"Apa sekarang sudah jelas?" tanya Kinara datar tanpa seulas senyum melengkung di bibirnya.Bayu masih terdiam, matanya menatap tidak percaya, tubuhnya terasa bergetar hebat, gejolak di dalam hati terasa begitu menggebu, hingga membuat air matanya mulai luruh membasahi pipi."Kenapa, Ra? Kenapa tidak memberiku sebuah kesempatan?" ucapnya lirih dengan pandangan kosong."Aku dulu memberikanmu banyak kesempatan, tapi kamu tidak menggunakannya dengan baik," tegas Kinara sebelum pergi meninggalkan Bayu yang masih terpaku di tempat.Kinara menarik tangan sang Suami untuk segera memasuki toko kue miliknya. Kerena terlalu sering merasakan sakit hati, hati Kinara seakan telah mati. Kini dirinya seolah berubah menjadi seorang wanita yang tidak berperasaan.Penyesalan itu semakin terasa menusuk hati. Kini harapannya telah sirna untuk kembali merebut pujaan dalam hati. Bayu tertunduk sesaat, sebelum akhirnya, memutuskan untuk pergi meninggalkan tempat itu.Bayu beberapa kali menengok ke arah toko
Setelah beberapa menit perjalanan, akhirnya mobil Arka telah sampai di halaman parkir perusahaan besar miliknya.Kinara kembali menutupi kepala dengan penutup hoodienya, sebelum akhirnya menyusul Arka yang terlebih dahulu keluar dari mobil.Mereka berjalan beriringan sesaat sebelum sang Suami merangkul Kinara secara paksa. Kinara hanya memutar bola matanya malas, tanpa mengeluarkan protesnya sedikit pun.Para Security yang berjaga di pintu masuk, terlihat membungkukkan tubuh mereka ketika Kinara dan Arka berjalan melewati mereka."Selamat pagi, Pak, Bu." Sapaan-sapaan hangat, mereka terima dari beberapa karyawan dan karyawati yang berjalan melewati mereka. Kinara hanya mengembangkan senyum tanpa sedikit pun mengeluarkan suara untuk membalas sapaan dari mereka. Sementara sang Suami terlihat acuh tak acuh dengan para Pekerjanya, seolah tuli, pandangan matanya tetap lurus, terus berjalan melewati bisingnya suasana perkantoran di siang hari.Kinara memperhatikan sekelilingnya, terlihat ra
"Tck! Aku lapar, belikan makanan!" ketus Kinara."Astaga, jadi galaknya muncul pas lapar doang nih?" kekeh Arka, sebelum pergi kembali ke meja kerjanya, dan menekan satu tombol di telepon yang langsung menyambungkannya ke salah satu Pegawai kantor."Bawakan makanan ke ruanganku!" Titah Arka singkat sebelum kembali menutup sambungan telepon tanpa menunggu sebuah jawaban.Arka kembali menghampiri sang Istri yang terlihat bengong di atas sofa berwarna biru."Kenapa? Saking laparnya jadi bengong gitu?" ejek Arka."Aku ngantuk, seluruh tubuhku rasanya remuk," keluh Kinara dengan memijat bahunya dengan tangannya sendiri."Apa karena semalam?""Menurutmu?" ketus Kinara yang merasa kesal terhadap sang Suami yang terlalu brutal terhadapnya tadi malam."Ngomong-ngomong, aku jadi mau lagi," ucap Arka malu-malu.Kinara dengan cepat melayangkan tatapan tajam pada sang Suami dengan mengerinyitkan alis."Aku tidak mau!" Kinara menolak permintaan sang Suami dengan begitu yakin."Kenapa? Dosa loh, kal
Para petugas rumah sakit jiwa, mulai melepaskan separuh tali yang masih belum sepenuhnya terlepas dari tubuh Bayu.Mereka membopong tubuh Bayu yang telah tidak sadarkan diri, menuju sebuah mobil hitam.Sementara Risa yang hanya mampu menyaksikan dari halaman rumahnya, merasakan perasaan yang begitu bimbang. Haruskah ia memberitahu Kinara tentang keadaan mantan suaminya?***Sementara itu, di kediaman Arka.Kinara melirik jam dinding yang tergantung tak jauh dari tempat tidurnya, waktu menunjukkan pukul dua dini hari, namun dirinya tak kunjung bisa tidur. Matanya terasa begitu berat, namun ketika terpejam, tak kunjung membawanya ke alam mimpi. Ada apa ini sebenarnya?Hatinya secara tiba-tiba merasa tidak tenang, seorang telah mendapatkan sebuah firasat buruk.Kinara melirik sang Suami yang telah tertidur dengan pulas. Sampai akhirnya, dirinya memutuskan untuk mengambil air minum, dan kembali untuk tidur.Drrttt.. Drrttt..Belum sempat dirinya kembali menaiki ranjang, ia mendapati ponse
Arka tertegun melihat air mata Kinara yang mulai berjatuhan dari kelopak matanya."Lho? K-kok nangis?" Arka panik bukan kepalang."Huwaa ... kamu jahat! Kenapa terus memarahiku? Aku sudah bilang tidak akan pergi ke sana." Kinara semakin mengeraskan suara tangisannya. Membuat Arka seketika kebingungan harus berbuat apa."O-oke-oke, jangan menangis lagi, kita bicara pelan-pelan, aku tidak akan memarahimu lagi, oke?" Arka meraih tubuh sang Istri yang tengah terduduk di samping tubuhnya, mendekapnya erat di dalam pelukannya."Aku tidak akan pergi, jangan marah lagi," ucap Kinara lirih, sebelum akhirnya membalas pelukan sang Suami.Tatapan sinis dari sang Suami, nyatanya menjadi sebuah hal yang begitu menakutkan untuk Kinara.***Pagi harinya, Arka yang telah bersiap dengan setelan jas hitam miliknya, duduk di atas kursi di ruang makan.Kinara dengan begitu telaten, menghidangkan beberapa masakannya di atas meja makan.Para Koki yang tengah mengintip dari celah pintu dapur, mulai merasa ta
"Astaga, sejak kapan kamu jadi pintar untuk menggombal seperti ini?" Kepala Kinara yang mendadak terasa nyeri, akhirnya bertumpu pada kedua tangannya."Kamu bilang mau Honeymoon kan? Jadi selesaikan pekerjaanmu dulu," lanjutnya.Mendengar hal itu, membuat Arka kembali bersemangat."Benar juga, aku akan memesan tiket pesawat sekarang, aku akan usahakan agar kita bisa berangkat besok pagi," ucapnya sebelum kembali keluar dari dalam kamar.Kinara menatap tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengarkan dari mulut Suaminya. Kenapa setiap kali membuat keputusan harus selalu mendadak seperti ini? Kinara bahkan tidak diberikan waktu untuk melakukan persiapan."Sayang, aku mau berangkat," teriak Arka dari balik pintu kamar.Kinara dengan cepat membawakan sebuah dasi berwarna biru untuk sang Suami yang berada di luar kamar dan memakaikannya dengan begitu telaten."Kamu benar-benar tidak bisa ikut ke kantor bersamaku? Bagaimana jika aku merindukanmu?" rengek Arka ketika Kinara memakaikan da
Waktu berlalu begitu cepat, hingga sebuah jam yang melingkar di pergelangan tangan Arka, menunjukkan pukul sembilan malam.Arka bersender di atas kursi kerja di ruangan pribadinya dengan menghela nafas berat.Setelah melakukan pengecekan pada puluhan bahkan ratusan dokumen penting hari ini, dirinya juga baru menyelesaikan rapat yang mengharuskannya untuk tinggal berlama-lama di kantor.Padahal sebenarnya, Arka begitu ingin cepat pulang untuk menemui sang Istri dan Anak sambungnya yang kini berada di rumah.Arka beberapa kali melirik ponsel yang ia letakkan di atas meja kerja. Namun notifikasi telepon atau sebuah pesan singkat yang ia nanti-nanti tak kunjung muncul di layar itu."Tck! Sebenarnya bagaimana perasaan Kinara terhadapku? Bagaimana mungkin dirinya tidak merindukan Suaminya saat tidak bersamanya setelah seharian penuh," gerutu Arka dengan mata yang tak berhenti memandangi layar ponselnya.Sebenarnya dirinya ingin segera pulang, namun ada sesuatu yang menahannya untuk tetap be
"Syukurlah, apakah kamu makan dengan baik di kantor?" tanya Kinara."Tidak juga, aku tidak suka makan sembarang makanan di tempat terbuka seperti itu, aku hanya akan makan jika merasa perutku sedang lapar saja, jika tidak, aku tidak akan memakannya," jelas Arka dengan mulutnya yang dipenuhi oleh makanan."Apa aku perlu membawakanmu bekal mula besok?" Kinara berinisiatif menawarkan diri, membuatkan bekal untuk sang Suami yang hanya menyukai masakannya."Benarkah? Kamu mau melakukannya?" Wajah Arka terlihat begitu berbinar. Sementara Kinara hanya mengangguk cepat sembari mulai memakan makanannya.Setelah menghabiskan makanan mereka, Arka dengan cepat menarik sang Istri yang hendak membersihkan meja makan."Tidak perlu dibersihkan, serahkan saja tugas itu kepada para Pelayan, jangan biarkan mereka memakan gaji buta karena tidak bekerja dengan baik," ketus Arka sebelum akhirnya menarik paksa sang Istri hingga kembali memasuki kamar mereka.Arka mulai menghimpit tubuh sang Istri di tembok