Yuasa membawa Yui dan Light ke hutan Onyx. Mereka berdua tidak tahu siapa yang akan mereka temui. Namun yang Yui ketahui, dia bisa melatih pengguna kristal tanpa warna. Selama ini Yui belum pernah mendengar ada pengguna kristal tanpa warna. Biasanya mereka hanya akan dianggap tidak berguna karena tidak ada bedanya dengan manusia biasa.
Memerlukan waktu kurang lebih enam jam perjalanan mereka telah sampai di hutan Onyx. Hutan itu terlihat seram, tapi kedua anak ini justru merasa tertantang masuk ke hutan Onyx. Mereka masuk ke dalam dan berjalan kurang lebih 45 menit dan tiba di sebuah rumah di tengah hutan.
“Siapa yang mau tinggal di sini?” kata Yui.
Yuasa hanya tersenyum saja, “nanti juga tahu.”
Yuasa mengetuk pintu, dan seseorang membukakan pintunya. Mereka dipersilakan masuk ke dalam lalu duduk di ruang tamu.
Pria ini berperawakan tinggi dan kekar, sedikit terlihat seram saat menatap orang lain. Jika diperhatikan sebenarnya wajahnya cukup tampan dengan hidung mancung dan mata hitamnya yang tajam. Usianya mungkin sekitar 25 tahunan.
“Paman ini Yui dan Light,” kata Yuasa memperkenalkan kedua adiknya.
Pria ini menatap kedua anak kembar yang ada di hadapannya. Lalu dia berbisik kepada Yuasa. Setelahnya dia memperkenalkan diri.
“Namaku Rafael Blackdragon, kalian bisa memanggil Paman Rafael. Aku saudara angkat ayah kalian,”ucap Rafael. Mereka berdua bersalaman dengan Rafael.
“Paman, kenapa tinggal di sini?” tanya Yui.
“Karena ini rumahku,” jawab Rafael.
Yui tidak suka cara Rafael menjawabnya yang terkesan tidak ingin ditanya lagi. Dia berpikir apa bisa orang ini mengajarinya cara menggunakan kristal tanpa warna? Melihat rambutnya yang hitam Yui mengira dia juga memiliki kristal tanpa warna sama seperti dirinya.
Malam itu mereka menikmati makan malam sederhana. Bagi Yui dan Light yang terbiasa dengan masakan koki istana, kurang suka dengan makanan yang sangat sederhana dengan bumbu yang sangat minim.
“Maaf jika tidak sesuai dengan selera kalian,” kata Rafael.
Selesai makan malam, mereka beristirahat di kamar yang telah disediakan.
Pagi itu Yui dan Light dibawa ke halaman. Mereka melakukan pemanasan dengan gerakan yang biasa mereka lakukan jika akan berolahraga. Lalu Rafael membawa mereka ke dekat kolam, ada hamparan rumput di sana cukup luas untuk berlatih. Rumah Rafael masih terlihat jelas karena tidak ada pepohonan yang menghalangi.
Rafael mendekati Yui dan berkata, “Namamu Yui?” dan Yui mengangguk menjawab pertanyaan itu, “dengar, kristal tanpa warna bukanlah kristal yang buruk walaupun belum pernah ada yang memiliki kristal tanpa warna yang mampu membangkitkan kekuatannya namun aku yakin kau pasti bisa.”
"Belum ada yang pernah membangkitkan kristal tanpa warna! Jadi aku akan jadi kelinci percobaan?" batin Yui dalam hati.
Rafael ingin mengetahui kemampuan dasar si kembar sebelum memutuskan untuk melatih mereka. Dia menyuruh kedua bocah ini menyerangnya dengan segala yang mereka miliki. Mendengar kata itu keduanya bersiap di posisi Masing-masing, Light menyiapkan pedangnya sementara Yui mundur lebih jauh di belakang Light dan menyiapkan busurnya.
Kombinasi pedang dan busur yang kompak, serangan mereka berdua efektif dan efisien namun belum bisa mengenai Rafael sedikitpun. Light mengumpulkan energi petir di tangannya. Sebuah bola energi dengan kilatan petir mulai berkumpul. Yui menyerang Rafael dengan busurnya memberi waktu Light selama mengumpulkan energi.
“Yui, minggir!” kata Light yang bersiap dengan bola energi petir di tangannya.
Sayangnya serangan itu tidak menimbulkan kerusakan apapun.
Mereka berdua hanya bisa menelan ludah melihat monster di hadapan mereka. “Kuat sekali,” batin mereka berdua.
Yui kembali menarik busurnya kali ini tiga anak panah dilesatkan berturut-turut, berharap ada satu yang dapat mengenainya, namun tak satupun berhasil. Dia bergerak terlalu cepat, semua anak panah meleset. Tak satupun yang dilakukan si kembar yang mampu menyentuhnya. Menyentuh saja tidak apalagi membuatnya tergores.
Kemampuan Yui dan Light setara dengan prajurit tingkat 1, setidaknya seperti itulah meskipun baru berusia 10 tahun ditambah kemampuan pengendalian petir Light yang sangat bagus. Rafael mengangkat tangannya untuk menghentikan serangan.
“Cukup bagus, kalian berbakat. Dan Yui senjata di tanganmu hanya bisa dipakai oleh pengguna kristal jadi kau memang seorang pengguna kristal,” ucap Rafael seperti berusaha meyakinkan Yui adalah pemilik kristal..
Busur Yui berubah menjadi liontin begitu pula dengan pedang Light. Kedua senjata tersebut disebut senjata perhiasan. Perhiasan yang sejatinya adalah sebuah senjata. Untuk memanggil perhiasan ini menjadi senjata diperlukan kekuatan kristal, karena itulah jika tidak punya kekuatan kristal maka senjata perhiasan hanyalah perhiasan semata.
“Baiklah, istirahatlah sebentar,” kata Rafael.
Yui dan Light menuruti perkataan Rafael, mereka duduk di atas rerumputan.
“Hei Light bagaimana menurutmu?” tanya Yui
“Dia kuat sekali, belum pernah aku melihat orang yang sekuat dia,” jawab Light.
“Kenapa Ayah tidak pernah memperkenalkan kita kepada Paman Rafael ya?” Yui penasaran namun tidak menemukan jawabannya. Melihat kakaknya yang sangat akrab dengan orang itu, cukup menjelaskan dia memang ada hubungan dengan keluarganya.
Rafael kembali dan mereka berdua segera berdiri.
“Tidak perlu tegang seperti itu, duduklah,” kata Rafael. Mereka berdua duduk kembali.
“Yui ulurkan tanganmu,” perintah Rafael. Rafael memasangkan sebuah gelang di tangan Yui.
“Light ulurkan tanganmu,” perintah Rafael. Rafael juga memasangkan sebuah gelang di tangan Light.
“Yui, itu adalah gelang kontrak saat kau mendapatkan kontrak dengan guardian compass maka kontrak tersebut akan merubah warna kristal di gelangmu.” ucap Rafael. “Light, itu adalah gelang penyimpanan, simpan energi petir di sini, setiap hari simpan energimu. Ini semacam tabungan energi, suatu hari kau akan memerlukannya.”
Rafael kemudian mengajari Light bagaimana menyimpan energi di dalam gelangnya. Hal luar biasa yang baru diketahui Light. Lalu dia juga mengajari bagaimana mengambil energi jika suatu hari nanti dia memerlukannya.
Sementara Yui diminta bicara pada kompas. Yui duduk di bawah pohon dan berbicara sendiri, bayangkan saja diminta berbicara pada kompas pantas saja tidak ada yang berhasil membangkitkan kristal tanpa warna. Mereka pasti sudah dikatakan gila bicara sendiri dengan kompas. Yui membolak-balikan kompas dan berbicara, “Hai tuan kompas, namaku Yui,” katanya.
Tidak ada jawaban.
“Halo ..., ” ucapnya lagi.
Tidak ada jawaban.
“Tuan kompas yang baik, hai,” ucapnya.
Tidak ada jawaban.
Yui menghela napas panjang dan memandangi kompas di depannya.
“Hei, kamu itu apa benar menyimpan kekuatan?” tanya Yui pada benda antik berbentuk kompas yang memiliki banyak ukiran simbol. “kalau kamu diam saja sebentar lagi aku bisa disebut orang gila, bicara dengan kompas.”
Angin berhembus sepoi-sepoi membuat Yui terlena dan tak sengaja tertidur.
Yui berada di tempat asing, dia melihat sekeliling dan orang yang pernah muncul di dalam cermin ada di sana. Wajah yang sama persis seperti dirinya.
“Siapa kamu?” tanya orang yang berwajah sama dengannya.
Orang yang sangat mirip dengan Yui bertanya, “Siapa kamu?” “Namaku Yui,” jawabnya singkat. “Namaku Yuan,” kata orang yang mirip dengan Yui. Yui ingin memastikan sosok di depannya nyata jadi dia mengulurkan tangannya, ternyata dia juga sama mengulurkan tangannya. Tangan mereka saling bertemu, bersentuhan. Mereka saling merasakan kehadiran satu sama lain. Sesuatu yang utuh terasa ketika mereka bersama, seakan bertemu dengan belahan jiwa. Saat tangan mereka saling menggenggam, ada gaya tarik yang menarik keduanya menjauh. Energi yang begitu kuat sehingga mereka terpisah kembali. “Yuan,” teriak Yui. Berusaha meraih kembali tangan Yuan. “Yui,” teriak Yuan.
Mereka berusaha merapikan kembali semua kekacauan yang terjadi. Sebaik apapun yang mereka lakukan tidak bisa mengembalikan keadaan seperti semula. Beberapa goresan bekas cakar naga, perabot yang hancur juga tidak bisa dikembalikan lagi. Serapi apapun yang mereka lakukan ruangan tersebut masih terlihat berantakan karena banyaknya perabot yang rusak. Karena lelah mereka pergi tidur dan akan minta maaf besok pagi. Yui masuk ke kamar Rosaline dan Light bersama Yuasa. Keduanya langsung tertidur karena kelelahan. Malam sudah sangat larut saat Rafael pulang. Dia terkejut melihat rumahnya seperti kapal pecah. Semua sudah tidur tinggal Rosaline yang memang sengaja menunggu kedatangannya. Rosaline menceritakan semua yang terjadi. Dan Rafael hanya menghela napas panjang. “Sudahlah, Rosaline kau juga harus tidur. Istirahatlah
Yui dan Light hanya bisa diam melihat kakaknya pergi. Terutama Light yang merasa Rafael sangat keras dalam melatih dirinya. Sementara Yui, dia cukup kesal dengan cara latihan yang diberikan Rafael selama ini. Intinya mereka berdua tidak menyukai Rafael. “Baiklah kita berlatih lagi. Siapkan diri kalian aku tunggu di tempat biasa.” Rafael berjalan menuju padang rumput tempat latihan mereka. Yui dan Light mengambil peralatan yang diperlukan dan segera ke tempat latihan. Mereka tidak bersemangat. Saat tiba di tempat latihan Rafael seperti sedang meditasi. Mereka diam saja di tempat dan menunggu. “Apa yang kalian tunggu, lakukan latihan kalian,” kata Rafael. Light mulai membentuk bola petir di tangannya, dipadatkan dan semakin membesar. Yui meliha
Sementara di Kerajaan Silverstone, Yuan dengan bosan duduk bersandar di tempat tidurnya. Harus istirahat tiga bulan karena kaki patah. Diam-diam dia berbisik kepada roh air miliknya. “Marina.” Suara di dalam benaknya terdengar, “Ya Tuanku, ada yang bisa saya bantu?” “Kau bisa menyembuhkan?” tanya Yuan dalam benaknya. “Tentu, apa kau mau kesembuhan kakimu?” kata Marina dalam benak Yuan. “Dengan senang hati,” jawab Yuan. Cahaya biru keluar dari gelang Yuan. Lalu sosok Marina terlihat. Roh air tersebut segera menyembuhkan Yuan. Setelah sembuh Marina roh air Yuan terlihat memendam kata. “Apa ada yang ingin Kami katak
Sepanjang perjalanan menuju hutan, Diaz memperhatikan Yuan. Dia ingat betul gadis itu dengan pemuda ini sama. “Postur tubuh dan wajah yang sama, apa mungkin kembar?” gumam Diaz. Yuan yang merasa dicurigai, berpikir bagaimana menutupi kebohongannya. Untung saja kemarin dia tidak menggunakan nama aslinya. Danau di tengah hutan terlihat, warna biru kehijauan air danau terlihat indah. Mereka berhenti di tepi danau. “Biar kuperiksa,” Yuan menawarkan diri. Dia melepas bajunya dan hanya mengenakan celana pendek dan kaos dalam. Kulit putih Yuan terekspos, tidak ada luka sedikitpun. Yuan sengaja memperlihatkan kaki dan tangannya untuk menghilangkan kecurigaan Diaz. Yuan mengikat rambut panjangnya dan segera masuk ke dalam danau. “Marina,” ucap Yuan dalam benaknya.
“Apa maksudmu?” tanya Archilles kepada pemuda yang baru saja berubah wujud dari monster menjadi manusia kembali. “Maaf, perkenalkan namaku Razen, aku dari dunia bawah, kristal hitam elemen tanaman. Pasti Anda sudah mendengar tentang kehancuran dunia bawah. Sebagai pemilik kristal pengendali dunia bawah dari elemen tanaman, kehidupanku sangat sulit. Tanaman sudah tidak mau lagi tumbuh. Karena frustasi aku terkena kontaminasi, dan prosesnya sangat cepat. Hingga akhirnya dalam waktu tiga bulan, aku sepenuhnya berubah menjadi monster,” kata Razen menceritakan dirinya. “Lalu mengapa kau menyebutnya raja?” “Hanya satu orang yang bisa menghilangkan efek negatif kontaminasi, dia adalah raja kami.” jawab Razen. “Tuan Mudaku buk
“Siapa kalian?” tanya Yuan kepada orang-orang yang berada di depan kamarnya. “Kami pengawal Anda,” jawab salah satu dari mereka. “Pengawal? Siapa yang memerintahkan kalian?” tanya Yuan sekali lagi. Yuan yakin ayahnya lah yang menyuruh orang-orang ini, agar dia tidak pergi kemanapun. “Panglima Archilles,” jawab salah satu dari mereka. “Paman Archi? Jangan bercanda,” sahut Yuan. Dia masuk ke dalam kamar, mengambil jaket dan segera pergi. Ke enam pengawal tersebut segera mengikutinya. Kemanapun Yuan melangkah, mereka ikut. Hal itu membuat Yuan jengkel. “Apa-apaan ini? Apa sekarang aku tawanan?” kata Yuan dalam hati, dia benar-benar kesal.&nbs
Orang di depan Yuan mengulurkan tangannya ke arah Yuan. Yuan memperhatikan baik-baik orang didepannya. Dilihat dari segi manapun dia mirip dengan Archilles, hanya satu perbedaannya, warna rambut saja yang berwarna merah. “Namaku Ren, kau siapa?” tanya pria yang memperkenalkan diri bernama Ren “Yu-Yuan,” jawab Yuan tanpa berbohong. “Apa kau kenal Archilles?” tanya Yuan melihat kemiripan mereka yang sangat jelas. “Dia Ayahku,” jawab Ren dengan senyum manisnya. Berbeda dengan Archilles yang membiarkan rambutnya panjang, Ren berambut pendek. Yuan melihat sekitar, rasanya tempat ini bukan Redstone.
Satu minggu setelah kejadian peperangan itu, dengan itikad baik Rafael meminta diizinkan masuk ke ruang kristal. Leiz tidak mempersulit dan membiarkan saja mereka masuk. Yuan dan Yui membawa kedua orang kakek dan neneknya untuk dimakamkan. Mereka memenuhi keinginan terakhir kedua orang itu. “Ayah dan ibu tidak berubah sama sekali, apa kejadian itu terjadi saat aku masih kecil,” lirih Raja Yuichi yang mengenang masa lalu setelah melihat kedua jasad orang tuanya. “Tidak ada yang tahu, tanyakan pada ayah atau ibu tapi kurasa mereka juga tidak tahu,” jawab Rafael. “Bagaimana dengan Yuan? Kapan dia akan dinobatkan?” tanya Raja Yuichi. “Entahlah, kami belum membicarakannya, Kerajaan Kegelapan sedang berbenah sementara Yui dan Yuan juga sedang berusaha mengembalikan dunia i
Lenora Isolde menaikkan tongkatnya dan rantai entah dari mana mulai mengikat tubuh Nacht.“Apa-apaan ini!” teriak Nacht yang mendapatkan serangan bertubi-tubi tanpa bisa membalas.Di belakang Nacht muncul sebuah pintu besar seperti pintu dimensi pada umumnya, perlahan pintu itu terbuka dan saat pintu itu terbuka lebar, semua aura hitam yang membumbung ke langit diserapnya.“Rosaline, buat barrier,” perintah Rafael yang langsung dilaksanakan dengan cepat.“Razen, ikat kaki kita semua dengan tanah, gerbang itu akan menyerap semua yang ada di sekitarnya,” ucap Rafael.Razen segera mengikat kaki semua orang dengan tanaman, Yui juga melakukan hal yang sama dengan kekuatan Seiryu, rum
Elemen petir dari ketujuh orang itu membentuk seekor naga petir yang besar. Lebih besar dari naga hitam Nacht.“Sialan, kenapa tidak kuperhitungkan itu yang mereka panggil, tujuh elemen petir,” batin Nacht. Dia teringat terakhir kali hidupnya berakhir karena jurus yang sama. Naga petir yang dibuat oleh tujuh orang berelemen petir yang dikirim Raja Cahaya waktu itu, saat pertarungan terakhirnya.Naga petir itu menghancurkan naga hitam Nacht dengan cepat naga itu menghilang. Lalu Naga itu juga mengelilingi Nacht hingga di sekitarnya teraliri petir yang kuat. Nacht merasakan getaran dalam tubuhnya dan apa yang telah dia serap mulai keluar satu persatu.“Yuan sekarang!” teriak Raja Yuichi.“Baik,” jawab Yuan.
Cahaya itu mulai menghilang, bayangan seseorang yang berada di tengah ledakan terlihat. Dia masih hidup meskipun penuh dengan luka.“Yui, dia masih hidup. Aku sudah tidak punya tenaga lagi.” Yuan terduduk di tempatnya sekarang. Energinya telah habis tak tersisa, begitu pula dengan kembarannya.“Kita hanya bisa pasrah sekarang,” balas Yui yang tak tahu lagi harus berbuat apa. Dari tempatnya dia melihat tubuh Rafael di kejauhan, dia merasa sebentar lagi akan menyusulnya menemaninya di alam lain.Bukan hanya si kembar yang pasrah, yang lain juga hanya bisa menelan ludah, bagaimana mereka menghadapi satu orang saja masih belum bisa.“Bagaimana? siapa yang akan menolong kalian?”Nach
Yuan yang merasakan tubuhnya seharusnya terjatuh ke tanah tapi ada seseorang yang menahannya. Dia pun segera menoleh ke arah orang yang menahan tubuhnya itu.“Kak Razen!” seru Yuan melihat orang yang dikenalnya itu.Bukan hanya dia tapi ada Xavier dan Ernest yang datang ke tempatnya.“Jadi kita apakan orang ini?” tanya Xavier yang sudah ingin menguliti makhluk yang dia bangkitkan dengan darah Yuasa.“Tidak ada,” jawab Yuan, dia duduk dan dibantu Ernest untuk memulihkan diri. Pria itu memberikan ramuan kepada Yuan, dan dengan menurut dia meminumnya hingga habis.“Apa yang kau lakukan padaku! Lihat saja kalau aku terlepas kau akan menyesal,” ancam Nacht yang masih berusaha melepas
Rafael tersenyum masam, takdir benar-benar mempermainkannya. Dia bahkan belum jatuh cinta dan hidupnya sudah harus berakhir. Dia juga belum sempat melihat dunianya kembali. Tapi tidak masalah, setidaknya gadis di depannya tidak mengalami rasa sakit yang kini dialami saat ini.“Bukankah seharusnya aku hidup denganmu, Yui,” lirih Rafael yang membuat Yui berhenti terisak.“Paman,”“Aku belum mau mati, jadi tenanglah, aku tidak mudah mati, benarkan,” lirih Rafael yang terus memandang gadis yang selalu menyusahkannya sekaligus mengisi hari-harinya selama ini.“Kenapa baru kusadari, berat rasanya melepaskan gadis ini,” batin Rafael.“Yui, boleh paman memelukmu?&rdquo
Lenora Isolde, Ratu dari Kerajaan Awan. Sang Penguasa dunia lain, dia tidak pernah ikut campur urusan dunia di bawahnya, baik dunia manusia, dunia kristal apalagi dunia bawah. Dia sang penguasa mimpi dan persimpangan, peramal masa depan.“Apa yang membuat seorang Lenora Isolde turun dari singgasananya?” tanya Rafael yang hampir tidak percaya dengan matanya. Melihat sang Ratu Awan di depan mata.“Persimpangan, kali ini ada banyak persimpangan, bahkan kau juga memiliki persimpangan, Rafael. Hidup atau mati, ah selalu tidak menentu,” jawab Lenora yang kata-katanya bagaikan misteri di telinga Rafael.“Apa Sawatari yang memanggilmu?” tanya Rafael kembali.“Salah satunya, permintaanya akan jiwa Yuasa, kau pasti tahu itu,” j
Siapa yang siap berperang? Jika ditanya, apakah siap untuk berperang? Semua akan menjawab tidak siap. Bahkan mereka yang saat ini berjalan menyerang juga tidak yakin dengan tindakannya. Mereka hanya mengikuti perintah, takut dan tidak bisa berbuat atas keinginan sendiri.Yuan menatap ribuan pasukan yang menghadang dan melihat kesiapan penduduk yang sudah memegang senjata dengan tatapan takut. Namun, keberanian menjadi muncul saat semua yang mereka kenal maju bersama, saling menguatkan.“Aku belum siap,” lirih Yuan, menelan ludahnya. Ada ketakutan dalam hatinya, dialah yang harus menghadapi sang pembawa petaka tapi saat ini dia belum cukup kuat.“Aku ada bersamamu,” ucap Yui menguatkan Yuan. Dia menggenggam tangan saudara kembarnya, menatap lautan pasukan yang berwarna hitam.
Pegunungan Jade, tinggi menjulang dengan lebatnya tanaman dan monster yang ada. Mereka berdua telah sampai di puncaknya. Sepi, tidak seperti yang dipikirkan Rosaline tentang desa naga.“Kau berpikir ada banyak naga di sini?” tebak Pangeran Yuasa.“Ya, ini desa naga seharusnya banyak naga disini,” jawab Rosaline.“Ada, kemarilah.” Pangeran Yuasa mengajak Rosaline masuk ke ruang bawah tanah. Tempat itu tidak terlihat dari permukaan, mereka berada di sebuah ruangan besar yang berada di dalam tanah. Mereka menelusuri lorong gelap dan lembab yang minim cahaya, kemudian tiba di sebuah ruang besar.“Akhirnya kau kembali juga,” suara serak naga yang berbicara dalam bahasa mereka.