Ratu Esmeralda menepuk bahu Fiona. Dia kasihan melihat putri semata wayangnya bersedih. Dia memang salah, namun kesalahan karena tidak tahu bukanlah hal besar. Yang menjadi masalah adalah nyawa seseorang hampir melayang karena kesalahan itu.
"Fiona, kita bicara lagi setelah ini, aku perlu memastikan Rafael tidak terancam nyawanya," ucap Ratu Esmeralda. Ia meninggalkan putrinya yang masih bersimpuh di lantai. Para pengawal mengangkat tubuh Rafael dan membawanya ke tempat pengobatan.
Warna putih identik dengan warna rumah sakit. Interior dan cat tembok yang senada, semuanya putih termasuk pakaian para tenaga medis. Rafael langsung ditangani dengan cepat. Mereka berusaha menyelamatkan nyawanya.
"Ratu, kami masih bisa mempertahankan nyawanya tapi …," ada keraguan dari tenaga medis yang menangani Rafael.<
Terima kasih sudah membaca novel ini, dukung penulis dengan meniggalkan jejak komentar dan gem. Salam literasi.
Setelah memastikan kondisi Rafael stabil, mereka meninggalkan ruangan itu, hanya tinggal Yui dan Fiona di dalam ruangan tersebut. “Dari mana Putri Fiona tahu tentang daun pohon kehidupan bisa menawarkan racun kelopak mawar peri?” selidik Yui memandang tajam ke arah putri berambut ungu itu. “Kau juga berbohong, kenapa mengaku sebagai kekasih Rafael?” timpal Fiona, dia kesal karena ulah Yui dirinya harus menggunakan cara bodoh untuk mendapatkan Rafael. “Paman yang memintaku, aku hanya mengikutinya saja,” jawab Yui tanpa merasa bersalah dan membuang muka dari Fiona, “setidaknya aku bukan pengecut yang menggunakan ramuan cinta,” lanjut Yui yang membakar amarah Fiona. Dia merasa direndahkan dengan ucapan Yui. “Kau bilang apa?” Fiona setengah menaikkan suaranya geram
Mereka sudah bersiap untuk berangkat. Fiona yang juga akan ikut pergi ke Ergions menyiapkan kudanya. Kereta kuda sudah diisi dengan perbekalan untuk perjalanan mereka. Yui dan Light juga sudah selesai dengan semua persiapan. Sebelum pergi Yui menyempatkan diri mengunjungi Rafael. Dia masih tertidur dalam teratai es. Kondisinya selalu dipantau oleh tenaga medis. "Paman, aku pergi dulu," pamit Yui kepada Rafael yang masih tertidur di dalam sana. Yui meninggalkan ruangan dan bergabung dengan yang lain. Dia juga memilih menaiki kuda seperti Fiona. Dia tidak mau berada di dalam kereta kuda. Hanya Leila yang tetap.di kereta kuda. Perjalanan menuju ke pelabuhan memerlukan waktu dua hingga tiga hari. Jalanan yang menurun membuat perjalanan lebih mudah. Jalanan yang mulus dan tanpa hambatan berarti. Perjalanan benar-benar membosankan, Yui dan Fiona sedang perang dingin. Mereka tidak mau berbicara satu sama lain. "Kita berkemah disini, besok kita lanjutka
Pagi hari, mereka sudah sibuk bersiap melanjutkan perjalanan. Yui memesan makanan untuk dibawa dalam perjalanan nanti, Light dan Adrian merapikan barang-barang di kereta kuda, mengecek dan memastikan tidak ada kerusakan. Leila pergi ke apotek yang ada membeli beberapa obat-obatan yang diperlukan. Semua memiliki kesibukan masing-masing kecuali Fiona yang hanya bisa melihat kesibukan orang lain. “Ada yang bisa kubantu?” tanya Fiona namun tidak ada jawaban. Mereka mengabaikan Fiona. Gadis itu murung, dia sudah bertekad tidak akan mengeluh lagi, namun tekad saja sepertinya tidak cukup. “Kalau mau membantu, bawa makanan yang sudah siap ke kereta kuda,” sahut Yui yang sudah menenteng dua bungkusan di kedua tangannya. “Baik,” jawab Fiona. Fiona membantu Yui mengangkat semua bekal makanan untuk perjalanan mereka. Persiapan sudah selesai. Adrian terlihat berbincang dengan pemilik penginapan sebelum membayar semua uang sewa kamar dan makan m
Yui mulai merasakan tubuhnya semakin masuk ke dalam laut. Bukan hanya karena gaya gravitasi tapi makhluk bersirip setengah manusia membawanya makin dalam ke dasar laut. Entah bagaimana dia bisa bernapas di dalam air, sepertinya makhluk itu tidak ingin mangsanya mati. Yui melihat ke arah makhluk lain yang juga berenang di dekatnya, dan ada satu lagi yang membawa Light. "Light!" Yui berusaha berteriak akan tetapi suaranya tidak bisa keluar. "Byakko, makhluk apa mereka ini?" tanya Yui dalam benaknya. "Siren, mereka makhluk pemangsa, Yui," jawab Byakko. Mendengar kata Siren, Yui teringat banyak mitos tentang makhluk laut yang satu ini. Ada yang menyebutnya mermaid ada juga siren. Keduanya manusia setengah ikan. Kisah romantis hingga misteri pembunuhan di laut mulai
Kediaman genbu sangat indah, gaya istana kuno bangunan china sangat terlihat. Para pelayan terlihat mengenakan hanfu, baju sutra yang indah dengan lengan panjang. Mereka terlihat cantik. Sejauh yang Yui lihat tidak ada pelayan pria. "Apa tidak ada pria disini selain Genji?" bisik Yui kepada Kyara. "Ada, mereka para pengawal dan prajurit selain itu semua yang ada di istana adalah wanita cantik," jawab Kyara. Yui berusaha mencerna informasi yang diberikan Kyara tapi gadis itu tidak mengerti. Dia masih melenggang mengikuti Genji, masuk ke istananya. "Kurasa kalian perlu berganti baju terlebih dahulu biarkan para pelayanku membantu kalian," ucap Genji dan dengan kode lambaian tangan pelayan wanita menyambut Yui dan Light mengantar mereka untuk membersihkan diri dan
Suara berisik sayup-sayup terdengar dari ruang bawah. Seperti ada yang sedang bertengkar. Suaranya sangat familiar di telinga Yuan. Tidurnya terganggu karena suara-suara itu."Ada apa sebenarnya, berisik sekali," gumam Yuan yang turun tempat tidurnya.Dia membuka pintu kamar, lalu menuruni tangga. Suara itu berasal dari ruang tamu."Ayah! … tidak bisa … itu ... ," Suara yang tidak jelas terdengar. Yuan mengenali itu suara Kakaknya."Apa jaminannya?" Suara keras dari Ayahnya terdengar jelas. Yuan melihat raut wajah marah dari Ayahnya, dia hanya diam saja di tempat."Yuan," ucap Rainsword saat melihat Adiknya berada di belakang Ayahnya.Raja Edward menoleh dan melihat Yuan. Dia segera mendekatinya."Apa kami mengganggu tidurmu?" Raja Edward berkata dengan lembut, tidak ada kemarahan bahkan dia tersenyum."Apa Ayahanda sedang memarahi Kakak?""Tidak, kami hanya berbeda pendapat itu saja, ini sudah malam tidurlah lagi," ucap Raja Edward mengantar Yuan kemb
Yuan merahasiakan pertemuannya dengan Rosaline dari Archilles. Dia tetap diam sambil memakan makanan yang tadi dia beli. “Tunggu di sini,” pinta Archilles meminta Yuan menunggu di ruang tunggu yang ada. Ada dua orang pengawal yang menjaga Yuan. Ia tidak peduli dengan pengawalnya, dengan santai duduk dan menikmati makanannya. Tak lama Archiles keluar kembali. “Ayo kita pulang,” ajak Archilles. Yuan mengangguk dan segera bangkit dari kursinya. Kedua pengawal mengikutinya. Banyak pria-pria bertubuh kekar yang masuk ke gedung yang baru saja dimasuki archilles. “Paman, itu tempat apa?” tanya Yuan penasaran dengan banyaknya orang-orang yang masuk ke gedung itu.“Itu tempat turnamen, akan lebih banyak orang-orang yang berpotensi mendaftar jika diadakan turnamen dengan hadiah besar dan jaminan menjadi pengawal elite istana pasti menarik minat banyak orang,” ucap Archilles menjelaskan.“Oh,” jawab singkat Yuan. Dia segera menaiki kereta kuda dan kembali ke istan
Semua peserta sudah siap. Yuan beranjak dari tempat duduknya dan menuju ke 19 peserta yang akan diuji. Mereka mulai berbisik saat melihat pengujinya adalah seorang anak kecil.“Yang benar saja, apa Anda mempermainkan kami. Anak ini bisa babak belur dihajar,” ucap salah satu dari mereka.“Coba saja kalau bisa,” jawab Yuan santai.Orang yang baru saja bicara menyerang Yuan, dia merasa diremehkan oleh seorang anak kecil. “Rasakan ini, bocah!” Dia melayangkan tombaknya yang dengan mudah dihindari oleh Yuan. “Wah, meleset ya,” ejek Yuan mempermainkan pria itu. Dia terprovokasi dan menyerang membabi buta. Lalu kakinya tidak bisa bergerak. Pria itu melihat kakinya menyatu dengan lantai. Ada es yang membeku membuat kakinya tidak bisa bergerak.“Apa ini, dia penyihir,” pikir orang itu. Dia mulai panik dan tidak memperhatikan Yuan telah berada di depannya. memberikan tendangan keras dengan kakinya tepat di perut pria itu. Pria itu terlempar dan berguling beberapa kali
Satu minggu setelah kejadian peperangan itu, dengan itikad baik Rafael meminta diizinkan masuk ke ruang kristal. Leiz tidak mempersulit dan membiarkan saja mereka masuk. Yuan dan Yui membawa kedua orang kakek dan neneknya untuk dimakamkan. Mereka memenuhi keinginan terakhir kedua orang itu. “Ayah dan ibu tidak berubah sama sekali, apa kejadian itu terjadi saat aku masih kecil,” lirih Raja Yuichi yang mengenang masa lalu setelah melihat kedua jasad orang tuanya. “Tidak ada yang tahu, tanyakan pada ayah atau ibu tapi kurasa mereka juga tidak tahu,” jawab Rafael. “Bagaimana dengan Yuan? Kapan dia akan dinobatkan?” tanya Raja Yuichi. “Entahlah, kami belum membicarakannya, Kerajaan Kegelapan sedang berbenah sementara Yui dan Yuan juga sedang berusaha mengembalikan dunia i
Lenora Isolde menaikkan tongkatnya dan rantai entah dari mana mulai mengikat tubuh Nacht.“Apa-apaan ini!” teriak Nacht yang mendapatkan serangan bertubi-tubi tanpa bisa membalas.Di belakang Nacht muncul sebuah pintu besar seperti pintu dimensi pada umumnya, perlahan pintu itu terbuka dan saat pintu itu terbuka lebar, semua aura hitam yang membumbung ke langit diserapnya.“Rosaline, buat barrier,” perintah Rafael yang langsung dilaksanakan dengan cepat.“Razen, ikat kaki kita semua dengan tanah, gerbang itu akan menyerap semua yang ada di sekitarnya,” ucap Rafael.Razen segera mengikat kaki semua orang dengan tanaman, Yui juga melakukan hal yang sama dengan kekuatan Seiryu, rum
Elemen petir dari ketujuh orang itu membentuk seekor naga petir yang besar. Lebih besar dari naga hitam Nacht.“Sialan, kenapa tidak kuperhitungkan itu yang mereka panggil, tujuh elemen petir,” batin Nacht. Dia teringat terakhir kali hidupnya berakhir karena jurus yang sama. Naga petir yang dibuat oleh tujuh orang berelemen petir yang dikirim Raja Cahaya waktu itu, saat pertarungan terakhirnya.Naga petir itu menghancurkan naga hitam Nacht dengan cepat naga itu menghilang. Lalu Naga itu juga mengelilingi Nacht hingga di sekitarnya teraliri petir yang kuat. Nacht merasakan getaran dalam tubuhnya dan apa yang telah dia serap mulai keluar satu persatu.“Yuan sekarang!” teriak Raja Yuichi.“Baik,” jawab Yuan.
Cahaya itu mulai menghilang, bayangan seseorang yang berada di tengah ledakan terlihat. Dia masih hidup meskipun penuh dengan luka.“Yui, dia masih hidup. Aku sudah tidak punya tenaga lagi.” Yuan terduduk di tempatnya sekarang. Energinya telah habis tak tersisa, begitu pula dengan kembarannya.“Kita hanya bisa pasrah sekarang,” balas Yui yang tak tahu lagi harus berbuat apa. Dari tempatnya dia melihat tubuh Rafael di kejauhan, dia merasa sebentar lagi akan menyusulnya menemaninya di alam lain.Bukan hanya si kembar yang pasrah, yang lain juga hanya bisa menelan ludah, bagaimana mereka menghadapi satu orang saja masih belum bisa.“Bagaimana? siapa yang akan menolong kalian?”Nach
Yuan yang merasakan tubuhnya seharusnya terjatuh ke tanah tapi ada seseorang yang menahannya. Dia pun segera menoleh ke arah orang yang menahan tubuhnya itu.“Kak Razen!” seru Yuan melihat orang yang dikenalnya itu.Bukan hanya dia tapi ada Xavier dan Ernest yang datang ke tempatnya.“Jadi kita apakan orang ini?” tanya Xavier yang sudah ingin menguliti makhluk yang dia bangkitkan dengan darah Yuasa.“Tidak ada,” jawab Yuan, dia duduk dan dibantu Ernest untuk memulihkan diri. Pria itu memberikan ramuan kepada Yuan, dan dengan menurut dia meminumnya hingga habis.“Apa yang kau lakukan padaku! Lihat saja kalau aku terlepas kau akan menyesal,” ancam Nacht yang masih berusaha melepas
Rafael tersenyum masam, takdir benar-benar mempermainkannya. Dia bahkan belum jatuh cinta dan hidupnya sudah harus berakhir. Dia juga belum sempat melihat dunianya kembali. Tapi tidak masalah, setidaknya gadis di depannya tidak mengalami rasa sakit yang kini dialami saat ini.“Bukankah seharusnya aku hidup denganmu, Yui,” lirih Rafael yang membuat Yui berhenti terisak.“Paman,”“Aku belum mau mati, jadi tenanglah, aku tidak mudah mati, benarkan,” lirih Rafael yang terus memandang gadis yang selalu menyusahkannya sekaligus mengisi hari-harinya selama ini.“Kenapa baru kusadari, berat rasanya melepaskan gadis ini,” batin Rafael.“Yui, boleh paman memelukmu?&rdquo
Lenora Isolde, Ratu dari Kerajaan Awan. Sang Penguasa dunia lain, dia tidak pernah ikut campur urusan dunia di bawahnya, baik dunia manusia, dunia kristal apalagi dunia bawah. Dia sang penguasa mimpi dan persimpangan, peramal masa depan.“Apa yang membuat seorang Lenora Isolde turun dari singgasananya?” tanya Rafael yang hampir tidak percaya dengan matanya. Melihat sang Ratu Awan di depan mata.“Persimpangan, kali ini ada banyak persimpangan, bahkan kau juga memiliki persimpangan, Rafael. Hidup atau mati, ah selalu tidak menentu,” jawab Lenora yang kata-katanya bagaikan misteri di telinga Rafael.“Apa Sawatari yang memanggilmu?” tanya Rafael kembali.“Salah satunya, permintaanya akan jiwa Yuasa, kau pasti tahu itu,” j
Siapa yang siap berperang? Jika ditanya, apakah siap untuk berperang? Semua akan menjawab tidak siap. Bahkan mereka yang saat ini berjalan menyerang juga tidak yakin dengan tindakannya. Mereka hanya mengikuti perintah, takut dan tidak bisa berbuat atas keinginan sendiri.Yuan menatap ribuan pasukan yang menghadang dan melihat kesiapan penduduk yang sudah memegang senjata dengan tatapan takut. Namun, keberanian menjadi muncul saat semua yang mereka kenal maju bersama, saling menguatkan.“Aku belum siap,” lirih Yuan, menelan ludahnya. Ada ketakutan dalam hatinya, dialah yang harus menghadapi sang pembawa petaka tapi saat ini dia belum cukup kuat.“Aku ada bersamamu,” ucap Yui menguatkan Yuan. Dia menggenggam tangan saudara kembarnya, menatap lautan pasukan yang berwarna hitam.
Pegunungan Jade, tinggi menjulang dengan lebatnya tanaman dan monster yang ada. Mereka berdua telah sampai di puncaknya. Sepi, tidak seperti yang dipikirkan Rosaline tentang desa naga.“Kau berpikir ada banyak naga di sini?” tebak Pangeran Yuasa.“Ya, ini desa naga seharusnya banyak naga disini,” jawab Rosaline.“Ada, kemarilah.” Pangeran Yuasa mengajak Rosaline masuk ke ruang bawah tanah. Tempat itu tidak terlihat dari permukaan, mereka berada di sebuah ruangan besar yang berada di dalam tanah. Mereka menelusuri lorong gelap dan lembab yang minim cahaya, kemudian tiba di sebuah ruang besar.“Akhirnya kau kembali juga,” suara serak naga yang berbicara dalam bahasa mereka.