Crossing the Threshold

Saat ini Sera dan Evan sedang berjalan menuju asrama akademi. Crimson Ridge Academy memang memiliki asrama sendiri yang terletak di bagian timur gedung utama, dikelilingi dengan taman yang luas dan rapi. Semua siswa yang terdaftar di akademi ini akan tinggal di asrama dan hanya bisa pulang ke rumah saat liburan semester. Kebijakan ini dibuat untuk memastikan perkembangan setiap siswa terpantau secara optimal—baik dalam akademik maupun kepribadian mereka.

Evan mengamati bangunan asrama yang besar dan kokoh dengan arsitektur modern bercampur elemen klasik. Gedung asrama ini terbagi menjadi dua bagian, sebelah kanan adalah asrama perempuan dan sebelah kiri adalah asrama laki-laki. Tadi pagi, ia sebenarnya sudah sempat mengunjungi asrama ini sebelum ke gedung utama. Waktu itu, ia hanya memiliki kesempatan singkat untuk menitipkan barang-barangnya di kamar yang telah ditentukan. Berbeda dari siswa lainnya yang biasanya datang tiga sampai tujuh hari lebih awal untuk berkemas dan beradaptasi, Evan baru tiba tepat di hari pertama semester baru.

Sambil melangkah, Sera mulai menjelaskan beberapa peraturan dasar. "Asrama laki-laki hanya bisa dimasuki oleh laki-laki, begitu juga asrama perempuan yang hanya bisa dimasuki oleh perempuan," jelas Sera. "Tapi ada beberapa pengecualian, misalnya untuk para guru dan anggota Dewan Siswa. Mereka bisa bebas keluar-masuk asrama mana pun dengan menunjukkan pin perak ini." Ia menunjuk pin kecil yang tersemat di blazernya.

Evan mengangguk tanpa banyak bicara, menyimpan informasi itu di kepalanya. Matanya menjelajah menangkap detail setiap sudut gedung.

"Ini adalah aula bersama," ujar Sera sambil menunjuk ke sebuah ruangan besar dengan pintu ganda yang terbuka lebar. Ruangan itu berada diantara gedung asrama perempuan dan laki-laki. Evan melirik ke dalam. Aula itu dilengkapi sofa-sofa nyaman, beberapa meja bundar, dan rak penuh buku di salah satu sisi dinding. Di sudut lain, terdapat televisi besar dan beberapa perangkat elektronik yang terlihat modern.

"Di sini biasanya siswa berkumpul, belajar bersama, atau sekadar bersantai. Ini tempat yang pas untuk menjalin koneksi," lanjut Sera.

Saat mereka masuk ke dalam lobi, seorang pria muda berdiri di balik meja resepsionis. Wajahnya ramah, dengan senyum tipis yang membuatnya tampak lebih muda dari usianya. Evan mengenal pria ini—Sir Alex kepala asrama laki-laki yang bertugas mengawasi dan memastikan semua berjalan lancar di asrama tersebut. Mereka telah bertemu tadi pagi ketika Evan menyerahkan barang-barangnya.

"Selamat siang, Sir Alex," sapa Sera dengan nada sopan namun akrab.

Pria itu mengangkat wajah dari sebuah buku catatan kecil yang sedang dibacanya dan membalas senyuman Sera. "Selamat siang, Sera."

"Ini Evan, Sir. Siswa baru."

“Selamat siang, Sir.” Evan mengucapkan salam pada Sir Alex.

Sir Alex mengalihkan pandangannya pada Evan, “Selamat siang, oh kita sudah bertemu tadi pagi, barang-barang kamu sudah diantar ke kamar ya, Evan. Ini kunci kamarnya.” Ia menyerahkan kunci berbentuk persegi panjang dari logam, dengan nomor kamar yang diukir rapi di permukaannya.

Evan menerimanya dengan sopan. "Terima kasih, Sir."

Sir Alex mengangguk sambil tersenyum, “Kalau ada masalah atau butuh sesuatu jangan ragu untuk datang ke kantor saya, ya.”

“Baik, Sir.”

Sera mengangguk kecil. "Terima kasih, Sir Alex. Kalau begitu kami pamit dulu, ya."

"Baik, Sera. Evan, selamat datang di Crimson Ridge Academy. Semoga betah di sini," ujar Sir Alex sambil kembali fokus pada tugasnya.

Mereka kemudian melangkah menuju tangga. Sera melirik Evan sambil tersenyum. "Kamarmu di lantai dua, kan?"

Mereka berdua lalu berjalan menuju tangga untuk ke lantai dua. Saat mereka sampai di depan pintu kamar yang bertuliskan nomor 205, Sera berhenti. "Nah, ini dia," katanya sambil menunjuk ke pintu tersebut.

Evan memandang pintu itu sejenak. Nomor kamar itu terukir dengan rapi pada plat logam berwarna perak, menambahkan kesan mewah pada asrama ini.

“Jadi sampai di sini saja keliling-kelilingnya. Kau bisa istirahat sekarang. Dan mungkin kau sudah bosan mendengarnya, tapi selamat datang di Crimson Academy.” Ujar Sera dengan senyum hangat pada Evan.

“Terima kasih,” Evan menjawab sambil balas tersenyum kecil.

Sera mengangguk, lalu mengeluarkan beberapa brosur dari map yang dibawanya. "Oh, sebelum aku pergi, ini untukmu. Ini adalah daftar ekstrakurikuler atau klub yang ada di akademi ini. Di Crimson Ridge, setiap siswa wajib bergabung dengan minimal satu klub. Brosur ini berisi informasi tentang semua pilihan klub, jadwal, dan nama pembinanya."

Evan menerima brosur itu dan membukanya sekilas. "Baik, aku akan baca dan pikirkan nanti."

Sera mengangguk kecil. "Kalau begitu, aku pamit dulu. Kalau ada yang kau butuhkan, aku biasanya ada di aula bersama atau ruang dewan."

"Baik. Terima kasih, Sera," ucap Evan singkat.

Sera melangkah pergi, meninggalkan Evan berdiri di depan pintu kamarnya. Evan memandang brosur di tangannya sejenak sebelum memasukkan kunci ke dalam lubang pintu. Hari pertama di Crimson Ridge baru saja dimulai.

Pintu kamar terbuka dengan sedikit bunyi derit, memperlihatkan ruangan yang bisa dibilang luas. Kamar itu memiliki dua tempat tidur single, masing-masing dilengkapi meja belajar kecil di sampingnya. Lemari pakaian berada di sudut ruangan, bersebelahan dengan jendela besar yang memancarkan cahaya matahari sore dan pintu yang Evan kira menuju kamar mandi di sudut lainnya. Tirai berwarna putih tergantung di sisi jendela, memberikan kesan tenang.

Evan melangkah masuk, matanya memindai setiap sudut kamar. Salah satu tempat tidur sudah terlihat terisi—ada bantal yang sedikit berantakan, buku yang terbuka, dan sebuah jaket kulit yang familiar tergeletak di atas ranjang.

"Jadi kita sekamar, huh?"

Evan berbalik. Di dekat pintu kamar, seorang pemuda yang dikenalnya berdiri dengan sikap santai, tapi dengan tatapan tajam dan seringai di bibirnya. Rambutnya sedikit acak-acakan, dan dia mengenakan kaos hitam lusuh dengan celana olahraga.

"Ya," jawab Evan singkat, tetap berdiri di dekat tempat tidurnya.

_____