Sementara itu, bersamaan dengan semburat senja oranye cerah di ufuk barat bersama mentari terbenam di horison, sebuah kapal mesin kecil diam-diam merapat di sisi tersepi sebuah kapal kargo nan jauh lebih besar.
Aktivitas di dermaga berpenerangan tiang-tiang lampu tinggi yang tak terlalu terang di sisi lain kapal masih terus berlangsung. Begitu banyak barang dinaikkan dan diturunkan. Para pengawas dan pekerja yang masih sibuk bekerja tampaknya tak tahu dan tak peduli apa apapun. Toh, mereka sedang berlabuh di pantai sepi pulau pribadi di tengah laut lepas paling terpencil! Apa 'sih yang bisa terjadi? Semua orang fokus berusaha menyelesaikan tugas utama mereka; menaikkan beratus-ratus peti kayu berisi apel merah dan hijau serta buah anggur, serta menurunkan peti-peti kayu berisi bahan-bahan pangan yang cukup untuk konsumsi beberapa puluh orang selama kurang lebih setengah tahun! Hanya rutinitas biasa saja, semua berlangsung seperti sudah sering mereka lakukan. Begitu tenang, a
Sementara itu, sebentuk mesin dengan suara meraung-raung kencang di udara sedang menjelajah di atas lautan Evertika bersama malam yang turun semakin larut. Sebuah helikopter terbang tinggi di langit cerah berbintang.Di dalamnya tiga sosok duduk; seorang pilot dan dua penumpang pria.Carl Wellington, pria Evermerika setengah baya bergaya elegan, penghubung keluarga Vagano, dan tentunya Ocean Stallion Vagano yang belum lama berhasil ditemukan selamat setelah sekian lama mencari baik di laut melalui penyisiran tim SAR maupun di sekitar Evermerika. Walaupun sukses, tampaknya Carl belum berhasil memulihkan ingatan Ocean, yang masih tampak sedih memandang lautan tanpa banyak bicara sepanjang perjalanan mereka. Ingatan dan kenangan kepada Aina begitu kuat dan sepertinya takkan pernah pudar. Ocean masih sedikit menyesal, seandainya saja ia tadi bersikeras membawa Aina 'pulang' bersamanya! Namun, perbedaan kultur, keengganan terhadap Carl, serta segalanya tentang gadis yang ny
Seharian itu, Aina hanya bisa terduduk sendiri di sofa kantor kecil walikota Kingfisher, menunggu kembalinya Carl Wellington atau mungkin juga Kai! Siapa tahu ia tetiba datang menjemput, walau sepertinya itu adalah hal termustahil untuk saat ini. Atas titah Carl, beberapa staf telah memberi Aina makanan dan minuman, serta berjanji akan mengurus semua keperluan termasuk uang saku dan tempat tinggal yang layak baginya selama berada di kota itu. Bagaimanapun, Aina masih merasa resah dan belum bisa pergi kemana-mana walaupun dirinya bebas bepergian sesuka hati. Ia masih memikirkan langkah selanjutnya. "Uh, setelah mendengar nama Vagano tadi disebut-sebut, mengapa hatiku jadi tak tenang? Apakah seharusnya kususul saja Kai alias Ocean? Tapi, dimana letak pulau itu, dan apa hubungan antara Ocean, pulau kelahirannya, dengan semua pengakuan wanita aneh yang dibawa masuk tadi?" Monolog Aina dalam sepi berusaha merangkai semua yang ia tahu. Walaupun Aina masih ber
Mendadak suhu ruangan kecil berpenyejuk udara itu terasa jauh lebih dingin. Begitu juga suasana dalam ruangan interogasi yang hanya berisi dua orang wanita muda itu mendadak jadi tegang. Wanita petugas jaga White Nest itu spontan terdiam di hadapan Aina yang tetiba berminat dan menanyakan hal yang sedari tadi ia mati-matian berusaha beritahukan kepada para petugas Evermerika! Mengapa gadis asing yang tadi sempat ia lihat sekilas di ruangan depan tetiba berminat pada apa yang ia katakan? Apa hubungannya dengan semua ini? Sungguh aneh tetapi nyata! Tadinya tak ada satupun agen rahasia yang mempercayai kata-katanya, walaupun setelah melalui pemeriksaan laboratorium mereka betul-betul menemukan jejak obat bius penidur dalam darahnnya. Mereka malah mengiranya mengada-ada, sebab memang Pulau Vagano tak pernah ada maupun dipetakan dalam peta Dunia Ever. Malah menuduhnya diam-diam bekerjasama dan berusaha menghilangkan jejak! "Anda pasti sedang meracau, Nona! Pulau V
Sementara itu, Aina di Kingfisher pagi-pagi sekali terjaga di ranjangnya. Tidurnya tak terlalu nyenyak, walau sebenarnya ia merasa lelah. Ia menginap di sebuah kamar sewaan yang disiapkan Carl, tidak terlalu mewah namun cukup bersih. Ia tak bisa tenang semalaman dan ingin bergegas menyusul Kai alias Ocean ke Pulau Vagano.Pertanyaannya, bagaimana caranya bisa pergi kesana, sementara para agen rahasia dan petugas Evermerika pun tak mengetahui dimana letak pulau itu.Tentunya sebuah pulau pribadi berlokasi super rahasia. Tak ada kapal biasa maupun pesawat yang mampu menemukannya tanpa mengetahui titik koordinat. Aina kurang memahami hal itu, namun ia sedikit tahu bahwa tempat kelahiran Ocean bukanlah lokasi yang mudah dikunjungi dan ditemukan!"Aku harus bertanya kepada orang yang lebih mengerti perairan sekitar sini! Banyak nelayan yang pasti tahu, atau mungkin juga aku bisa mencari siapa pelaut yang telah mengantarkan dua orang misterius itu ke Pulau Vagano!"
"Jadi, apa yang harus kulakukan? Kesimpulannya, Anda berharap aku membawakanmu uang sebanyak yang kedua orang misterius itu berikan kepadamu?" Aina merasa linglung, terpojok dan kebingungan. "Yah, jika Nona tak sanggup, tak mengapa, aku tak keberatan bila Nona menukarkannya dengan semalam saja bersamaku. Jangan khawatir, aku belum berkeluarga walau aku sudah mulai berumur, takkan ada yang keberatan atau cemburu, ha ha ha ha ha!" Pelaut itu semakin tampak beringas. Napasnya pekat beraroma alkohol, wajah kasarnya semakin berani mendekat ke bibir Aina yang gemetaran. Sepertinya sudah tak bisa menahan nafsunya lagi terhadap pemandangan 'buah-buahan tropis segar' yang menggoda di bawah leher Aina, wanita asing yang jelas-jelas sendirian dan kesepian! Tak peduli seberapapun tertutup busana Aina saat ini, walau sama sekali tak seperti pakaian dedaunan sederhana yang ia kenakan dahulu-dahulu di pulau kelahirannya! Sungguh, ia sama sekali tak menyukai pelaut yang berbau bir d
Aina belum terlalu mengerti apa yang dimaksudkan oleh pemuda mahasiswa Evermerika bernama David itu. Namun ia mengangguk setuju, berpikir 'Bagaimanapun aku butuh uangnya saat ini juga, tak peduli apapun pekerjaannya!'David tersenyum sumringah, "Benarkah? Tapi kumohon, bila nanti Nona merasa keberatan atau tidak nyaman, langsung katakan saja kepadaku. Sebab tak semua orang memang menginginkan atau menyukai pekerjaan seperti ini.""Bagaimanapun, aku membutuhkan uangnya, sebab aku harus bisa segera pergi ke pulau itu!" Demikian tekad Aina."Ikutlah bersamaku, aku berjanji, kami akan tetap berlaku sopan dan menghormati privasi Anda! Apabila Nona merasa ingin mengundurkan diri, katakan saja. Kami hanya butuh waktu Anda selama satu hingga dua jam!"Mereka berjalan ke sebuah gedung di Kingfisher, jaraknya tak seberapa jauh dari pantai karena memang kota kecil itu memiliki bangunan utama yang berdekatan di jalan utama yang sama. David membawa Aina ke sebuah ruan
Saat itu Aina sudah tak terlalu memikirkan adat istiadat, budaya maupun norma-norma lagi, walau sebenarnya keluarganya, sukunya, kehidupan lamanya sama sekali tak menghendaki hal-hal seperti ini. Apabila ada seorangpun dari mereka yang sampai tahu perbuatan apa saja yang telah ia lakukan sejauh ini, apalagi yang terjadi saat ini, tentu ia akan dihukum berat, mungkin juga takkan dibiarkan hidup!Hanya karena nalurinya yang begitu ingin secepatnya bertemu lagi dengan Kai dengan cara apapun, ia sepertinya telah siap dan rela mengorbankan segalanya. Entah ini termasuk sebuah perbuatan yang ceroboh, bodoh, ataukah melanggar semua tabu yang tertera maupun tak tertera, Aina tak lagi peduli.Maka di depan semua pasang mata yang menunggu dengan napas tertahan, Aina perlahan-lahan tapi pasti melaksanakan apa yang mereka titahkan, apa yang mereka nantikan dan inginkan. Tak ada sehelaipun benang kini tertinggal di kulitnya. Polos dan 'sempurna' bagaikan bayi yang baru dilahirkan.
"Nona, apakah masih ada hal lain yang dapat kubantu selain dengan sedikit dana tanda terima kasih dari kami?" Desak David, masih ingin menawarkan bantuannya sekali lagi, entah mengapa belum ingin melepas Aina begitu saja."Oh, mungkin satu hal saja. Bila Anda tak keberatan, Tuan David, dapatkah Anda menolongku menuliskan sepucuk surat? Aku belum dapat menulis dalam bahasa ini dengan baik.""Tentu saja! Aku memiliki selembar kertas dan pen. Apa saja yang Anda ingin kubantu tuliskan?"**********Keesokan paginya saat mentari masih berada di horison, Aina berdiri menatap air laut di atas geladak kapal sewaan yang sama dengan yang ditumpangi Lara dan Xander sekitar dua hari silam. Ia diam-diam pergi meninggalkan Kingfisher tanpa pamit. Tak mau membuat kantor pemerintahan dan semua petugas di sana curiga, ditinggalkannya sepucuk surat yang telah ia minta David bantu tuliskan semalam. Isinya hanya permintaan maaf karena terpaksa meninggalkan semua secara diam-d
Bulan dini hari perlahan muncul dari balik awan-awan mendung di angkasa, memberi penerangan dalam udara pantai Pulau Vagano yang masih sangat dingin menusuk tulang."Ternyata kau juga hadir di tempat ini, Alexander!""Lara? Huh, sudah kuduga kau akan berhasil tiba di sini. Pastinya kau senang sudah bertemu kembali dengan saudara-saudara tiri yang selama ini kau cari dan rindukan!" Xander tersenyum kecut, "I see. Satu orang Vagano diam-diam sudah jadi tawanan kecilmu! Sungguh hebat!""Huh, kejutan hebat! Mengapa kau bisa ada di sini? Aku benci padamu, Guru Muda Pengecut! sejak di Evertown aku seharusnya sudah menghabisimu, andai aku tahu sedari awal Emily berhasil kau miliki!" geram Sky yang masih ada di bawah todongan dua senjata di tangan Lara."Oh, jadi itu kau, Eagle Eyes Sang Penyanyi? Menarik sekali kau juga ingin gadis yang sama dengan kakak dan adikmu. Kalian bertiga sama-sama jatuh cinta pada kekasihku selama bertahun-tahun lamanya tanpa ada yang mau mengalah! Akan tetapi, tak
"Ada apa sebenarnya di tempat ini?" Xander menemukan dirinya berada di sebuah lokasi yang masih asing baginya.Langit dini hari terselubung awan tebal kelabu hitam diselingi petir sambar-menyambar yang enggan berhenti. Di kejauhan, debur ombak menggempur pantai terjal tiada henti. Gelombang-gelombang air tinggi seolah menggapai-gapai naik turun hendak menenggelamkan Pulau Vagano, menyeret turun semua yang ada di atas permukaan tanah. Samar-samar, Xander hanya bisa melihat hamparan batu-batu nisan dan salib penanda makam, lama dan baru di sekitarnya. Beberapa tampak baru dan rapi, beberapa sudah dalam keadaan rusak menyedihkan."Apa yang dapat kulakukan di sini?" Tiba-tiba petir menyambar, hanya beberapa meter saja dari lokasi Xander berada. Pedang Terkutuk dalam genggaman tangannya bersinar dan teracung ke tempat yang 'ditunjukkan' petir itu."Tunggu mereka di sana!" Terdengar suara misterius yang menuntun Xander hingga tiba di titik ini. "Mereka akan segera datang!"********** Sem
"Aku, aku, sesungguhnya aku bukan..." kembali ke masa kini, Sky yang diarahkan Lara dalam rencananya itu begitu ingin membantah jika ia bukanlah Ocean. Ia merasa kesal, mengapa si gadis gila Katy Forrester tiba-tiba datang dan mengancamnya seperti itu. Merasa terjepit dan diprovokasi oleh dua wanita yang ia tidak sukai, Sky begitu ingin berteriak, kesal pada nasibnya. "Kau mau bilang jika kau bukan Ocean? Huh, jangan membantah! Kau kemari ingin memindahkan jenazah kakakku Kate dan berusaha menghilangkan barang bukti pembunuhan? Takkan kubiarkan! Kemarikan kakakku, lalu serahkan nyawamu kepadaku, Ocean Vagano!" Terpancing dan terbakar amarah, Sky tadinya ingin melawan, ingin dihempaskannya saja jenazah Kate ke tanah. Namun dua todongan moncong senjata di punggungnya serta bisikan Lara menghalangi niat pemuda itu, "Jangan berani kau lakukan apa-apa, Saudara tiriku! Awas jika kau berani kacaukan semua yang kita sepakati hingga bertemu keluargamu lagi! Hei, Katy!" Lara beralih mengajak K
Keputusan sudah diambil, mereka harus pergi. Ocean, satu-satunya yang belum sadarkan diri dari 'Kelompok Lounge', menjadi masalah terakhir mereka sebelum bisa keluar dari dalam puri. Aina bersikeras tak ingin meninggalkan pemuda itu bersama penjaga, padahal membawanya dalam keadaan seperti ini tentu sangat menyulitkan. Earth menawarkan diri sebagai pembawa tubuh kakak sulungnya hingga Ocean terjaga. Emily dan Carl akhirnya setuju jika Ocean digendong oleh Earth. Karena tugasnya, pemuda itu tak bisa memimpin dan memegang sepucuk senjata.Mereka bersiap-siap sekadarnya sebelum pergi dari puri. Seorang penjaga senior membagikan masing-masing sepucuk senjata api dari lemari rahasia kepada semua anggota Kelompok Lounge. Semula Carl menolak karena tak ingin ada lagi kekerasan. Namun Aina memberinya saran, "Tuan, aku tahu kita bukan orang jahat, namun kita masih butuh perlindungan dan senjata pembela diri. Meskipun aku yakin Ocean dilindungi sebentuk kekuatan, kita semua tentu tak ingin cela
Sementara itu, ke mana gerangan Alexander pergi? Pemuda itu masih membawa Dangerous Attraction dalam genggamannya. Ia tak begitu mengenal lorong-lorong Puri Vagano ini, namun suatu kekuatan tak kasat mata seolah menuntunnya. Pedang terkutuk bagaikan lentera panjang bercahaya menerangi jalan.Beberapa kali ia bertemu dengan sosok-sosok korban penusukan Katy di lantai, setengah mati maupun sudah tak bernyawa. Mereka yang masih hidup menggapai-gapai dengan segenap sisa tenaga. Beberapa orang muncul dari balik lemari atau tembok kemudian mendekat, walau bergidik ngeri setelah melihat senjata yang pria itu genggam."Tu-tu-tuan! Siapapun Anda, tolonglah kami! Kami tak ingin berada di sini!""Wanita itu membunuh! Tolong, lindungi kami!"Namun Xander mengabaikan semua permohonan mereka itu. Dilangkahinya saja mayat-mayat maupun jejak darah di karpet. Sesekali ia berhenti dan menatap dingin tanpa arti. Barangkali merenung, merasa kasihan, atau berpikir keras berusaha mencari jawaban. Akan teta
"Nama saya Sofia." tanpa diminta, gadis remaja misterius yang dipertanyakan Emily segera memperkenalkan diri, "Nona Emily, maafkan keberadaanku di sini, saya berada di sini untuk meminta perlindungan. Saya..." gadis itu menggigit bibir, berusaha menahan tangis."Astaga... kau bisa tahu aku, apakah kau juga tinggal di pulau ini? Orang tuamu bekerja di sini?" Emily segera mendekati gadis itu."Ya. Tadinya... Sebelum Nona Katy Forrester mengamuk di pesta dan membunuh mereka semua! Aku sudah yatim piatu saat ini!" Sofia tak bisa lagi berdiam diri. Didekapnya Emily. Air matanya tumpah. "Anda semua ke mana? Mengapa kami kalian tinggalkan? Di mana lagi ada lokasi aman di pulau mengerikan ini? Apakah kita akan bertahan hingga pagi nanti?""Sudah, sudah, tenangkan dirimu, Sofia." Emily berusaha menghiburnya dan balas mendekapnya, "Katy Forrester ada di luar sana, kau aman di sini bersama kami. Aku turut berduka. Aku tahu apa yang sudah kau alami. Kita di sini bersama-sama bertahan sambil berus
"Ya, pembunuh. Tetapi bukan wanita yang kita cari." sahut Earth."Bukan Erato Miles?" heran Aina."Bukan. Katy Forrester. Si gadis kembar bungsu!""Astaga, jadi, wanita yang tadi itu..." Aina teringat sesuatu yang enggan ia buka."Tadi apa?" Emily mulai curiga."Oh, nanti saja. Aku akan kisahkan semuanya di lounge."Tak lama setelah mereka dipertemukan kembali, Emily, Earth bersama Ocean yang masih belum sadarkan diri bersama Aina memutuskan untuk bersama-sama sebagai satu tim. Earth membantu menggendong tubuh sang kakak sulung yang walau sangat ia tidak sukai namun paling tidak 'sekarang sudah tak lagi jadi saingan'. Kehadiran Aina yang belum ia kenal benar setidaknya ia anggap sebagai 'sekutu' pembawa keberuntungan.Emily sempat cemas, ia tak tahu harus memihak siapa saat ini. Ocean memang semakin jauh saja darinya, peluang Earth mendapatkan hatinya semakin besar. Namun hal itu tak serta-merta menjadikan gadis itu lupa pada kebaikan dan perhatian Ocean."Cepat, kita harus selamatkan
Emily dan Earth terus berputar di lorong-lorong lantai dasar, berusaha keras mencari jalan terbaik menuju lounge. Mereka berusaha tetap menjauh dari suara-suara yang masih menggema di seluruh penjuru Puri Vagano. Suara-suara asing yang walau tersamar deru hujan badai petir, tetap mendirikan bulu roma. Jeritan manusia terkejut, minta tolong, serta tentu saja kalimat terakhir mereka, disusul tawa wanita muda yang sedari tadi terdengar paling akhir. Sang pembunuh berantai yang sedang beraksi! "Katy Forrester benar-benar mengerikan!" Emily menggeleng seolah berusaha menepiskan bayangan Katy yang sedang menghabisi penghuni puri satu persatu, "Gadis malang yang tak pernah beruntung semenjak ada di sini! Bayangkan jika Dangerous Attraction kembali ada dalam genggamannya!" "Ia dan kakaknya adalah kebalikan diriku. Aku yang dulu menderita sejak lahir, sedangkan mereka lahir dengan 'sendok perak di mulut' malah harus berakhir di pulau penuh kutukan ini!" Earth turut merenung, "Ayo, kita berusa
Sofia menggeleng, "Aku tak tahu, Tuan, tak ada petunjuk lain. Ia tak bilang apa-apa setelah mencegah Nona Katy membunuhku. Hanya saja katanya, ayahnya pernah jadi penguasa pulau ini..." "Penguasa pulau ini? Astaga... Itu pasti dia!" Carl semakin gusar. Fakta bahwa Katy baru saja membunuh entah berapa membuatnya sadar jika kutukan sahabatnya kembali memakan korban. "Kita harus temukan kedua kembar itu dan juga para Pemuda Vagano. Kurasa wanita yang tadi Sofia sebutkan adalah Erato Miles, wanita misterius yang kita cari-cari sebagai pelaku!" "Miles!" Sofia terkejut, "Bukankah Bu Hannah kepala pelayan yang sudah meninggal dunia tiga tahun yang lalu itu juga bernama keluarga Miles? Keluargaku mengenal beliau. Aku ingat, hanya saja kami tak berani dekat-dekat, beliau kelihatan galak dan sangat tertutup." "Barangkali memang itulah dia, putri sahabatku Zeus dan Hannah! Yatim piatu yang sedang mencari saudara-saudara tirinya demi 'reuni' pertama dan terakhir mereka!" "Astaga, jadi tadi ak