Share

40. Pulang

Arya tak pedulikan lagi akan jadi apa para prajurit itu. Ia hanya melepaskan anak panah yang membara ke udara. Anak panah itu menukik seperti bola api berekor siap menghantam bumi dan apa pun yang ada di atasnya. Itu lah terakhir kali ia menghadap ke arah istana Astagina. Selebihnya ia hanya memacu Aswabrama menuju desa Girijajar, menemui ibundanya.

Memang benar Arya hanyalah seorang remaja. Patih Waradhana dan Prabu Ranajaya lahir lebih dahulu, jauh darinya. Tapi sebuah muslihat murahan seperti yang dikatakan Patih Astagina itu tentu tak bisa ia percayai begitu saja. Sudah banyak kebijakan dzalim dari penguasa Astagina itu, tak mungkin itu hanya sekadar menjalankan roda pemerintahan saja.

Derap langkah Aswabrama terdengar begitu mantap dan teratur. Kuda ini seolah tak mau kalah antusias dari penunggangnya. Jalan terjal menanjak dilahapnya dengan mudah. Dengan kondisi seprima ini tak butuh waktu lama untuk segera tiba. Mungkin beberapa masa setelah matahari tenggelam.

“Ah, mengapa a
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status