(Point-of-view Emily:) 'Aku masuk ke kamarku dengan tubuh lelah dan jantung berdebar-debar. Sekarang apa yang harus kulakukan setelah telanjur memasukkan Earth ke dalam puri ini, walaupun memang tak ada pilihan lain? Dan kemana Ocean pergi, mengapa belum kembali juga, dan apa yang akan terjadi seandainya nanti ia berada lagi di sini? Aku bahkan bertambah bingung jika harus memilih satu di antara dua pemuda kembar yang mulai menarik hatiku. Sama-sama berparas rupawan, walau Earth masih sedikit lebih tirus. Sama-sama menarik, walau Earth begitu liar, lugu, polos dan kadang malah kasar menakutkan. Ocean bagaikan seekor kuda putih yang terpelihara dan terawat dengan baik dan nyaris sempurna. Lembut, terpelajar, elegan dan anggun. Sedangkan Earth bagaikan kuda hitam liar, bebas lepas dan menderita selama hidupnya, namun masih begitu rapuh di dalam dan memiliki bahaya laten, bagaikan api dalam sekam yang bisa membesar sewaktu-waktu. Tak ada pilihan lain, se
(Point-of-view Zeus Vagano:)'Entah mengapa, kurasa kini aku tak sendiri lagi di bawah sini. Hannah dan Makhluk Terkutuk itu sudah beberapa lama tak ada di tempatnya, kurasa wanita yang pernah menjadi pasanganku itu telah membawanya ke tempat dimana ia sedang dipersiapkan untuk menghadapi akhir hidupnya sendiri. Sesuatu yang akan mengakhiri kisah mereka berdua. Ha ha ha ha ha !!!Namun keberadaan seseorang di bawah sini sedikit meresahkanku. Sesekali kudengar gema suaranya memanggilku, 'Ayah, Ayah...'Astaga. Apakah itu salah satu dari putra kembarku yang sebetulnya 'ingin kuselamatkan'? Ia tersesat di sini saat kemarin kupergoki. Ia tentu tak tahu bila aku sebenarnya masih hidup!Aku ingin sekali menolongnya. Bagaimanapun, keturunan Vagano tak boleh punah dan musnah. Cukup dua itu saja yang akan berakhir dimakan kutukan di ujung Dangerous Attraction, yang kuyakini kini berada di tangan yang tepat!Aku harus ke atas sana hari ini !!! Akan kulakukan apa saja asal salah satu putraku yang
Emily dalam kepanikannya berlari ke kamar Ocean, lupa bahwa yang ada di sana bukanlah Ocean, melainkan Earth... Pintu kamarnya kebetulan tidak terkunci, dan Emily menyerbu masuk sambil berseru-seru, "Di dapur, seseorang atau sesuatu telah..." Gadis itu terdiam, sesaat ingin berpaling. Baru sadar bahwa pemuda yang ia jumpai itu bukanlah Ocean, melainkan Earth. Dan yang lebih mengejutkan serta membuat rona merah spontan merekah di pipinya, pemuda itu nyaris tak mengenakan apa-apa, hanya selembar handuk menutupi area pinggulnya. Ternyata ia baru saja mandi. Dan masih duduk di atas ranjang Ocean, belum lagi sempat mengenakan baju yang telah ia pilih. Tubuhnya terbentuk dengan sempurna, hanya masih sedikit lebih kurus dibandingkan kedua kakak kembarnya. Beberapa bekas luka lama menarik perhatian Emily. "Mengapa kau menatapku seperti itu?" Earth berkata dalam nada rendah, dingin, sekaligus sedikit 'menantang', "Aku, aku, aku hanya pe
Sementara itu, Sky yang juga lama tertidur saking lelahnya menghadapi semua kejadian semalam, mendadak terbangun, keringat dingin menganak sungai membasahi sekujur tubuhnya. Ia seperti baru saja bermimpi buruk. Sudah sangat lama ia tak memimpikan hal-hal aneh. Namun pagi menjelang siang ini, belum lama ia seakan menyaksikan beberapa adegan seperti film yang diputar seseorang berulang-ulang kali di hadapannya tanpa ia pinta; seorang tak dikenal mengembara tanpa tujuan dalam puri. Seseorang yang berlumur lumpur hijau-cokelat kehitaman ibarat makhluk rawa dalam game-game di permainan video dan monster humanoid di film-film horor. Lalu hilangnya Ocean semalam dan ternyata masih belum kembali dengan selamat ke atas sini. Lalu sosok Ocean yang tetiba bermesraan dengan Emily.. 'Lho,' Sky tersadar, 'Bukankah kakakku itu kemarin berjumpa dengan Emily dan membawa Pedang Terkutuk?' Mereka harus segera ditanyai, dimana mendapatkan pedang itu kembali dan apa saja
Earth sadar, ia tak boleh terlena berlama-lama menyamar sebagai Ocean. Cepat atau lambat ia akan segera dikenali entah oleh Sky ataupun siapa saja yang akan muncul. Mengambil keuntungan dari absennya Ocean yang asli, tak selamanya memberikannya kebebasan dan kenikmatan yang ia idamkan. Bahkan ketika seseorang datang mengetuk pintu kamar, pemuda itu tersentak. Disuruhnya Emily yang masih berada di atas ranjang untuk bersembunyi, sementara tadinya ia hendak langsung membuka pintu itu dengan hanya celana pendek melekat pada tubuhnya. Hampir ia lupa bila ada bekas-bekas luka di dada dan punggungnya yang bisa menimbulkan kecurigaan! Emily buru-buru melemparkannya selembar kimono tidur yang selalu ada di sofa tepi ranjang sebelum bersembunyi di balik bed cover tebal. Tanpa suara, akhirnya Earth mengerti dan mengenakan kimono itu sambil membuka pintu dengan tenang. "Kak, ayo kita turun ke dapur. Ada masalah. Sesuatu atau seseorang tak dikenal telah mengacak-
Emily menahan napas. Memang seekor hewan, betapapun tak secerdas manusia, memiliki naluri dan memori yang baik. Apalagi terhadap kejadian tertentu dalam hidupnya, termasuk pada orang yang tak dikenalnya. Namun syukurlah Lilian datang mencairkan suasana. "Thunder Runner masih dalam tahap pemulihan. Easy, Boy, Easy." ditepuknya lembut kuda itu beberapa kali untuk menenangkan. Earth menjauh, sedikit lega. Namun Sky memandanginya semakin tajam saja. Biasanya Thunder Runner juga mau disentuh bahkan ditunggangi Ocean. "Kudaku itu biasanya begitu jinak kepada siapapun. Sejak malam ia terluka itu, mungkinkah ia jadi takut pada semua orang, kecuali aku dan Lilian?" tanyanya kepada sang dokter wanita tua. "Mungkin saja. Hewan itu bisa mengenali penyerangnya juga." Emily dan Earth saling memandang. Gadis itu seakan memberi kode dengan matanya agar pemuda yang sedang berpura-pura menjadi kakaknya itu tetap tenang. "Sekarang kita kunjungi Hannah. D
Sementara itu, Ocean yang masih terperangkap di Lorong Bawah Tanah perlahan-lahan tapi pasti menemukan kekuatannya kembali untuk mencari jalan keluar sekali lagi. Dengan sebuah kain tua yang ia berhasil temukan, dibungkusnya semua bahan makanan dan minuman yang tersisa dan membawanya sebagai bekalnya. Sekali lagi mencoba bertahan sambil merenungkan, betapa hidup dalam bayang-bayang seperti ini bisa mengubah hidup seseorang seperti dirinya. Sebelumnya merasa segalanya cenderung mudah, namun di bawah sini, penderitaan dan kekhawatiran menjadi nyata. Ocean yang dulu merasa sempurna dan hidup dalam zona nyaman, kali ini harus tertatih-tatih meraba-raba dalam kegelapan, nyaris tanpa harapan, kecuali ingatannya tentang... 'Emily... !!!' Hanya gadis itu yang menjadi motivasinya untuk tetap hidup hingga saat ini. Juga rasa penasaran untuk segera menemukan semua jawaban. 'Tiga bayi. Tiga anak. Tiga saudara kemb
"Aku juga bingung. Pedang Terkutuk bisa ada di tangan Emily yang muncul entah dari mana. Lalu kakakku yang terlihat asing hari ini. Mereka berdua seperti menyembunyikan sesuatu. Hanya pendapat pribadiku saja, Lilian." ungkap Sky dengan suara kecil. "Setelah ini aku akan bicara empat mata dengan Ocean." Lilian setuju. "Kau dan Emily pulang duluan saja ke puri. Dan tetaplah berhati-hati selama entah siapapun di bawah sana masih berusaha masuk ke dalam. Kita belum dapat menangkapnya maupun melukainya, selama ia belum kita kenali." "Baiklah. Hati-hati juga, Lilian. Kurasa Hannah juga masih belum menyesali perbuatannya. Atas tindakan pembunuhan petugas jaga yang ia akui, ia pun patut kita amankan semaksimal mungkin." Di dalam kamar Hannah, Emily masih memandang Earth yang baru saja sekali lagi meluapkan amarahnya kepada Si Tua. Melihat perangai sang kembar ketiga itu, ia terjepit antara prihatin sekaligus takut. Ia ingin mem