"Jadi kamu mengerjaiku?" Kinara akhirnya sadar dengan apa yang baru saja terjadi."Jangan mimpi! Aku tidak akan pernah menikah denganmu!" Kinara melemparkan kain putih yang dari awal menutupi tubuh Arka, sebelum melangkah pergi hendak meninggalkan tempat itu.Melihat kemarahan Kinara, Arka dengan cepat turun dari ranjang, dan meraih lengan Kinara untuk menahan kepergiannya."Lepas!" Kinara beberapa kali mencoba menghempaskan lengannya, namun cengkeraman Arka tak kunjung terlepas darinya."Apa kamu perlu semarah ini padaku? Aku melakukan ini hanya karena ingin cepat menikah denganmu," jelas Arka dengan penuh penyesalan.Kinara akhirnya berbalik, menatap Arka yang terus menahannya."Aku sudah mengatakan akan menepati janjiku setelah membuka cabang toko kue yang baru, kenapa kamu malah melakukan hal bodoh seperti ini?" Kemarahan nampak terlihat jelas di wajah Kinara, nafasnya menderu hebat, dengan tatapan tajam yang ia layangkan pada calon Suaminya."Kamu tidak pernah tahu ketakutan terb
"Hah? Perlu dicoba dulu?" tanya Kinara tidak mengerti.Meski pernikahan bukanlah hal yang baru untuknya, namun Kinara tidak pernah melakukan fitting baju pengantin sebelumnya. Mungkin karena dulunya terlalu miskin, dirinya hanya melakukan akad nikah saja tanpa sebuah pesta besar seperti ini, sedangkan baju yang dia gunakan adalah kebaya tua bekas pernikahan Ibu dan Bapaknya dulu.Pemilik butik itu terdiam dengan senyum canggung, menatap Kinara yang menurutnya terlalu polos."Sayang, lalu apa gunanya kita fitting baju hari ini jika tidak perlu mencobanya?" tanya Arka frustasi."Oke, aku akan mencobanya," ucap Kinara sebelum melangkah pergi mengikuti pemilik butik ke sebuah ruangan kecil yang terletak tak jauh dari sana.Seorang wanita bertubuh tambun, nampak menghampiri Arka yang tengah terbengong di depan jejeran gaun pengantin wanita."Tuan, ini adalah pasangan dari gaun pengantin yang dipilih oleh calon Istri Anda, silakan dicoba," ucap wanita itu sembari memberikan setelan jas puti
"hahaha ... aku hanya bercanda, Sayang." Arka tertawa geli dengan memegangi perutnya yang terasa nyeri."Tidak lucu!" ketus Kinara sebelum kembali membuang muka dengan melipat kedua tangannya di bawah dada.Arka hanya tertawa dengan menggelengkan kepalanya pelan, sebelum kembali menginjak pedal gas dengan perlahan, mengeluarkan mobil dari parkiran butik.Keheningan menyelimuti perjalanan mereka kembali ke rumah. Arka hanya sesekali melirik Kinara yang duduk di sampingnya. Kinara nampak melihat sisi lain dari tubuhnya, seolah tengah menikmati indahnya pemandangan dari luar jendela mobil.Setelah beberapa menit berlalu, akhirnya mobil Arka telah sampai di depan toko kue milik Kinara.Kinara telah memiliki beberapa cabang toko kue di luar kota, namun dirinya tetap tidak ingin membuat rumah sendiri untuk tempat tinggalnya. Kinara masih setia menetap di toko kue pertamanya, dengan alasan, tidak ingin memakan banyak waktu hanya untuk perjalanan menuju tempat kerjanya."Pulanglah! Aku lelah
Beberapa menit berlalu, hingga jam yang melingkar di pergelangan tangan Arka, menunjukkan pukul enam kurang lima menit, yang artinya akad nikah akan dilangsungkan lima menit lagi. Namun masih belum terlihat tanda-tanda Kinara akan terbangun dari tidurnya.Sekali lagi Arka menghela nafas berat, sebelum membangunkan putri tidurnya dari tidur lelap."Hey, tukang tidur, ayo bangun!" bisik Arka tepat di depan telinga Kinara dengan sedikit mengguncang tubuhnya yang belum berganti dengan gaun pengantin. Para Pelayan wanita kesulitan untuk mengganti baju Kinara dengan posisi terbaring, sementara Arka tidak memperbolehkan mereka untuk membangunkan sang putri tidur.Sekali lagi Arka menghela nafas berat dengan wajah frustasi ketika Kinara belum juga mendapatkan kesadaran."Mungkin seperti cerita dongeng, jika sang Pangeran ingin membangunkan Putri tidur, maka dia harus menciumnya," gumam Arka.Namun baru juga Arka memejamkan mata dengan bibir mengerucut, sebuah tangan dengan cepat menepuk keras
Setelah selesai melakukan sesi pemotretan, Kinara dan Arka berjalan beriringan dengan menuntun Nathan yang baru belajar berjalan di tengah-tengah mereka.Nathan nampak lucu dengan setelan jas yang berwarna senada dengan Ibu dan Ayah sambungnya, dengan dasi kupu-kupu hitam yang melekat di kera kemejanya. Ia berjalan tertatih dengan pipi gembul yang tidak berhenti menampakkan garis lengkung di bibirnya.Para tamu nampak terkesima dengan kehadiran keluarga baru itu. Mereka terlihat begitu serasi, bahkan wajah Nathan semakin lama semakin mirip dengan Arka, meski pada dasarnya mereka tidak memiliki ikatan darah."Selamat atas pernikahan kalian, saya benar-benar ikut terharu dengan prosesi sakral ini," ucap seorang Bapak paruh baya yang secara tiba-tiba muncul dari belakang mereka. Memberikan sebuah jabat tangan hangat pada Arka yang terlihat begitu bahagia."Terima kasih atas kehadiran Anda, Pak Albert," ucap Arka sesaat setelah menjabat tangan salah satu klien dengan investasi terbesar di
Pelayan wanita itu nampak menghela nafas lega."Apakah ada hal lain yang Anda perlukan, Nyonya?" ucap Pelayan itu dengan sopan."Tidak," jawab Kinara singkat."Baiklah, kalau begitu saya permisi," pamitnya sebelum pergi meninggalkan Kinara yang masih berdiri dengan Nathan yang berada di gendongannya.Kinara merasa aneh dengan Nathan yang tidak mengeluarkan suara sedikit pun sejak kembali dari pesta di halaman rumah.Kinara memeriksa Nathan yang menyenderkan kepala di pundaknya. Ternyata mata Nathan terpejam, mungkin karena terlalu lelah, Nathan jadi tertidur pulas di gendongan Kinara.Kinara perlahan meletakkan Nathan di atas ranjang kecil miliknya. Dengan bantal dan selimut berwarna biru, seolah senada dengan cat dinding di dalam kamar itu.Setelah dirasa Nathan tertidur cukup nyenyak, Kinara kembali ke dalam kamar Arka untuk mengambil baju ganti yang sempat ia bawa dari rumah.Kinara melepas gaun pengantin yang begitu membuatnya kesulitan untuk bergerak, gerakannya dibatasi oleh pan
Kinara hanya terdiam sebelum pergi meninggalkan para Pelayan yang masih memenuhi seluruh penjuru dapur. Mungkin niat baiknya untuk membuatkan sang Suami sarapan hari ini tidak akan terlaksana.Kinara memutuskan untuk mengecek ke kamar sang putra. Namun ketika pintu terbuka, Kinara melihat Nathan yang masih tertidur pulas di atas ranjang kecilnya. Sepertinya Nathan suka sekali dengan kamar barunya, hingga membuatnya betah berlama-lama untuk tidur di dalam sana.Kinara yang tidak tahu harus mencari kesibukan apa, akhirnya memutuskan untuk kembali ke kamar pengantinnya."Kamu ke mana saja? Aku mencari-carimu ke mana-mana," ucap Arka ketika melihat Kinara yang baru membuka pintu kamar."Aku pergi ke dapur, ada apa?" tanya Kinara penasaran dengan wajah Arka yang terlihat panik."Ngapain ke dapur? Sudah ada Pelayan di sini, mulai sekarang tidak usah memasak lagi, tugasmu hanya menemaniku," rengek Arka dengan menarik paksa lengan Kinara ke dalam pelukannya.Kinara yang merasa heran, hanya te
"Hmm!" Satu desahan keluar begitu saja dari mulut sang Istri ketika dirinya memainkan ujung buah dada yang terasa begitu menggoda.Kinara dengan cepat mendorong paksa tubuh Suaminya agar melepaskan tautan bibir mereka."Kenapa?" Arka terlihat begitu kecewa ketika Kinara menghentikan aktivitas panas mereka."Kamu bilang tadi hanya sebentar kan?" protes Kinara.Kinara menepis tangan Arka yang masih enggan untuk melepaskan kedua buah dadanya."Tanganmu ini sedang apa?" Kinara begitu kesal dengan tangan Arka yang seketika berubah menjadi liar."Memangnya kenapa? Seluruh tubuhmu sekarang sudah menjadi milikku, kenapa aku tidak boleh melakukan hal itu?" protes Arka yang merasa masih belum cukup puas dengan aktivitasnya."Tunggu nanti malam!" Tegas Kinara sebelum akhirnya pergi, ketika menyadari sesuatu yang terlihat menyembul dari arah celana piyama milik sang Suami.Kinara berlari ke dalam kamar mandi untuk membenahi posisi bra-nya yang telah terbuka.Kinara mencuci wajahnya di wastafel, s