(Point-of-view Emily:)
'Pagi ini aku terbangun. Tak ada siapapun atau apapun terjadi. Tak ada sapa atau ketuk pintu dari Ocean seperti biasanya saat aku terlambat bangun.
Aku tahu, ia pasti masih marah terhadapku. Tapi aku tak bisa berbuat apa-apa. Memang aku belum bisa memutuskan kemana aku pergi, apakah aku suka dan mencintai dirinya atau malah adiknya.
Sebesar apapun cinta Ocean, tiada berarti bila aku belum tahu apakah aku merasakan hal yang sama. Demikian pula Earth.
Kurasa Ocean mempesonaku, tapi Earth lebih menawanku.
Aku bangkit dari ranjang dan pergi ke pintu. Terkunci. Kurasa memang Ocean tak ingin aku keluar dari sini.
Aku mendadak merasa seperti burung dalam sangkar emas.
Di meja kopi dekat balkon, kulihat beberapa persediaan makanan dan minuman untukku. Kurasa hanya itu yang kupunya untuk saat ini hingga ada yang membukakanku pintu.
(Point-of-view Earth Vagano:) 'Aku memang telah pergi dari puri dan kembali mengembara di pulau. Untuk sementara ini aku tak tahu harus bagaimana. Begitu kuat keinginanku untuk kembali menerobos masuk ke dalam puri, bertemu dengan Emily atau menculiknya sekalian, juga mengambil kembali Pedang Terkutuk. Sebab harinya memang semakin dekat, dan aku tak ingin rencana ini gagal. Pedang Terkutuk harus kumiliki, dan Ocean dan Sky harus kusingkirkan! Bila dulu Hannah 'menempaku' hanya demi menjadi perpanjangan tangannya membunuh kedua kakak kembarku, kali ini motivasiku bertambah. Apalagi dan siapa lagi bila bukan Emily! Malam itu kurasa Ocean dan dia entah melakukan ataupun hampir melakukan sesuatu yang tak ingin kubayangkan. Menggigil dalam kemarahan, untuk pertama kalinya dalam hidupku aku menyesal tak menerobos masuk 'menyelamatkan' gadis yang sedang 'dalam bahaya' itu. Kuharap Ocean tak menyakitinya, apalagi berhasil memiliki jiwa raganya! Huh, p
Sementara di luar, di hutan dekat lubang jendela keluar darurat dimana Lilian sedang turun sendirian untuk 'mencari Zeus', Ocean dan Sky duduk berjauhan di atas rumput di bawah pohon rindang, menunggu dalam diam. Keduanya tak banyak bicara dan juga tak berinteraksi. Masing-masing saling heran dengan apa yang terjadi di antasa mereka. Bukan hal yang wajar, karena selama mereka bersama, baru beberapa hari yang lalu mereka untuk pertama kalinya tidak kompak, dan puncaknya adalah hari ini. Ocean diam-diam masih mencemaskan Emily. Ia begitu takut pada apa yang hampir saja ia perbuat semalam, hampir menodai gadis itu. Merenggut paksa kesucian satu-satunya wanita muda di pulau ini hanya gegara cemburu pada Earth, adik bungsunya yang belum juga terlihat. Ia khawatir Emily malah berbalik membencinya dan malah betul-betul berbalik pada Earth. Maka ia berjanji, sepulangnya dari tempat ini nanti, ia akan meminta maaf. Sekaligus nanti pada hari ulang tahun ke 23, Ocean ingin memb
Emily masih menunggu dengan resah, ia sudah selesai mandi dan sarapan pagi dengan makanan dan minuman yang disediakan di atas meja kopi, namun belum ada tanda-tanda kemunculan seseorang akan membukakannya pintu. Tetiba ia merasakan firasat buruk yang amat mencekam. Betapa inginnya ia keluar dari sini. Haruskah ia membuka jendela dan kabur seperti yang dahulu pernah dilakukannya? Namun ia merasa, bila ia nekat melakukan hal itu, bukan tak mungkin kali ini Ocean akan berbuat hal-hal seperti semalam lagi pada dirinya. Ia tahu, sebenarnya Ocean tak ingin melakukan hal sehina itu tanpa ia membalas perasaan pemuda itu terhadapnya terlebih dahulu. Ia baru saja hendak membuka bath robe dan mencari pakaian lama mendiang ibu kembar-kembar Vagano yang ada di lemari. Tak jadi, karena mendengar ketukan di jendela balkon yang masih terkunci. "Earth!" Emily begitu terkejut saat melihat tamu tak diundang yang hadir di balkon. Pemuda itu nekat kembali kemari?
Earth sudah mengerti dan siap akan penolakan Emily atas apa yang ia perbuat. Ia tahu, bahkan hingga saat ini, gadis itu takkan ingin mereka berbuat hingga sejauh itu. Walaupun sedang tak ada siapa-siapa. Tapi pemuda itu menunggu, sementara tentu saja ia tak ingin menghentikan keinginannya mencumbu gadis yang beberapa hari ini terombang-ambing pada penemuan, fantasi dan keinginan terpendamnya sendiri. "Kumohon, kau boleh minta bantuanku apa saja, asalkan kita jangan dulu begini," Emily akhirnya bisa mendorong dada Earth untuk menjauh, sambil berusaha menutup dirinya yang mulai terbuka tak karuan. "Asalkan apa? Tidak menikmati kesucianmu?" Earth tersenyum, merasa kesal, namun sekaligus senang karena 'penggiringannya' berhasil, "Tentu saja, kau bisa menundanya lagi, asalkan... Kembalikan Pedang Terkutuk itu padaku!" Emily sudah menduga Earth memang datang untuk itu. Ia teringat, 'Dangerous Attraction' sudah kembali di museum, namun juga terantai
(Point-of-view Zeus Vagano:) 'Suara-suara asing nan gemerisik tetiba membangunkanku, menyapa kedua telingaku yang super peka. Hari ini kusadari, lagi-lagi aku kini tak sendiri lagi di lorong-lorong kelam mengerikan ini. 23 tahun lamanya berada di tempat yang nyaris tanpa cahaya menjadikanku sangat peka terhadap segala macam perubahan yang terjadi. Dua sosok lain hadir di sini, walau belum berpapasan denganku. Yang satu membawa sumber cahaya terang, mungkinkah Ocean atau Sky lagi turun kemari mencoba mengetahui siapa yang sudah mengacak-acak dapur puri? Atau ada seseorang lain lagi? Dan yang satu lagi berbunyi 'srek, srek, srek...' melangkah terseret-seret. Kuduga ia belum lama ini terluka, atupun mungkin memang sengaja dijebloskan ke sini setelah mengalami kecelakaan. Kira-kira siapa? Aku tak gegabah menyerbu ke arah mereka, karena aku sadar, aku bukan monster yang kuat atau sesosok makhluk super anti peluru. Senjata ap
Evermerika, flashback jauh ke masa muda Zeus Vagano - Hannah Miles : "Maaf, Hannah. Aku harus segera kembali ke Pulau Vagano secepatnya!" "Tapi Zeus, apakah kau tak peduli pada putri kita? Ia tak mungkin kau tinggalkan begitu saja!" "Ia tak boleh ikut dengan kita. Tinggalkan saja di panti asuhan. Seorang keturunan yang tak bisa mewarisi darah keluarga takkan pernah dihargai oleh keluarga besarku!" "Tapi, bagaimanapun, dia adalah darah daging kita berdua! Setelah hampir setahun kita tinggal bersama dan kau telah berkali-kali memilikiku, kau mau pulang lagi untuk menemui wanita itu? Mau saja kau dijodohkan dengan gadis bangsawati tak jelas seperti Florencia Lancaster itu!" "Kita berdua ke sana untuk menentukan pilihan. Tapi karena kau memberikanku keturunan seorang anak perempuan, mungkin, kita takkan diterima. Dan akhirnya, aku harus memilih Florence." "Tak bisa begitu! Aku takkan menyerah dan tinggal diam! Putri kita akan kuti
Masih lanjutan flashback masa muda Lilian, Hannah Miles dan Zeus Vagano "Aku tak rela ia menikah!" curhat Hannah kepada sahabatnya sang dokter muda Lilian yang setia mengikuti, namun tak pernah tahu bahwa Hannah dan Zeus sudah memiliki bayi perempuan hasil hubungan mereka. Lilian memang pernah kemari juga dahulu, jauh sebelum ada peristiwa ini. Saat itu, mereka hanya jalan-jalan saja, tak ada maksud sama sekali untuk menetap. Setelahnya, mereka kembali lagi ke Evermerika dan berpisah. Lilian sampai beberapa lama tak mendengar kabar apa-apa tentang 'kumpul kebo' Zeus-Hannah, juga saat Hannah hamil dan melahirkan, sahabatnya belum membuka hal itu kepada siapapun termasuk kepada dirinya. Selama hampir setahun Lilian sibuk menyelesaikan studi dan kerja praktik dokter sebelum dinyatakan resmi menyandang gelar itu, jadi secara kebetulan ia tak pernah bertemu ataupun dicurhati Hannah. Lilian sedikit terkejut dan heran juga saat Hannah mengajaknya ke P
Sementara itu di museum Vagano, Emily masih dengan napas tertahan dan jantung berdebar-debar menunggu Earth yang bersikeras mencoba mengambil Pedang Terkutuk Dangerous Attraction yang terikat kuat dengan rantai dan gembok. Akankah ia berhasil? Tanpa kunci dan alat apapun? Apakah memang 'orang yang ditakdirkan untuk memegang pedang itu' akan meraihnya dengan gampang seperti dalam cerita-cerita legenda? Seperti yang pernah ia baca mengenai kisah sebuah pedang legendaris yang tertancap di batu dan tak ada seorangpun bisa mencabutnya. Emily tahu hanya pemiliknya yang berhak yang bisa mencabutnya. Kisah Excalibur pedang Raja Arthur. Apakah kali ini, Earth akan bisa melakukannya seperti Raja Arthur? Bagaimanapun, yang membuatnya adalah ayahnya, Zeus.. Dengan takzim, Earth mulai menggenggam hulu pedang tipis berkilauan itu dengan mantap. Tak lama, ia mulai menariknya. Bagai adegan gerakan lambat di film-film, perlahan-lahan sekali rantai-rantai besi super ku
"Tidak, jangan lakukan itu, Nona Kate! Kami akan segera mencari dan menemukan Ocean Vagano!" di luar dugaan semua orang yang hadir di pagi menjelang siang benderang namun mencekam itu, tetiba Lilian maju, menempatkan dirinya di antara Kate yang nyaris terjun ke jurang dan Katy yang semakin bernafsu untuk mengakhiri hidup kakaknya! "Minggir, Wanita Tua! Kau bukan sasaran Pedang Terkutuk ini! Minggir sekarang juga, aku tidak main-main!" geram Katy kesal. "Tidak! aku memang bersalah! Kuakui semua sekarang juga! Aku yang mengundang kalian kemari karena ingin menjodohkan Ocean dengan harapan semua kutukan akan segera berlalu dan kalian semua bisa berkeluarga dan akhirnya hidup bahagia, melupakan Emily dan segala yang terjadi!" aku Lilian, membuat kedua gadis kembar itu terhenyak, "Namun ternyata semua ini terjadi! Ocean sudah hilang dan kemungkinan besar tewas di laut dan takkan pernah kembali! Jadi aku merasa gagal, aku merasa benar bila ini semua salahku! Sama seperti p
Semua yang hadir terpaku di tempat, tak berani bergerak sedikitpun setelah mereka berjarak sedemikian dekat dengan Katy yang mungkin akan melukai Kate sewaktu-waktu tanpa sempat mereka cegah."Berhenti di sana sekarang juga, Nona Siapapun Namamu! Sebab gara-gara dirimu, semua yang aku dan Emily ingin lakukan hingga pergi sejauh ini terpaksa tertunda!" Earth dengan suara keras menitahkan Katy yang belum ia kenal."Darimana kau mendapatkan pedang itu dan siapa sebenarnya kalian, mengapa bisa ada di puri ini?" tanya Sky yang juga belum tahu apa-apa."Mereka berdua gadis-gadis bangsawan Everopa, keluarga Forrester yang datang kemari dari jauh dengan tujuan ingin bertunangan dengan kakak kalian, Ocean Vagano," jelas Lilian yang merasa bersalah karena diam-diam mengundang mereka, namun tampaknya tak berjalan baik seperti yang direncanakan."Betul sekali! Dan aku sebagai adik, kali ini tak ingin mengalah untuk kakakku, sekalipun ia telah tidur dengan Ocean Vagan
"Tidak, jangan ikuti aku lagi! Kumohon! Lihat, tadi ada seorang Vagano datang entah darimana, Ocean atau bukan, dia bisa kaujadikan milikmu!" Kate Forrester berlari terus di jalan yang semakin menanjak di tepi pantai itu, tanpa sadar bahwa sebenarnya ia menuju 'dead end'. Jurang yang menghadap ke pantai, namun bukan yang berpasir putih, melainkan pantai curam berbatu karang besar tajam dimana almarhum Zeus Vagano pernah terjatuh ke atasnya dan tewas seketika. "Kau tak bisa mengaturku! Nyawamu berada dalam tanganku, Kak!" Katy masih tersenyum dengan anehnya. Kini Kate berada dekat sekali dengan tepi jurang. Ia terhenti, bingung. Tak ada jalan kemanapun untuk kabur lagi. Hanya ada dua pilihan, dan dua-duanya jalan menuju maut! ********** Sementara itu di puri, Emily dan Earth telah memasuki ruang utama. Emily yang masih enggan sekaligus cemas pada nasib gadis kembar misterius yang dikejar saudarinya sendiri dengan pedang Dangerous Attraction, di
"Tidak mungkin, ini semua tak mungkin terjadi, sebab lukisan ini tak mungkin nyata!" Kate Forrester perlahan mundur menjauh, merasa tak ingin terburu-buru dari tempat persembunyian itu karena khawatir Katy akan menemukannya. Namun ia juga merasa tak nyaman dengan apa yang ia lihat. Terlalu mengerikan dan tak dapat dipercaya! Hanya saja, untuk bertahan di bawah tatapan empat pasang mata sedemikian mengerikan, siapa sanggup bertahan? Akhirnya Kate keluar dan kembali berlari menelusuri labirin Lorong Bawah Tanah. Tentu saja, tak jauh darinya masih ada Katy yang sedari tadi menunggunya dengan sabar. Dan suaranya yang berisik melengking saat bermonolog di hadapan Lukisan Terkutuk tentu saja terdengar oleh Sang Adik yang masih belum ingin melepaskan Sang Kakak. "Kate, sejauh apapun dan dimanapun kau berada, aku selalu ada di belakangmu, mengawasimu hingga aku mendapatkan nyawamu!" Kate berusaha keras mencari jalan keluar, kemana saja tembusnya lorong-lorong
Sementara jauh di lantai dasar, kedua Kembar Cantik Forrester masih saling kejar. Katy yang masih dibawah pengaruh misterius tentu saja takkan menyerah sebelum mencapai tujuannya."Bersiaplah untuk mati, Kate! Kau takkan pernah bisa menghindar dariku ataupun takdir yang menunggumu!""Tidak! Tinggalkan aku saat ini juga! Kau bukan dirimu sendiri, Katy! Sadarlah! Kumohon, ingatlah bahwa kau adikku! Adik takkan membunuh kakak sendiri walau demi cinta!"Sepanjang perjalanannya mencari pintu menuju Lorong Bawah Tanah, Kate Forrester berusaha keras menghalang-halangi adiknya sambil mencoba semua pintu di lorong yang ia duga pernah dilaluinya beberapa saat silam bersama Ocean dan Lilian. Dijatuhkannya semua vas bunga besar-besar dan pajangan berharga yang ia temui, tak peduli bahwa tuan rumah puri bisa saja marah besar bila mengetahui perbuatannya itu.Demi keselamatannya, ia tak peduli. Sayangnya, perbuatan Kate itu percuma saja. Katy tetap mengejarnya dan mela
Semalam-malaman, beberapa jam lamanya Lilian bersama beberapa petugas jaga terkurung di museum perpustakaan hampir merasa putus asa karena 'dikungkung' oleh suatu kekuatan tak kasat mata yang seakan-akan 'menguasai' Puri Vagano. Mereka telah mencari celah di dinding, jendela, serta mencoba semua kemungkinan lain untuk keluar. Tak berhasil. Semua seakan-akan rapat tertutup, bahkan kaca jendela menolak untuk dibuka dari dalam.Sementara di bawah sana, tanpa mereka ketahui, seorang penghuni lama sekaligus tuan rumah, Sky Vagano sang kembar tengah, telah tiba kembali di kediamannya sendiri. Merasa heran karena tak ada seorang penjagapun di puri, sementara pintu-pintu utama tak terjaga dan dengan mudah dibuka dari luar."Pagi yang senyap di Pulau Vagano, dan tak ada penyambutan kepulangan sama sekali. Baiklah, ini memang sangat mendadak! Huh, semoga Lilian tak mengabaikan 'tugasnya'. Berarti benar dugaanku, ada hal yang tak beres di sini! Syukurlah aku kembali! Lilian! Penj
Kate masih belum terlalu percaya bila Katy betul-betul serius ingin menyakitinya, walau sebenarnya ia betul-betul mulai dilanda sebuah perasaan yang sangat tak enak."Ayolah, Adikku! Letakkan saja pedang-pedangan yang kau dapatkan entah darimana itu dan berdamai sajalah denganku! Kau nanti juga akan mendapatkan jodohmu sendiri. Kembar Vagano tidak hanya Tuan Muda Ocean! Masih ada 2 adiknya yang sama-sama tampan dan bisa kaupilih sendiri nanti!" ia tertawa gelisah sementara Katy masih mendesaknya hingga jauh mundur ke dalam kamar, bahkan hingga ia terjatuh ke atas ranjangnya sendiri."Tidak, Kak! Aku ingin hanya diriku saja yang menjadi kekasih, tunangan dan kelak istri Ocean Vagano! Karena kau adalah sainganku! Dalam cinta, tak pernah ada yang namanya teman, sahabat bahkan saudara sekalipun!" Katy tersenyum sinis sambil tetap menggenggam hulu pedang terkutuk Dangerous Attraction yang belum pernah Kate lihat sebelumnya."Lalu, apa yang kau inginkan? Membunuhku? C
Lama Earth terdiam, sementara dalam hatinya, Emily sangat yakin bahwa pemuda itu takkan pernah berkata ya. 'Ia sangat membenci keluarganya, tanah kelahirannya, jadi ia takkan pernah mau! Maka aku akan bebas pergi, karena ia tentu akan menolak mentah-mentah semua permintaanku yang sukar ini!' demikian Emily berusaha untuk membuat Earth mundur perlahan dengan syarat yang sedemikian berat. Berada kembali di tanah kelahirannya tentu saja bukan pilihan terbaik bagi Earth yang tak ingin mengenang masa lalunya yang begitu kelam dan menyedihkan. Pergi sejauh-jauhnya, bila perlu! "Baiklah, Emily! Demi kau, hari ini juga kita akan segera kembali ke Pulau Vagano!" di luar dugaan, Earth menyanggupi permintaan Emily yang paling sukar itu. "A, a, a, apaaaa?" Emily terperangah tak percaya, "Earth, bagaimana mungkin kau mau? Ocean dan Sky bisa membunuhmu, apalagi bila kau membawaku kesana! Pedang Terkutuk itu tentunya masih ada dan kali ini hidupmu bisa berakhir di ujungnya!
Sementara, Emily masih berada dalam 'penguasaan' Earth di sebuah hutan yang sunyi. Masih terombang-ambing antara ingin kembali kepada Xander yang 'ditinggalkannya' begitu saja tanpa kabar di M's Brew di Evertown, atau tetap bersama Earth yang tak mungkin akan mengizinkannya pergi lagi. "Emily, sudah dua kali kita melakukan itu. Kau bisa berterusterang kepadaku, apakah kau mulai bisa menyukaiku walau sedikit?" Earth masih memeluknya erat, seakan tak ingin melepaskannya untuk selama-lamanya. Emily gemetaran, walau pelukan Earth terasa hangat. Di bawah siraman cahaya mentari, pemuda itu sama sekali tak seperti saat mereka masih di Pulau Vagano tiga tahun silam. Tubuhnya bersih, mulus, wajahnya bercahaya. Emily sungguh merasakan perbedaan yang signifikan antara Earth Si Bungsu Terkutuk di masa lalu dengan Avalanche Si Barista di masa kini. "Aku belum tahu. Tiba-tiba saja kau muncul kembali. Terlalu mendadak bagiku. Dan aku sudah punya kekasih yang mencintaiku. Xa