Yuan merahasiakan pertemuannya dengan Rosaline dari Archilles. Dia tetap diam sambil memakan makanan yang tadi dia beli.
“Tunggu di sini,” pinta Archilles meminta Yuan menunggu di ruang tunggu yang ada.Ada dua orang pengawal yang menjaga Yuan. Ia tidak peduli dengan pengawalnya, dengan santai duduk dan menikmati makanannya. Tak lama Archiles keluar kembali.“Ayo kita pulang,” ajak Archilles.Yuan mengangguk dan segera bangkit dari kursinya. Kedua pengawal mengikutinya. Banyak pria-pria bertubuh kekar yang masuk ke gedung yang baru saja dimasuki archilles.“Paman, itu tempat apa?” tanya Yuan penasaran dengan banyaknya orang-orang yang masuk ke gedung itu.“Itu tempat turnamen, akan lebih banyak orang-orang yang berpotensi mendaftar jika diadakan turnamen dengan hadiah besar dan jaminan menjadi pengawal elite istana pasti menarik minat banyak orang,” ucap Archilles menjelaskan.“Oh,” jawab singkat Yuan.Dia segera menaiki kereta kuda dan kembali ke istanTerimakasih sudah membaca novel ini, silahkan tinggalkan jejak untuk mendukung penulis dengan memberikan komentar dan gems
Semua peserta sudah siap. Yuan beranjak dari tempat duduknya dan menuju ke 19 peserta yang akan diuji. Mereka mulai berbisik saat melihat pengujinya adalah seorang anak kecil.“Yang benar saja, apa Anda mempermainkan kami. Anak ini bisa babak belur dihajar,” ucap salah satu dari mereka.“Coba saja kalau bisa,” jawab Yuan santai.Orang yang baru saja bicara menyerang Yuan, dia merasa diremehkan oleh seorang anak kecil. “Rasakan ini, bocah!” Dia melayangkan tombaknya yang dengan mudah dihindari oleh Yuan. “Wah, meleset ya,” ejek Yuan mempermainkan pria itu. Dia terprovokasi dan menyerang membabi buta. Lalu kakinya tidak bisa bergerak. Pria itu melihat kakinya menyatu dengan lantai. Ada es yang membeku membuat kakinya tidak bisa bergerak.“Apa ini, dia penyihir,” pikir orang itu. Dia mulai panik dan tidak memperhatikan Yuan telah berada di depannya. memberikan tendangan keras dengan kakinya tepat di perut pria itu. Pria itu terlempar dan berguling beberapa kali
Riona mengunjungi Archilles saat sudah memastikan Yuan telah tidur di kamarnya. Kebiasaannya menjadi pengawal membuatnya selalu berhati-hati saat meninggalkan majikannya. “Tuan Archilles, maaf mengganggu Anda malam-malam. Ini surat dari Yang mulia Raja Yuichi.” Riona menyerahkan sepucuk surat kepada Archilles lalu dia membuka surat itu. Riona menunggu Archilles membaca sampai selesai surat dari raja Yuichi. “Jadi kau memang Rosaline, Riona Blackrose nama samaranmu,” ucap Archilles. “Benar,” jawab Riona. “Berapa tingkat barrier mu sekarang?” “Tujuh,” jawab singkat Riona. Archilles memandang Riona, “Masih semuda ini sudah ti
Pagi hari di istana pangeran dikejutkan oleh utusan dari raja yang meminta pangeran untuk segera menghadap. Pagi yang damai mulai ribut karena hal itu. "Pangeran mau langsung menemui Yang mulia?" Riona bertanya sekaligus membantu menyiapkan pakaian Yuan. "Ya, tidak baik membuat Yang mulia menunggu," jawab Yuan sambil mengenakan mantelnya yang dibantu Riona. "Apa Anda ingin mengurai rambut Anda atau diikat?" Yuan melirik Riona, dia tidak pernah mengikat rambutnya. "Apa terlihat bagus jika diikat?" "Pangeran Yuasa sering mengikat rambutnya karena dia terlihat sangat cantik jika rambutnya diurai. Dia selalu kesal disebut cantik." Senyum merekah dari bibir Riona saat membicaraka
Archilles menemui Riona di kediaman pangeran, untuk membicarakan soal tato miliknya. Riona segera meninggalkan Yuan yang sedang bermain dengan Rocky. Mereka memainkan permainan dengan papan semacam catur. "Bagaimana?" tanya Riona. "Seperti dugaanku, cara ini cukup rumit. Kau harus mendapatkan daun dari pohon kehidupan. Tentunya di Ergions. Dan mereka tidak akan memberikannya dengan cuma-cuma. Itu hal yang sulit. Lalu Pangeran Yuan harus sudah memiliki roh tanah. Jika keduanya sudah ada, maka tato di tanganmu bisa hilang." Archilles menghela napas panjang. "Tapi semuanya tidak mudah, entahlah. Apakah lebih mudah membunuh Xavier atau menggunakan cara ini," lanjut Archilles. Pembicaraan mereka berhenti saat ada pengawal yang masuk ke kediaman pangeran untuk menyampaikan
Kereta kuda melaju dengan kencang, desiran angin terdengar dan udara di sekitar terasa berbeda, mereka telah memasuki kota, ramai kegiatan penduduk kota sangat kentara. lagi-lagi, angin terasa sangat berbeda, rasa nyaman yang menghanyutkan. “Perasaan apa ini, sangat nyaman. Apa seperti ini udara di wilayah bangsa kristal, nyaman,” ucap Raja Edward. dalam hati. Kereta kuda berhenti di sebuah bangunan yang cukup besar. Raja Edward melihat bangunan itu, dominan warna putih dan pilar-pilar besar menghiasi tempat itu. “Yang mulia Raja Edward, silakan,” ucap seorang pelayan yang mempersilahkan ia untuk masuk. Pintu gerbang masuknya sangat besar, sepertinya monster ukuran raksasa muat masuk ke dalam gedung itu. Di dalam masih didominasi dengan warna putih. Pelayan men
Pintu dibuka dari luar, sosok gadis berambut ungu terlihat tersenyum. Dia membuka pintu lebar-lebar dan mempersilahkan beberapa pelayan dengan nampan di tangan mereka. Hidangan berupa kue dan makanan kecil lainnya serta teko dan cangkir teh mulai di tata rapi di meja kedua raja tersebut. Kedua raja itu berhenti berbincang dan hanya memperhatikan saja kegiatan para pelayan. “Yang mulia, silahkan dinikmati makanan ringan untuk teman bersantai. Kalian sudah begitu lama berbincang jadi kurasa sedikit asupan akan membantu,” ucap Alma mempersilahkan keduanya menikmati hidangan yang telah tersedia. “Alma,” panggil Raja Yuichi yang tidak diperhatikan oleh si pemilik nama. “Eh, kenapa ada foto Pangeran Yuasa,” ucap Alma saat melihat pigura yang berisi foto Pangeran Yuas
Raja Yuichi yang tiba-tiba berlari setelah menghancurkan tunas yang melekat di leher Raja Edward dikejar oleh Raja Edward. Ia berlari sangat cepat lalu tiba-tiba menghilang tanpa jejak. “Kemana?” Raja Edward terkejut dengan menghilangnya Raja Yuichi tepat di hadapannya. “Teleportasi,” jawab Alma, “Yang mulia silahkan masuk,” lanjut Alma mempersilahkan Raja Edward kembali ke ruangan. “Namamu Alma, benar?” “Ya, Yang mulia,” jawab Alma sopan. Raja Edward duduk di kursinya, lalu meminum teh yang ada di meja. masih hangat. “Alma, sepertinya kau mengetahui kisah Raja Yuichi dengan istriku, Erina. Bisakah kau menceritakannya?” Raja Edward memandang gadis berambut ungu terang itu.&n
Raja Yuichi sudah berada di hutan Onyx, tepat di depan Razen yang sudah bersiaga dengan kedatangannya. Mereka saling memandang, menyelidik, mencari celah atau apapun yang mungkin dimiliki lawan. “Jadi anda ayah dari rajaku, menarik sekali.” Razen sudah bersiap dengan tanaman rambatnya yang bergerak perlahan di belakang Raja Yuichi. “Ternyata benar, kau memata-matai Raja Edward.” “Benar sekali, saya sangat penasaran dengan latar belakang Tuan Muda, dia berbeda. Tapi, dari apa yang anda ceritakan akhirnya saya tahu mengapa dia memiliki dua kristal, ini sangat unik. kebangkitan raja kegelapan dengan dua kristal akan membawa kejayaan bagi dunia kami,” ucap Razen penuh pengharapan. “Dia masih terlalu kecil,” sahut Raja Yuichi.
Satu minggu setelah kejadian peperangan itu, dengan itikad baik Rafael meminta diizinkan masuk ke ruang kristal. Leiz tidak mempersulit dan membiarkan saja mereka masuk. Yuan dan Yui membawa kedua orang kakek dan neneknya untuk dimakamkan. Mereka memenuhi keinginan terakhir kedua orang itu. “Ayah dan ibu tidak berubah sama sekali, apa kejadian itu terjadi saat aku masih kecil,” lirih Raja Yuichi yang mengenang masa lalu setelah melihat kedua jasad orang tuanya. “Tidak ada yang tahu, tanyakan pada ayah atau ibu tapi kurasa mereka juga tidak tahu,” jawab Rafael. “Bagaimana dengan Yuan? Kapan dia akan dinobatkan?” tanya Raja Yuichi. “Entahlah, kami belum membicarakannya, Kerajaan Kegelapan sedang berbenah sementara Yui dan Yuan juga sedang berusaha mengembalikan dunia i
Lenora Isolde menaikkan tongkatnya dan rantai entah dari mana mulai mengikat tubuh Nacht.“Apa-apaan ini!” teriak Nacht yang mendapatkan serangan bertubi-tubi tanpa bisa membalas.Di belakang Nacht muncul sebuah pintu besar seperti pintu dimensi pada umumnya, perlahan pintu itu terbuka dan saat pintu itu terbuka lebar, semua aura hitam yang membumbung ke langit diserapnya.“Rosaline, buat barrier,” perintah Rafael yang langsung dilaksanakan dengan cepat.“Razen, ikat kaki kita semua dengan tanah, gerbang itu akan menyerap semua yang ada di sekitarnya,” ucap Rafael.Razen segera mengikat kaki semua orang dengan tanaman, Yui juga melakukan hal yang sama dengan kekuatan Seiryu, rum
Elemen petir dari ketujuh orang itu membentuk seekor naga petir yang besar. Lebih besar dari naga hitam Nacht.“Sialan, kenapa tidak kuperhitungkan itu yang mereka panggil, tujuh elemen petir,” batin Nacht. Dia teringat terakhir kali hidupnya berakhir karena jurus yang sama. Naga petir yang dibuat oleh tujuh orang berelemen petir yang dikirim Raja Cahaya waktu itu, saat pertarungan terakhirnya.Naga petir itu menghancurkan naga hitam Nacht dengan cepat naga itu menghilang. Lalu Naga itu juga mengelilingi Nacht hingga di sekitarnya teraliri petir yang kuat. Nacht merasakan getaran dalam tubuhnya dan apa yang telah dia serap mulai keluar satu persatu.“Yuan sekarang!” teriak Raja Yuichi.“Baik,” jawab Yuan.
Cahaya itu mulai menghilang, bayangan seseorang yang berada di tengah ledakan terlihat. Dia masih hidup meskipun penuh dengan luka.“Yui, dia masih hidup. Aku sudah tidak punya tenaga lagi.” Yuan terduduk di tempatnya sekarang. Energinya telah habis tak tersisa, begitu pula dengan kembarannya.“Kita hanya bisa pasrah sekarang,” balas Yui yang tak tahu lagi harus berbuat apa. Dari tempatnya dia melihat tubuh Rafael di kejauhan, dia merasa sebentar lagi akan menyusulnya menemaninya di alam lain.Bukan hanya si kembar yang pasrah, yang lain juga hanya bisa menelan ludah, bagaimana mereka menghadapi satu orang saja masih belum bisa.“Bagaimana? siapa yang akan menolong kalian?”Nach
Yuan yang merasakan tubuhnya seharusnya terjatuh ke tanah tapi ada seseorang yang menahannya. Dia pun segera menoleh ke arah orang yang menahan tubuhnya itu.“Kak Razen!” seru Yuan melihat orang yang dikenalnya itu.Bukan hanya dia tapi ada Xavier dan Ernest yang datang ke tempatnya.“Jadi kita apakan orang ini?” tanya Xavier yang sudah ingin menguliti makhluk yang dia bangkitkan dengan darah Yuasa.“Tidak ada,” jawab Yuan, dia duduk dan dibantu Ernest untuk memulihkan diri. Pria itu memberikan ramuan kepada Yuan, dan dengan menurut dia meminumnya hingga habis.“Apa yang kau lakukan padaku! Lihat saja kalau aku terlepas kau akan menyesal,” ancam Nacht yang masih berusaha melepas
Rafael tersenyum masam, takdir benar-benar mempermainkannya. Dia bahkan belum jatuh cinta dan hidupnya sudah harus berakhir. Dia juga belum sempat melihat dunianya kembali. Tapi tidak masalah, setidaknya gadis di depannya tidak mengalami rasa sakit yang kini dialami saat ini.“Bukankah seharusnya aku hidup denganmu, Yui,” lirih Rafael yang membuat Yui berhenti terisak.“Paman,”“Aku belum mau mati, jadi tenanglah, aku tidak mudah mati, benarkan,” lirih Rafael yang terus memandang gadis yang selalu menyusahkannya sekaligus mengisi hari-harinya selama ini.“Kenapa baru kusadari, berat rasanya melepaskan gadis ini,” batin Rafael.“Yui, boleh paman memelukmu?&rdquo
Lenora Isolde, Ratu dari Kerajaan Awan. Sang Penguasa dunia lain, dia tidak pernah ikut campur urusan dunia di bawahnya, baik dunia manusia, dunia kristal apalagi dunia bawah. Dia sang penguasa mimpi dan persimpangan, peramal masa depan.“Apa yang membuat seorang Lenora Isolde turun dari singgasananya?” tanya Rafael yang hampir tidak percaya dengan matanya. Melihat sang Ratu Awan di depan mata.“Persimpangan, kali ini ada banyak persimpangan, bahkan kau juga memiliki persimpangan, Rafael. Hidup atau mati, ah selalu tidak menentu,” jawab Lenora yang kata-katanya bagaikan misteri di telinga Rafael.“Apa Sawatari yang memanggilmu?” tanya Rafael kembali.“Salah satunya, permintaanya akan jiwa Yuasa, kau pasti tahu itu,” j
Siapa yang siap berperang? Jika ditanya, apakah siap untuk berperang? Semua akan menjawab tidak siap. Bahkan mereka yang saat ini berjalan menyerang juga tidak yakin dengan tindakannya. Mereka hanya mengikuti perintah, takut dan tidak bisa berbuat atas keinginan sendiri.Yuan menatap ribuan pasukan yang menghadang dan melihat kesiapan penduduk yang sudah memegang senjata dengan tatapan takut. Namun, keberanian menjadi muncul saat semua yang mereka kenal maju bersama, saling menguatkan.“Aku belum siap,” lirih Yuan, menelan ludahnya. Ada ketakutan dalam hatinya, dialah yang harus menghadapi sang pembawa petaka tapi saat ini dia belum cukup kuat.“Aku ada bersamamu,” ucap Yui menguatkan Yuan. Dia menggenggam tangan saudara kembarnya, menatap lautan pasukan yang berwarna hitam.
Pegunungan Jade, tinggi menjulang dengan lebatnya tanaman dan monster yang ada. Mereka berdua telah sampai di puncaknya. Sepi, tidak seperti yang dipikirkan Rosaline tentang desa naga.“Kau berpikir ada banyak naga di sini?” tebak Pangeran Yuasa.“Ya, ini desa naga seharusnya banyak naga disini,” jawab Rosaline.“Ada, kemarilah.” Pangeran Yuasa mengajak Rosaline masuk ke ruang bawah tanah. Tempat itu tidak terlihat dari permukaan, mereka berada di sebuah ruangan besar yang berada di dalam tanah. Mereka menelusuri lorong gelap dan lembab yang minim cahaya, kemudian tiba di sebuah ruang besar.“Akhirnya kau kembali juga,” suara serak naga yang berbicara dalam bahasa mereka.