Bisakan anda memberi jalan? Saya ingin naik juga, ga sadar diri banget badan gede kayak babon bukan langsung naik aja,” pintaTatu mengomel, ia ingin segera masuk kedalam dan meneguk air dingin. Perjalanan dari kost menuju rumah Lara cukup jauh. Sedang cuaca sangat terik, walau menggunakan taksi online, itu tidak membantu.

Ia sekarang kehausan. Setelah mendapatkan akses,. dengan Josh yang memiringkan badannya Tatu segera berlari kecil, menaiki undakan. Tidak sabar ingin segera menyerbu dapur. Mengabaikan pria yang sudah membantu masih berdiri di belakang punggungnya, yang menatap dengan senyum smirk tercetak di sudut bibirnya.

“Assalamu’alaikum, Ibuk! Mak Sini!,” sapa Tatu saat sampai di ruang keluarga, meletakkan kantong kembang api sembarangan. Ia langsung menyerbu dapur, mengambil gelas di counter dan menuangkan air dingin dari pintu kulkas Lara.

“Wa’alaikumsalam, Ta. Baru dateng?”

“Mbak Nikeennnn!!” teriak Tatu lebay, lantas menghambur memeluk perempuan cantik yang mengenakan gamis putih dengan kerudung senada, dan sedang menggendong anak kecil montog.

“Ih, ga usah lebay deh. Gendong ni Gendhis ajak main. Mbak bantuin Mak Sini, terus tadi Bulek kirim pesan, Lara minta ayam penyet Suroboyo. Bilang sama Ibuku di dapur belakang minta tolong bikinin tapi jangan yang terlalu pedes,” cibir Mbak Niken, di tambah dengan titahnya yang sepanjang toll Tangerang-Merak. Tatu mengerucutkan bibirnya, tapi tetap melaksanakan perintah saudara sepupu Lara yang juga sudah seperti kakak baginya. Mengambil Gendhis dari gendongan Mbak Niken, gadis kecil berumur dua tahun itu mengerjap lucu dan menarik rambut Tatu.

“Ante, ain tembang api,” ucapnya dengan kata yang belum jelas. Tatu berdecak, “Tante, main kembang api!” ralat Tatu, yang malah di sambut tawa oleh Gendhis. Tatu membawa gadis kecil yang kali ini rambutnya di kepang dua dengan pita warna-warni. Terlihat menggemaskan seperti Putri Rarity di serial anak Little Pony, karena Gendhis mengenakan gamis putih dengan rambut pelangi. Ramai sekali 'kan!

“Bude Sariiii!!” teriakan nyaring Tatu mendapat pelototan dari wanita paruh baya yang sedang mengaduk sesuatu di wajan besar.

“Ndak usah teriak-teriak, prawan lho kerjaannya bengak-bengok(teriak Bahasa Jawa)!” ucap Bude Sari sambil mencubit lengan Tatu, tapi tidak keras. Tatu hanya tertawa, “ Lara minta di bikinkan ayam penyet Suroboyo, Bude. Tolong buatkan njeh, Ndoro Nyonya sebentar lagi datang,” kata Tatu, lalu  berlalu keluar tanpa mendengar kata-kata Bude Sari lagi. Gadis itu fokus pada anak kecil yang berada di gendongannya. Menurunkan Gendhis di halaman belakang. Membiarkannya main dan berlari sesuka hati, segampang itu menjadi pengasuh anak umur dua tahun.

“Hai, kita belum berkenalan!” sapaan di belakang Tatu, membuat gadis itu menolehkan kepalanya. Logat bulenya sangat kental, sebenarnya Tatu penasaran … apakah pria itu berasal dari negara yang sama dengan Pak Gary? Memutar badannya dengan pelan, Tatu meneliti penampilan pria yang berdiri menjulang di hadapannya.

“Hai, lagi. Aku Tatuania Rosmalia,” ucap Tatu mengulurkan tangan kanannya, dengan senyum mengembang. Ga baik'kan di jutekin terus. Tak apa, sebagai warga Indonesia beramah-tamah dengan turis mancanegara.

“Joshua McFillain, You can call me Josh,” jawab pria itu menyambut uluran tangan Tatu. Terpana dengan senyum Tatu yang manis. Tatu menarik tangannya, mengalihkan pandangan. Ia tak mau pria yang bernama Josh itu mendengar gemuruh di dadanya. Hei, kemana saja dewi batinnya. Selama ini tidak pernah Tatu merasakan segugup itu berhadapan dengan seorang pria. Ah, murahan sekali ia.

“Kau bekerja di tempat yang sama dengan Lara?” tanya Josh jelas hanya berbasa-basi, Tatu tau dengan jenis pria macam itu. Ayolah, banyak sekali film yang sudah ia tonton dan bagaimana seorang pria menaklukkan wanita pada pertemuan pertama.

Tatu melirik dengan ekor matanya, pikirannya tengah terbagi, Gendhis dan pria yang dari tempatnya berdiri Tatu bisa mencium wangi musk yang lembut. Aduh, kenapa pikiran Tatu malah ke wangi tubuh pria itu sih.

“Iya, aku bekerja di tempat yang sama dengan Lara dan Pak Gary,” jawab Tatu tanpa mengalihkan pandangannya pada gadis yang sedang sibuk mencabut bunga-bunga liar yang tumbuh di taman belakang kediaman Lara. Hening sejenak. Josh seperti sedang menguliti Tatu. Bulu tengkuknya meremang, membawa sesuatu dalam dadanya mencuat dengan tidak sopan, menjalar ke pipinya. ‘Sialan!’ umpat Tatu dalam hati.

“Josh! Tatu!” teriakan dari arah garasi membuat Tatu dan Josh menoleh. Gary keluar dari mobilnya, masih mengenakan seragam staf. Suami sahabatnya itu rajin sekali, Tatu pikir Gary yang menjemput istri tercintanya. Tatu tersenyum dan melambaikan tangan.

“Senang bertemu denganmu, Ania,” bisik Josh, dengan suara Altonya. Meninggalkan Tatu, menuju ke rumah utama bersama Gary. Tanpa ia sadari, ia membuang napas dengan lega. Eh, apakah tadi dia menahan napas?

"Eh, siapa yang mau anda aniaya!? Enak aja, nama bagus-bagus manggilnya ania ya ... " teriak Tatu histeris. "Tatu! Perhatikan Gendhis!" seruan Gary, membuat omelan Tatu terhenti.

       Tatu masih dengan Gendhis hingga Lara dan orang tuanya kembali dari rumah sakit. Menyapa kedua orang tua Lara yang sudah seperti orang tuanya juga. Lara jangan di tanya, kalau sudah bertemu dengan Tatu akan lengket, Maka dari itu. Gary langsung memboyong Lara masuk, Lara masih harus bersiap untuk acara pengajian dan syukuran yang akan dilaksanakan beberapa jam lagi.

        Josh datang ke halaman depan tempat Tatu dan Gendhis bermain balon tiup. Gendhis memang sangat penurut dengan Tatu, maka dari itu Mbak Niken dengan santainya menitipkan Gendhis padanya, padahal Tatu sudah berencana nongkrong di dapur, supaya bisa mencicipi semua makanan catering. Ah, dasar Mbak Niken ini tidak pengertian dengan anak kost. Mendengar suara tegas dan berat Josh, jantung Tatu tiba-tiba seperti genderang peperangan.

“Bagaimana cara memainkan ini?” tanya Josh membawa satu kembang api yang berukuran segenggam tangan orang dewasa. Tatu menarik napas dan menghembuskan perlahan. Deheman Josh, membuat Tatu gelagapan, “Oh, dengan korek api. Ada di dalam kantong paling bawah,” jelas Tatu, otaknya tiba-tiba tidak dapat mencerna dengan baik. Kehadiran Josh membuatnya gugup setengah mati.

“Tolong, aku ingin mencobanya,” dengkus Josh melihat Tatu tidak berkonsntrasi, menjulurkan korek api ke tangah Tatu. Tatu tanpa sadar menuruti kemauan Josh, menyulut sumbu kembang api. Josh mengarahkan ke sembarang arah, letusan menggelegar menyadarkan Tatu juga membuat semua orang terkejut lalu berhambur ke sumber suara. Satu letusan tepat berada di atas Gendhis yang membuat gadis kecil itu tiba-tiba berteriak histeris dan menangis.

      Mengedarkan pandangan, Tatu segera  meraih dan menggendong Gendhis lalu membawa ke teras. Gary berhambur keluar di sertai beberapa orang.

"Josh! Tatu! Apa yang kalian lakukan!? Kalian membuat bayi-bayiku terkejut!" murka Gary, dengan wajah tertekuk. 

"Tatu! kamu apain Gendhis!! Kenapa bisa nangis kejer kayak gini!!?" Mas Galih, ayah Gendhis datang dengan wajah merah penuh emosi.

"Pak Gary!! Ada keributan apa ini!??" suara lain menginterupsi.

"PAK RT???" seru Gary panik.

      <<<>>>>

    

Comments (4)
goodnovel comment avatar
Shafeeya Humairoh
josh bikin onar malah tatu yg kena omel
goodnovel comment avatar
Apriliana Yohana
dasar Josh biang onar ........., ternyata awal perkenalan mereka di rumah Gara
goodnovel comment avatar
Kiki Sulandari
Awal pertemuan Tatu & Josh.... Josh...si pembuat keonaran....
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • DALAM DEKAP DERITA   # 3

    Bangun dengan kepala seperti menyunggi karung berton-ton, dan perut di putar mesin molen dengan kecepatan penuh. Tatu mencoba mengangkat tubuhnya, mengirim perintah pada saraf motoriknya untuk bisa menggerakkan badan. Dia butuh ke kamar mandi, dia harus memuntahkan sesuatu. Dan ternyata, Tuhan masih berbaik hati. Ia bisa menegakkan badan dan berdiri, berjalan walau sempoyongan dan memuntahkan semua isi perutnya. Rasa pahit menjalar dari ujung lidah hingga tenggorokan. Duduk di atas closet dengan lemas setelah menyiram hingga bersih, tenaganya seperti tercabut dan tak bersisa. Dengan sebelah tangannya di bantu tangan lainnya, mencoba melepaskan kaos yang menempel di tubuhnya. Bersuka ria dengan keberhasilan dua anggota tubuh melepaskan benda yang menjadi korban muntahannya. Melemparkan pada ujung ruangan sempit berukuran 1,5 x 1,5 meter persegi. Kembali mengayunkan tangan kurusnya demi menjangkau gagang shower, memutar kran pada posisi penuh. Ia butuh menghilangkan kenangan-kenangan

    Last Updated : 2021-11-24
  • DALAM DEKAP DERITA   #4

    Deringan pada ponsel pintarnya menyadarkan Tatu dari lamunan, saat ini ia sedang istirahat di kantin. Menunggu Lara datang. Menghela napas berat, saat melihat nama yang membuatnya darah tinggi setiap menghubungi. Dengan enggan Tatu mengangkat panggilan tersebut. “Assalamu’alaikum ....“ jawab Tatu dengan malas. “Gimana kabarmu, nduk? Udah makan belum?” suara berat dari seberang sana menyapa Tatu, nadanya sumringah dan sangat ramah. “Baik, Pak. Ini baru mau makan. Bapak sudah makan belum?” basa-basi Tatu kepada bapaknya. “Lha ini bapak nelpon, mau ada perlu sama kamu. Bapak belum makan, duit bapak habis. Bisa to kamu kirimi bapak uang?” todong Sarjono, ayah kandung Tatu. Selalu dan selalu, membuat Tatu jengah dengan alasan yang suka mengada-ada. “Pak, ‘kan udah aku kirim awal bulan kemarin. Itu jatah Bapak sama Ibu malahan. Kalo sekarang ga ada, aku belum gajian … “ ucap Tatu dengan raut kesal, mendongak,menatap Lara yang baru saja datang. Lara duduk di hadapannya, membuka beberapa

    Last Updated : 2021-11-25
  • DALAM DEKAP DERITA   # 5

    Kehamilan adalah sebuah proses yang membuat wanita berpasrah kepada kekuatan Tuhan yang tidak terlihat di balik semua takdir kehidupan manusia. Kehamilan juga sangat menakjubkan, ia bisa mengubah mental seorang wanita menjadi lebih baik untuk dirinya sendiri. Begitu pula dengan yang dialami Tatu. Ia menjadi pribadi yang berbeda, rasa malasnya yang dulu sering melanda perlahan terkikis. Dia tidak ingin sifat dasar keluarganya akan menurun pada anaknya kelak. Yaitu malas. Jika ia malas karena rasa lelah setelah bekerja. Berbeda dengan kakak tirinya. Di umur hampir menginjak 30 tahun, pria itu masih saja selalu merecokinya. Tatu masih dongkol dengan bapaknya yang meminta uang, kakak tirinya pun setali tiga uang. Setelah kemarin dipusingkan dengan Mbak Ayu yang menuduhnya dengan fakta yang tak terpikirkan olehnya. Tatu berhasil berkelit lagi. Dan melepaskan diri dari wanita julid itu. Namun kesialannya belum berakhir. Setelah makan malam sederhananya, ya, tatu hanya makan malam dengan t

    Last Updated : 2021-11-27
  • DALAM DEKAP DERITA   # 6

    “Tatu hamil, Dok … “ ucap Tatu lirih menundukkan kepalanya dalam. Kerutan di alis Dokter Farida menandakan ada kecewa, heran dan bahagia yang bercampur menjadi satu. Dia tahu Tatu belum berkeluarga, dan riwayat penyakitnya. “Ayo berbaring, kita periksa dulu,” Dokter Farida berdiri dari kursi kebesarannya, mengulurkan tangan mengajak Tatu menuju ranjang periksa. Tatu menghela napas lega, ia ketakutan. Dokter Ida menuntun Tatu berbaring pada ranjang, perawat membantunya menyingkap seragam Tatu, perut yang semula rata sudah kelihatan menyembul. “Sekarang seperti orang cacingan ya dok? Apa orang ga pernah olahraga?” kelakar Tatu ngawur. Demi mengalihkan kegugupannya, Dokter Farida hanya terkekeh dengan guyonan receh Tatu. “Ini mah kayak orang makan ngabisin menu di warteg,” timpal Dokter cantik itu dengan senyum mengembang. Rasa dingin dari gel yang dioleskan pada perut bawah Tatu membuat wanita muda itu begidik. “Coba kita lihat ke layar,” instruksi Dokter Ida, membuat Tatu mendonga

    Last Updated : 2021-12-03
  • DALAM DEKAP DERITA   # 7

    “Ta, kamu ga apa-apa?” tanya Ayu mendekap Tatu yang gemetaran Sementara, kakak tirinya melarikan diri setelah sebagian penghuni kost berhamburan dan berteriak meminta tolong. “Minum dulu, Ta,” Dinda salah satu penghuni kost lain mengulurkan mug teh hangat untuk Tatu minum. Air mata masih menganak sungai dari kelopak mata bulat milik Tatu. Hanya beberapa tegukan, penghuni kost lain dan beberapa warga terdekat masih berkerumun di depan kost. Ya, mereka memang mengenal Tatu. Karena semenjak mulai bekerja di pabrik Fiskar lima tahun lalu. Tatu tidak pernah berpindah kost, dan ia tidak ragu untuk bersosialisasi terhadap warga sekitar. “Neng Tatu, atuh kenaon … “ Bu Iroh, penjual pecel depan kost berhambur masuk, logat khas sundanya menggema di kesunyian kamar Tatu. Dinda, Mbak Ayu dan bebera

    Last Updated : 2021-12-04
  • DALAM DEKAP DERITA   # 8

    Tatu hanya membatu, saat rindu menjadi temu yang ia sudah nyatakan tak akan mau. Namun Tuhan tahu, kepada siapa hatinya hanya merindu dan bibir ingin berucap ‘aku membutuhkanmu’. Saat iris mata bertemu tak ada yang bisa meragu, keduanya tak bisa berpaling dari rasa yang sama-sama menggebu. Dengan jantung yang bertalu, Tatu memberanikan diri menyapa. "Ng-ngapain kamu di sini Josh?" cicitnya gagu. Josh naik ke teras, menatap nyalang pria dengan baju batik di hadapan Tatu. "Siapa yang hampir di perkosa? Jawab saya Pak!" seru Josh, dengan tak sabaran. Pak RT berdiri wajahnya memucat, tubuhnya sedikit gemetar. Berhadapan dengan pria asing, membuat nyali Pak RT menciut. "Bukan, eh maaf bapak siapa?" tanya Pak RT gugup. "Saya? Pengacara. Ada apa? Kenapa anda datang ke kost Tatu pagi-pagi seperti ini? Bukan seharusnya bertamu itu sore atau malam hari?" Josh mencoba mengintimidasi, tapi malah membuat Tatu menahan kekehannya. 'Lha dia nyuruh orang bertamu jangan pagi-pagi, dia sendiri nga

    Last Updated : 2021-12-06
  • DALAM DEKAP DERITA   # 9

    Tatu terhenyak namun enggan membuka mata, semburan dingin dari arah depan juga aroma terapi yang sangat familiar menyamankan indra penciumannya, terdengar suara-suara berisik dan raungan knalpot yang mengganggu telinganya. Mencoba merenggangkan badan, tangan kanannya menangkap wajah seseorang. Jantungnya berdegup kencang. Bayangan Ganjar tidur di samping membuat Tatu segera memaksa matanya untuk terbuka. “Arrrgghhh, di mana ini … di mana ini …!!” teriak tatu panik, ia terbangun menoleh ke kanan dan ke kiri terkejut bukan main, karena di depan matanya adalah jalan toll dengan truk yang berjalan pelan. Bayangan ganjar menculiknya membuat Tatu ketakutan. Cengkraman di tangan kanannya, membuat Tatu menoleh dengan cepat. “Ania sayang, calm down. Baby,” ucap Josh dengan suara pelan, membawa jemari Tatu ke mulutnya dan mengecupinya. “Bagaimana bisa kamu membawaku, Josh!” seru Tatu tak terima, otaknya masih mencerna dan memikirkan. Bagaimana Josh bisa membawanya ke dalam mobil dan sekaran

    Last Updated : 2021-12-09
  • DALAM DEKAP DERITA   #10

    “Josh! Aku mau pulang!” Tatu berdiri, meraih tas di sofa. Dia hendak berjalan ke arah pintu, saat tangan besar mencekal pergelangan tangannya. “Mulai hari ini, kamu akan tinggal di sini.” Josh menarik Tatu hingga tubuhnya membentur tubuh lelaki besar itu. Josh segera mengungkung wanita yang masih memakai seragam itu dalam dekapannya. Tatu mendesah lelah, mendongakkan kepala demi melihat wajah pria pemaksa yang sudah membawanya ke apartemen mewah itu. “Kamu tidak punya hak untuk memaksaku tinggal di tempat ini,” katanya, membawa dua tangannya ke dada Josh dan mendorong pelan. Namun sia-sia, tenaganya tak sebanding dengan tenaga pria kekar itu. Josh menunduk, menatap lekat iris sewarna jelaga yang menjadi favoritnya. “Humm, seperti itu?” ucap Josh dengan seringai licik. Lelaki itu mengeratkan pelukannya pada pinggang Tatu dengan sebelah tangan, sedang tangan lainnya bergerak ke atas hingga tengkuk. Dia sangat hapal, bagaimana menjinakkan gadis keras kepala yang sudah mengisi hari-ha

    Last Updated : 2022-01-26

Latest chapter

  • DALAM DEKAP DERITA   #55

    Bahu Josh luruh, mendengar bibir mungil Sean berucap seperti itu buatnya pilu. Cintanya tak palsu hanya belitan di tubuhnya begitu kuat hingga tak mampu ia lepas begitu saja. “Tante marah sama Om, jadi bilang begitu,” sambung Sean polos. Bagaimanapun seorang anak kecil tak akan berbohong. Pria tampan itu menatap Lara yang mengendikkan bahu acuh, tak peduli dengan pertanyaan tak tersurat yang dia berikan. “Baiklah, ayo kita pulang. Rumah kalian sudah dibersihkan dan beberapa perabotan harus diganti.” Josh mengangkat tubuh dua keponakannya ke atas lengan kokohnya dan berjalan terlebih dahulu.“Madam Emily tidak tau kami disini, kan?” Lara ingin memastikan mertua bangsawannya tak mendengar kabar kunjungan dadakan itu.Josh menoleh dan menggeleng pelan. “Sebaiknya Aun Emy tak tahu, dia akan sangat mengerikan jika tahu kalian mencari Gary.” Tangannya meraih remote mobil dan memencetnya tetap dengan tenang membopong Sean di leher dan Siena di depan. Mirip bule kebanyakan yang tanpa beban

  • DALAM DEKAP DERITA   #54

    “Ta!” Lara menahan tangan Tatu yang akan menemui anak-anaknya. “Jangan seperti itu, ucapan adalah doa. Aku nggak mau ya, kamu ngomongnya ngaco gitu.” Ia berdiri, menatap sahabatnya dengan pandangan sedih. Perasaanya berkecamuk, di sisi lain Tatu adalah sahabat terbaiknya. Satu-satunya orang terdekat yang selalu ada dan tak pernah meninggalkannya. DI sisi lain Josh adalah sahabat suaminya, yang saat ini sedang berusaha membebaskan belahan hati. Dia hanya ingin juga berusaha meyakinkan Josh, merubah keputusan pria bule yang sudah menghamili orang terkasihnya. Mengembalikan gurat nestapa menjadi rona bahagia. Setidaknya di antara mereka berdua salah satu harus bisa menyemarakkan hati dengan sukacita bukan air mata. “Udah, Sayang.” Helaan napas gusar tak akan mampu ditutupi, tapi Tatiu masih bisa tersenyum lebar demi mengenyahkan perasaan yang cabar. “Biarkan bagiku dia seperti itu dan sebaliknya. Ayo aku bantu siap-siap duo kesayangan, kamu lekasi kemas yang lain jangan sampai ketingg

  • DALAM DEKAP DERITA   #52

    Arga bukan penyelamat, bukan juga ia jadikan tumpuan atas kemalangan yang menimpa. Hatinya masih tetap sama, enggan percaya. Karena tak akan pernah ada jaminan pada perasaan setiap manusia.Tatu tahu apa yang dilakukannya kejam, terlepas dari perasaan Arga sesungguhnya. Ia tak peduli. Yang dia lakukan kini hanya demi bayi yang masih bersemayam dengan nyaman di rahimnya. Walau dia tega membebat ketika bekerja, itu dilakukan juga bukan tanpa alasan. Ia tak punya siapa-siapa, hanya dirinya yang kelak akan melindungi buah hati dari kejamnya dunia.Tawaran Arga untuk menikahinya pun terpaksa ia terima, walau sadar nanti pasti akan jadi gunjingan. Setidaknya dia hanya ingin putranya mempunyai dokumen sah ketika kelahiran, itu yang ada dibenar juga rencananya. Melihat sosok berkulit sawo matang yang kini sedang mempersiapkan sebuah hunian di kota Tangerang, berbincang dengan developer yang menjelaskan bagian-bagian rumah berfurniture lengkap siap ditinggali itu, ia semakin gamang.Arga dan

  • DALAM DEKAP DERITA   #51

    “Sorry ya, Ta. Gue pikir lo nggak bakalan nerima kehadiran gue, jadi walau punya beberapa bengkel. Gue emang belum beli rumah.” Arga menjelaskan dengan raut menyesal. “Tapi setelah ini, gue bakalan beli aja itu rumah. Tapi apa lo mau lihat dulu besok?”“Jangan maksain kalau gitu, Ga. Gue nggak mau lo repot,” kata Tatu. Dia tentu tak ingin membuat Arga harus memprioritasnya. Dia memang ingin menikahi pria baik ini, tapi dia tak mau menyusahkan.“Kok gitu, sih. Justru gue emang sengaja ngasih pilihan, biar lo nyaman. Gue nggak mau ntar lo ngerasa nggak nyaman karena beda sama apa yang lo mau.” Arga meraih tangan Tatu, mencoba myakinkan.“Oke, gue ikut lo besok. Gue nggak pengen lo juga nggak suka dengan rumah ini,” ucap Tatu, rautnya berubah sendu. &ldq

  • DALAM DEKAP DERITA   #50

    Tatu sudah dewasa, paham dengan sentuhan pria dan cara menikmatinya. Pernah sangat terpedaya hingga dia lupa daratan dan berakhir menanggung penderitaan.Kini, ketika telapak tangan dengan sedikit rasa kasar membelai permukaan kulit paha telanjangnya, ia merasa kembali seperti masa-masa itu. Di mana dia tak bisa lagi mengendalikan diri, hanyut dalam kenikmatan yang nyatanya membinasakan "Lo kalau sange nggak usah ke sini," tepisnya pada tangan Arga yang mendarat di atas paha. "Bikin aja minum sendiri, gue mau sholat, mau banyak-banyak tobat!" Sarkasnya mendorong tubuh tegap di belakangnya."Ta," sesal Arga. "B-buk-" debaman di pintu kamar yang hanya berada di belakang mereka membuat pria itu berjenggit menyesal dengan setan yang membisiki telinga beberapa menit lalu.Arga berbalik menghadap kitchen set dan menuangkan air panas yang sudah dimasakkan oleh Tatu ke mug dan membuat sendiri minumannya yang berupa kopi instan.Dia akan menunggu perempuan hamil itu untuk keluar dan meminta m

  • DALAM DEKAP DERITA   #49

    Dia pernah berharap menemukan pangeran yang bisa meminang tanpa kepingan emas dan permata. Tak pernah bermimpi menjadi ratu dan hidup serba bermateri. Pintanya pada semoga untuk mereka yang pernah mencoba datang, namun hengkang sebelum berperang sudah ia anggap lekang. Kini harinya semakin menantang, dengan bentangan kenyataan yang tak bisa dibilang indah tapi juga tak menyakitkan. Menjadi penghuni kompleks perumahan cluster nyatanya tak membuat para tetangga itu juga bisa membuat mata dan telinga menggabungkan saja inderanya itu pada satu titik agar tak kepo terhadap rumah tangga orang lain. Tak pernah ikut arisan RT atau kegiatan apapun membuat Tatu seakan adalah penghuni yang wajib dicurigai. Padahal, dia juga sudah membayar iuran dan kewajiban sebagai warga yang baik. Faktanya tetangga yang berjarak beberapa rumah darinya sangat sering berjalan atau sekedar jogging di sekitar rumahnya. Sangat terlihat jika perempuan yang lebih sering mengenakan penutup kepala seperti kupluk itu

  • DALAM DEKAP DERITA   #48

    Dia selalu sadar diri bukan manusia suci, hadirnya ke dunia pun karena sebuah kesalahan demi hasrat mencapai nikmat duniawi. Tak tahukah mereka dua sejoli yang membuat dia menunjukkan eksistensi bukan hanya menjadi sosok bayi, namun manusia yang sedang mencari kebahagiaan yang hakiki.Selalu tak dipedulikan juga diabaikan. Sekarang pun kini dia dibuang oleh orang tersayang. Ah, dunianya memang kejam. Tapi dia tetap ingin bertahan, walau dalam kubangan ketidakpastian. Mungkin Tuhan memang masih menyayanginya, hingga tak ada keinginan menyakiti diri maupun bunuh diri. Ternyata dia masih punya hati pun nurani yang terkungkung dalam palung yang tak bisa diselami.Tatu sedang bersama kembar pintar yang sedang belajar bersama. Mereka memang masih mengikuti daycare belum sepenuhnya masuk sekolah PAUD atau playgroup. Tapi anak sahabatnya Lara memang seperti sang Daddy yang giat dan sangat cerdas. "Onty, apakah ini bagus?" Sean menunjukkan gambar kastil yang ia lukis menggunakan crayon."Bag

  • DALAM DEKAP DERITA   #46

    "Tiga bulan lagi?" tanya Tatu tak percaya, sebegitu seriuskah Arga padanya. Rasa haru tentu menyeruak dari sudut hatinya. Dia tak merasa membuat kebaikan selama ini, karena yang dia lakukan hanya menimbun dosa setiap harinya."Kenapa? Gue datang sekalian meminta KTP juga KK lo, 3 bulan cukup ‘kan buat daftar ke KUA?” Arga menanyakan dengan binar bahagia di iris gelapnya. Terlihat sangat antusias dan penuh harap.“Ck, nanti saja. Parkirnya jangan yang jauh-jauh dari supermarket ya, gue gampang capek sekarang.” Tatu tersenyum menoleh ke arah Arga, yang jika dia lihat sebenarnya tampan khas orang Indonesia. Tak diragukan, karena dulu dia menjadi salah satu idola di sekolahnya. Pengakuan kalau pernah menaruh hati padanya bahkan sejak masa pendidikan sebenarnya sulit diterima akal sehatnya, karena Arga yang dulu dikelilingi banyak perempuan cantik dan menarik juga kaya seperti dirinya. Jadi wajar bukan, jika ia memendam sekelumit rasa takut juga khawatir, pria ini hanya akan membalas dend

  • DALAM DEKAP DERITA   #45

    Dia memang ada karena sebuah kesalahan, dibesarkan tanpa kasih sayang yang dia butuhkan layaknya setiap anak. Tapi dia berusaha menjadi penyayang, menjadi pribadi yang penuh keramahan juga kesabaran. Tapi kini, sekarang dia tak sama lagi wajahnya terlihat jutek dan jauh dari senyuman. keceriaan itu seperti terenggut oleh buasnya kehidupan memangsanya. Dia sedang tak ingin beramah tamah dengan siapapun, sebagaimana semesta juga tak ingin berteman dengannya. Dia berjalan dengan sedikit berlari, menuju parkiran depan pabrik tempat sebuah mobil hitam dengan pinggiran kap depan bertuliskan Rubicon dengan hurup kapital. Arga dengan segera turun, meringis melihat Tatu yang berlari ke arahnya seolah dia remaja yang sedang menyambut kekasihnya datang.“Apaan sih, jangan lari-lari!” Arga berseru pada gadis cantik dengan rambut yang di gulung asal di atas kepalanya.“Ck, cerewet. Ayo pulang!” galak Tatu tak mempedulikan teguran Arga tadi.“Sensitif sekali, Buk. Lama nggak dapet jatah ya?” lede

DMCA.com Protection Status