"Hmm!" Satu desahan keluar begitu saja dari mulut sang Istri ketika dirinya memainkan ujung buah dada yang terasa begitu menggoda.Kinara dengan cepat mendorong paksa tubuh Suaminya agar melepaskan tautan bibir mereka."Kenapa?" Arka terlihat begitu kecewa ketika Kinara menghentikan aktivitas panas mereka."Kamu bilang tadi hanya sebentar kan?" protes Kinara.Kinara menepis tangan Arka yang masih enggan untuk melepaskan kedua buah dadanya."Tanganmu ini sedang apa?" Kinara begitu kesal dengan tangan Arka yang seketika berubah menjadi liar."Memangnya kenapa? Seluruh tubuhmu sekarang sudah menjadi milikku, kenapa aku tidak boleh melakukan hal itu?" protes Arka yang merasa masih belum cukup puas dengan aktivitasnya."Tunggu nanti malam!" Tegas Kinara sebelum akhirnya pergi, ketika menyadari sesuatu yang terlihat menyembul dari arah celana piyama milik sang Suami.Kinara berlari ke dalam kamar mandi untuk membenahi posisi bra-nya yang telah terbuka.Kinara mencuci wajahnya di wastafel, s
Arka menggeleng cepat, dengan wajah memelas, dirinya perlahan bangkit, dan berjalan mendekati sang Istri."Ayolah, Sayang, aku benar-benar tidak bisa menahannya lagi, aku ingin merasakan hal itu," rengeknya.Kinara kembali memijat pelipisnya, susah sekali bernegosiasi dengan orang seperti Arka."Oke, tapi setelah kamu memakan makananmu." Akhirnya Kinara tidak memiliki pilihan lain selain menyetujui permintaan sang Suami."Oke, deal!" ucap Arka dengan semangat yang begitu menggebu sebelum akhirnya melahap habis semua makanannya.Kinara berulang kali mencoba mengatur nafas, dirinya benar-benar ketakutan jika Arka tidak puas dengan tubuhnya.Arka yang telah menyelesaikan makan siangnya, mulai menghampiri Kinara yang terduduk di sofa panjang di ruangan itu."Sa-sayang, jika tubuhku tidak sesuai dengan ekspektasimu, jangan marah ya?" ucap Kinara dengan ragu.Hal itu membuat Arka seketika menghentikan pergerakan tubuhnya, dan mulai memandangi mata sang Istri yang mencoba menghindarinya."Ap
Pertempuran malam itu begitu sengit, hingga membuat keduanya saling bertukar peluh.Keduanya terus menikmati malam indah mereka hingga melupakan waktu."Sayang, sudah, aku sudah tidak sanggup lagi." Kinara terkapar di atas ranjang dengan seluruh tubuhnya yang basah karena peluh."Satu kali lagi, aku mohon," bujuk Arka yang masih belum cukup puas setelah melakukan beberapa ronde.Kinara hanya pasrah, membiarkan sang Suami melakukan semua yang ia ingin lakukan.Setelah menyelesaikan satu kali ronde yang cukup panas, akhirnya mereka tertidur hingga pagi menjelang.Kinara yang merasakan kelopak matanya yang terasa begitu berat untuk dibuka, akhirnya tetap berbaring meski sinar matahari mulai memasuki celah jendela dari kamar itu.Arka terus mendekap tubuh sang Istri begitu erat, seolah tak ingin melepaskannya sedikit pun.Bahkan beberapa ketukan pintu dari para Pelayan yang meminta mereka untuk sarapan, diabaikan begitu saja oleh keduanya.Setelah beberapa jam berlalu, Kinara akhirnya mem
"Apa sekarang sudah jelas?" tanya Kinara datar tanpa seulas senyum melengkung di bibirnya.Bayu masih terdiam, matanya menatap tidak percaya, tubuhnya terasa bergetar hebat, gejolak di dalam hati terasa begitu menggebu, hingga membuat air matanya mulai luruh membasahi pipi."Kenapa, Ra? Kenapa tidak memberiku sebuah kesempatan?" ucapnya lirih dengan pandangan kosong."Aku dulu memberikanmu banyak kesempatan, tapi kamu tidak menggunakannya dengan baik," tegas Kinara sebelum pergi meninggalkan Bayu yang masih terpaku di tempat.Kinara menarik tangan sang Suami untuk segera memasuki toko kue miliknya. Kerena terlalu sering merasakan sakit hati, hati Kinara seakan telah mati. Kini dirinya seolah berubah menjadi seorang wanita yang tidak berperasaan.Penyesalan itu semakin terasa menusuk hati. Kini harapannya telah sirna untuk kembali merebut pujaan dalam hati. Bayu tertunduk sesaat, sebelum akhirnya, memutuskan untuk pergi meninggalkan tempat itu.Bayu beberapa kali menengok ke arah toko
Setelah beberapa menit perjalanan, akhirnya mobil Arka telah sampai di halaman parkir perusahaan besar miliknya.Kinara kembali menutupi kepala dengan penutup hoodienya, sebelum akhirnya menyusul Arka yang terlebih dahulu keluar dari mobil.Mereka berjalan beriringan sesaat sebelum sang Suami merangkul Kinara secara paksa. Kinara hanya memutar bola matanya malas, tanpa mengeluarkan protesnya sedikit pun.Para Security yang berjaga di pintu masuk, terlihat membungkukkan tubuh mereka ketika Kinara dan Arka berjalan melewati mereka."Selamat pagi, Pak, Bu." Sapaan-sapaan hangat, mereka terima dari beberapa karyawan dan karyawati yang berjalan melewati mereka. Kinara hanya mengembangkan senyum tanpa sedikit pun mengeluarkan suara untuk membalas sapaan dari mereka. Sementara sang Suami terlihat acuh tak acuh dengan para Pekerjanya, seolah tuli, pandangan matanya tetap lurus, terus berjalan melewati bisingnya suasana perkantoran di siang hari.Kinara memperhatikan sekelilingnya, terlihat ra
"Tck! Aku lapar, belikan makanan!" ketus Kinara."Astaga, jadi galaknya muncul pas lapar doang nih?" kekeh Arka, sebelum pergi kembali ke meja kerjanya, dan menekan satu tombol di telepon yang langsung menyambungkannya ke salah satu Pegawai kantor."Bawakan makanan ke ruanganku!" Titah Arka singkat sebelum kembali menutup sambungan telepon tanpa menunggu sebuah jawaban.Arka kembali menghampiri sang Istri yang terlihat bengong di atas sofa berwarna biru."Kenapa? Saking laparnya jadi bengong gitu?" ejek Arka."Aku ngantuk, seluruh tubuhku rasanya remuk," keluh Kinara dengan memijat bahunya dengan tangannya sendiri."Apa karena semalam?""Menurutmu?" ketus Kinara yang merasa kesal terhadap sang Suami yang terlalu brutal terhadapnya tadi malam."Ngomong-ngomong, aku jadi mau lagi," ucap Arka malu-malu.Kinara dengan cepat melayangkan tatapan tajam pada sang Suami dengan mengerinyitkan alis."Aku tidak mau!" Kinara menolak permintaan sang Suami dengan begitu yakin."Kenapa? Dosa loh, kal
Para petugas rumah sakit jiwa, mulai melepaskan separuh tali yang masih belum sepenuhnya terlepas dari tubuh Bayu.Mereka membopong tubuh Bayu yang telah tidak sadarkan diri, menuju sebuah mobil hitam.Sementara Risa yang hanya mampu menyaksikan dari halaman rumahnya, merasakan perasaan yang begitu bimbang. Haruskah ia memberitahu Kinara tentang keadaan mantan suaminya?***Sementara itu, di kediaman Arka.Kinara melirik jam dinding yang tergantung tak jauh dari tempat tidurnya, waktu menunjukkan pukul dua dini hari, namun dirinya tak kunjung bisa tidur. Matanya terasa begitu berat, namun ketika terpejam, tak kunjung membawanya ke alam mimpi. Ada apa ini sebenarnya?Hatinya secara tiba-tiba merasa tidak tenang, seorang telah mendapatkan sebuah firasat buruk.Kinara melirik sang Suami yang telah tertidur dengan pulas. Sampai akhirnya, dirinya memutuskan untuk mengambil air minum, dan kembali untuk tidur.Drrttt.. Drrttt..Belum sempat dirinya kembali menaiki ranjang, ia mendapati ponse
Arka tertegun melihat air mata Kinara yang mulai berjatuhan dari kelopak matanya."Lho? K-kok nangis?" Arka panik bukan kepalang."Huwaa ... kamu jahat! Kenapa terus memarahiku? Aku sudah bilang tidak akan pergi ke sana." Kinara semakin mengeraskan suara tangisannya. Membuat Arka seketika kebingungan harus berbuat apa."O-oke-oke, jangan menangis lagi, kita bicara pelan-pelan, aku tidak akan memarahimu lagi, oke?" Arka meraih tubuh sang Istri yang tengah terduduk di samping tubuhnya, mendekapnya erat di dalam pelukannya."Aku tidak akan pergi, jangan marah lagi," ucap Kinara lirih, sebelum akhirnya membalas pelukan sang Suami.Tatapan sinis dari sang Suami, nyatanya menjadi sebuah hal yang begitu menakutkan untuk Kinara.***Pagi harinya, Arka yang telah bersiap dengan setelan jas hitam miliknya, duduk di atas kursi di ruang makan.Kinara dengan begitu telaten, menghidangkan beberapa masakannya di atas meja makan.Para Koki yang tengah mengintip dari celah pintu dapur, mulai merasa ta