“Apa yang ingin kamu bicarakan? Kita tidak dalam kondisi baik hingga bisa melakukan hal romantis.”Zie menghindar, seolah takut apa yang akan dilakukan Sean membangkitkan kembali rasa yang sebenarnya sudah dia kubur. Dia sudah merelakan Sean yang melupakannya, jadi jangan sampai harapan semu kembali lagi mengisi kekosongan di dalam hati.“Itu bukan hal romantis Zie, hanya bonding ayah ke anaknya. Meski hubungan kita seperti ini, tapi anak itu jelas butuh perhatian.”“Bijak sekali dirimu,”sindir Zie. “Datang saja! aku juga belum pindah dari rumah papa.”Zie menutup panggilan tanpa banyak bicara. Dia menunggu apakah Sean akan benar-benar datang untuk berbicara dengan bayi mereka.Namun, hingga malam semakin larut, Sean tidak juga menampakkan batang hidung di rumah Airlangga. Hal ini membuat Zie kecewa, dia menyesal sudah berharap pria itu akan datang untuk mengusap perut dan bicara kepada bayi di dalam kandungannya.“Selesai! aku tidak bisa lagi!” Zie mencengkeram erat bagian depan piy
Satu bulan kemudianZie memakai setelan rapi hari itu, dengan semangat baru dia ingin menghadapi apa yang terjadi di depan matanya. Semua persoalan yang terjadi sudah dia selesaikan satu persatu, hingga masalah terakhir yang harus dia selesaikan hari itu adalah mendengarkan keputusan sidang perceraiannya dan Sean.Semua terasa ringan, beban di pundak Zie terasa luruh dan hilang. Benar jika mengikhlaskan itu memang sulit, tapi setelah hati sudah berdamai dengan keadaan maka segalanya menjadi terasa lebih ringan.“Sean, terima kasih untuk beberapa bulan ini, seperti kesepakatan kita tentang bayi ini, aku harap semuanya berjalan sesuai dengan apa yang kita inginkan.”Zie mengulurkan tangan kanan, sedangkan tangan kirinya memegang map berisi akta perceraiannya dan Sean. Pria itu tak langsung menyambut uluran tangan Zie, Sean hanya memandanginya beberapa saat dan meraihnya tepat saat Zie ingin menarik tangan. Ia tidak bisa mengatakan apa-apa, karena semua ini juga sudah dia setujui.“Raig
‘Jangan lupa aku akan menjemputmu jam tiga’Zie membaca pesan dari Sean, ini bulan ke dua di mana pria itu akan mengajaknya pergi memeriksakan kandungan. Seperti janjinya, Sean benar-benar ingat kapan harus mengajak Zie ke rumah sakit. Sementara itu, orang-orang di T group dibuat heran karena Sean meminta pindah ruang ke lantai tiga. Ia bahkan memersilahkan karyawannya untuk memakai eskalator yang dulu biasa dia pakai. Banyak orang yang merasakan perubahan sikap Sean semenjak dia kehilangan ingatan, tak terkecuali sekretarisnya. Agita merasa sang atasan juga lebih ramah dan tak dingin seperti sebelumnya.“Aku pulang awal hari ini, jadi tinggalkan saja berkas yang butuh aku tandatangani di meja, aku akan selesaikan nanti,”ucap Sean tanpa memandang gadis yang berdiri di depan meja kerjanya ini.Meski sifatnya berubah menjadi sedikit ramah, tapi Sean tetap menjaga jarak. Entahlah, setelah bercerai dengan Zie, dia tidak memiliki rasa ingin menjalin kisah cinta lagi. Sean seolah ingin men
Beberapa bulan kemudian“Kenapa makannya hanya sedikit?”Gia menatap Zie yang pagi itu hanya sarapan sedikit dan lebih banyak minum. Zie memang sudah mulai cuti sejak lima hari yang lalu, ini karena hari perkiraan lahir bayinya sudah dekat.“Agak kurang berselera, Ma.” Zie mengulas senyum tipis.“Apa kamu menginginkan sesuatu?” tanya Gia kemudian. Ia curiga bahwa sang putri sudah merasakan tanda-tanda persalinan tapi hanya diam.Zie menggelengkan kepala, dia memilih berdiri dari kursi dan membuat Gia dan Airlangga memandangnya. Seperti dugaan Gia, Zie sebenarnya sudah merasakan mulas sejak kemarin, tapi berusaha menahan karena kontraksi yang dirasakan belum terlalu sering, hingga pagi tadi dia merasa perutnya semakin mulas dan kencang.Saat berada di kamar, Zie tiba-tiba merasa pakaian dalamnya terasa lembab dan basah. Dia pun mencoba mengecek untuk melihat dan seketika kaget mendapati lendir yang bercampur bercak merah. Zie pun takut dan memutuskan untuk keluar mencari Gia.“Ma.” Zie
Semua keluarga merasa sangat bersyukur dan bahagia menyambut kelahiran anggota keluarga baru mereka. Meski orangtuanya sudah berpisah, tapi baik Airlangga dan Daniel yakin, Keenan tidak akan kekurangan limpahan kasih sayang. Seperti saat ini, di ruang perawatan Sean menggendong putranya itu meski tak seluwes Raiga. Beberapa kali dia harus dicibir adiknya karena terkesan kaku dan takut menimang anaknya.“Begini Sean, coba gendong dia begini!”Raiga memberi contoh dan malah membuat Sean ketakutan. Raiga menggunakan satu tangan dan menengkurapkan bayi merah itu di lengan dengan kaki di telapak tangan.“Rai, kalau dia jatuh bagaimana?” Sean mengamuk. Ia semakin kesal karena tidak ada satu orang pun yang membelanya.“Sean, Rai itu profesional. Dia sudah biasa bersentuhan dengan bayi baru lahir, apa kamu tidak ingat siapa yang memegang Keenan saat baru keluar dari perut Zie?” Ghea mengingatkan sang putra sulung, semua orang tertawa termasuk Zie. Ia mengulurkan tangan ke Rai, dan mantan ad
“Sekretaris kak Jeremy sangat tampan, namanya Peter. Aku sempat berkencan dengannya dulu, tapi saat dia menyatakan cinta aku menolak. Bodoh! harusnya aku nikahi saja dia, aku yakin sekarang pasti hidup bahagia dan anak kami sudah TK.”Zie terkekeh kecil, tapi tidak dengan Sean yang memasang muka datar terkesan dingin. Zie dibuat salah tingkah dengan tatapan mata pria itu, beruntung tak lama pintu kamar terbuka. Dia kaget karena Marsha datang bersama Jeremy, wanita itu menggendong bayinya yang lahir di hari itu juga.“Zie, bagaimana keadaanmu? Dapat berapa jahitan dari Rai?”Pertanyaan absurd Marsha membuat pipi Zie merona menahan malu. Ia tidak ingin pikiran dua pria dewasa yang sedang berada di kamar perawatannya ini sampai ke mana-mana. “Tidak tahu, aku tidak tanya,”jawab Zie mencoba memotong perbincangan aneh itu dengan sahabatnya.“Lihat! jagoan Mami udah punya teman. Tuh … namanya … “ Marsha berhenti bicara, dia membaca dengan seksama papan identitas bayi yang terpasang di box.
Ada yang bilang waktu akan terasa cepat saat kamu memiliki anak. Sepertinya Zie mengalami hal itu sekarang, dia merasa takjub melihat Ken yang sudah mulai berguling dan bahkan bisa tertawa saat diajak bercanda. Bayi tampan itu kini sudah berumur lima bulan, dan setiap jam makan siang Zie akan pulang untuk melihat keadaan putranya.Ken seperti menjadi penyemangat dan hiburan bagi orang-orang, pipinya yang gembul dan wajahnya yang imut membuat siapapun pasti gemas dan ingin menciumnya. Bahkan Ghea dan Gia selalu berebut untuk mengajak cucunya itu menginap di rumah.Seperti saat ini, Zie lagi-lagi harus menghadapi situasi membingungkan. Dua wanita yang dia panggil dengan sebutan mama itu meminta Ken untuk menginap minggu ini.“Katanya kamu ada acara, Zie. Biar Mama yang menjaga Ken, Ya! Mama akan membawanya menginap di rumah.” Ghea tak ingin kalah dari Gia. Mendapati mantan besannya itu berada di dapur utuk mengambilkan Zie minum, membuatnya mencuri start untuk meminta izin.“Terserah s
Setelah pulang dari rumah Zie, Ghea terus memasang muka masam. Ia bersedekap dada sambil menatap ke televisi yang menyala. Bukannya menonton acara yang sedang ditayangkan, Ghea malah berpikir ingin mengomeli Sean. Ia tahu putranya itu terlalu kaku seperti sapu ijuk yang biasa dipakai pembantunya untuk menyapu halaman belakang.“Apa aku harus pura-pura kejam, bagaimana kalau merebut hak asuh Keenan? Kalau Zie masih ingin bersama putranya dia harus menikah lagi dengan Sean.”Pikiran Ghea mirip seperti cerita sinetron yang pernah dia bintangi saat masih aktif menjadi artis dulu. Banyak skenario yang bisa dia ajukan ke Daniel. Ya, sang suami pasti akan membantunya selama itu membuat Sean dan Zie bersatu.“Atau, aku pura-pura sekarat saja dan meminta mereka rujuk kembali?”Ghea masih larut ke dalam ide anehnya saat Sean datang, melihat sang mama komat-kamit sendiri, Sean pun mendekat dan menyapa.“Ma!”“Ah… Sean, sudah pulang.”“Hem … Mama kenapa? apa ada masalah?”“Masalahnya adalah kamu
Hari itu Sean dan Zie menemani Lea bermain bersama Keenan di taman. Putra dan putri mereka itu tampak bermain prosotan juga ayunan bersama. Zie duduk tidak jauh dari mereka, dia sangat bahagia melihat Keenan dan Lea yang begitu akur. “Yura masih bersikeras tidak mau melihat kondisi ayahnya. Dia tampaknya sekarang benar-benar tidak peduli,” ucap Zie dengan tatapan tertuju ke Keenan dan Lea. Sean menghela napas kasar, hingga kemudian membalas, “Yura masih menganggap kalau kecelakaan yang menimpanya dulu memang disengaja. Sampai sekarang Yura juga sangat yakin jika pak Aris memang dalangnya, padahal yang sebenarnya itu murni kecelakaan. Kakaknya saja yang sengaja membuat isu itu agar Yura membenci papanya, kemudian pergi dan tidak mengharapkan warisan karena terlanjur benci.” Sean menjelaskan panjang lebar akan fakta yang memang diketahuinya. “Hem … tapi Yura sebenarnya juga sudah tahu, dan dia bilang tidak butuh warisan. Buatnya yang terpenting bisa hidup tenang dan Raiga terus mencin
Setelah perbincangan malam itu, hari berikutnya Yura dan Raiga pun menemui Mita yang sudah kembali masuk penjara. Di sana mereka bicara di ruang khusus yang memang disediakan untuk menjenguk narapidana.“Kami sengaja ke sini karena ingin meminta izin darimu. Kami berniat mengadopsi bayimu,” ujar Yura menyampaikan maksud kedatangannya dan sang suami, sesuai dengan apa yang sudah mereka sepakati.Mita terkejut mendengar ucapan Yura, bahkan menatap mantan teman kuliahnya itu seolah tidak percaya.“Aku akan meminta pengacara untuk menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan. Kami juga akan memberimu sejumlah uang, agar nanti saat kamu keluar dari penjara, kamu bisa memulai hidup baru yang lebih baik,” ucap Raiga.“Kamu harus berjanji, tidak akan pernah bertanya, mendekati, atau berpikir untuk melihat anak itu lagi, setelah kamu setuju untuk melimpahkan hak asuhnya kepada kami.”Raiga sengaja menegaskan agar Mita tidak sembrono dan dikemudian hari mengakui anak itu sebagai anaknya.Mita hany
“Tapi memangnya Lea boleh punya adik?” tanya Lea ke Yura, dia menatap wanita itu penuh harap.Yura menoleh Ghea, hingga kemudian mencoba memanfaatkan keinginan Lea untuk membujuk Raiga.“Kalau gitu ngomong ke papa, bilang Lea mau bayi ini jadi adik Lea. Gimana?” Yura mencoba memprovokasi karena mungkin jika Lea yang meminta hasilnya akan berbeda.Lea terlihat senang, hingga kemudian kembali menatap bayi Mita.Raiga baru saja selesai menangani pasien, dia cukup terkejut melihat Yura, Ghea, dan Lea di sana, karena mereka tidak mengatakan jika akan berkunjung ke klinik.“Papa.” Lea langsung berlari ke arah Raiga, kemudian meminta gendong.Raiga pun senang, dia menggendong Lea bahkan mencium pipi bocah itu penuh kasih sayang.“Kenapa kalian tidak memberi tahu kalau mau ke sini?” tanya Raiga sambil menggendong Lea. “Hanya kebetulan mampir, sekalian mau melihat bayinya Mita, katanya ada di sini,” jawab Ghea.Raiga menoleh ke bayi Mita yang tampak menggeliat di dalam box, kemudian kembali me
“Harusnya kita makan siang bukan makan sore seperti ini.” Raiga tampaknya merasa kasihan ke Yura yang harus menunggu dia membantu persalinan Mita tadi. “Tidak apa-apa, aku masih bisa menahan rasa lapar, lagipula aku senang melihat kakak bisa membantu persalinan ibu hamil dengan selamat.” Yura tersenyum lebar. Ia bahkan menyodorkan sendok ke depan mulut Raiga, dan pria itu tanpa ragu menerima suapannya. “Polisi tadi datang ‘kan?” Tanya Raiga. Masalah Mita sepertinya menjadi topik yang menarik untuk mereka bahas. Baik Raiga dan Yura tak menyangka kalau Mita berujung menjadi PSK dan hamil anak salah satu pelanggannya. Karena membahas soal bayi yang baru saja dilahirkan wanita itu, Yura pun memberanikan diri untuk bertanya bagaimana kalau mereka mengadopsi seorang bayi. Bukankah banyak anak yang butuh orangtua asuh di luaran sana. “Bagaimana menurut kakak? Apa kita harus mengadopsi anak?” Mendengar pertanyaan itu, pikiran Raiga pun langsung tertuju ke Mita. Mungkinkah Yura ingin men
Enam Bulan KemudianHari itu Yura baru saja mengantar Lea yang kemarin menginap bersamanya ke rumah Zie. Dia berada di mobil dan kini sedang menelepon Raiga. Setelah masalah Lea selesai hubungan mereka masih sangat harmonis. Riaga sendiri kini sudah tidak bekerja di rumah sakit karena fokus mengurus klinik bersalin miliknya sendiri.“Apa kakak sibuk? Aku sudah mengantar Lea ke apartemen kak Zie. Bagaimana kalau kita keluar untuk makan siang bersama?” tanya Yura.Dia seberang sana, Raiga tampak memulas senyum bahagia sambil membubuhkan tanda tangan ke berkas yang dipegang oleh perawat.“Tentu, aku tidak mungkin menolak ajakan makan siang dari wanita —yang selalu bisa membuatku merasa menjadi pria paling beruntung di dunia," jawabnya merayu.Yura pun tertawa mendengar ucapan Raiga, pria itu senang sekali menggombal dan membuat hatinya berbunga-bunga. Jika dipikir lagi, mungkin ini adalah hikmah dari kejadian yang menimpa rumah tangga mereka. Bukannya renggang hubungan keduanya malah ber
Hari berikutnya, baik Yura dan Zie terlihat sudah bisa menjaga perasaan dan sikap masing-masing. Keduanya bertatap muka meski tidak saling sapa, tapi tidak seemosi semalam. “Mama.” Lea langsung mendekat ke Yura, bahkan langsung memeluk wanita itu. Zie sedikit iri melihat hal itu, tapi dia mencoba menahan diri meski ada rasa sesak yang tak terelakkan melihat Lea yang memeluk Yura penuh kasih sayang. “Lea mau mandi, sambil main busa,” celoteh anak itu. Yura pun mengangguk sambil tersenyum, dia kemudian menggandeng Lea untuk pergi mandi, sedangkan Zie hanya bisa memandangi keduanya, tanpa bisa berbuat apa-apa karena takut membuat Lea sedih. Saat sudah berkumpul untuk sarapan bersama, mereka bersikap wajar meski wajah mereka terlihat begitu tegang. “Aku minta izin untuk bermain dengan Lea sebentar, Kak. Setelah itu baru kita bicara,” ujar Yura ke Zie. Ia memulas senyum tipis saat sang kakak ipar menganggukkan kepala tanda setuju. Yura pun mengajak Lea ke halaman samping. Dia sama se
Raiga tidak bisa berkata-kata saat Sean menghajarnya. Seolah pasrah, Raiga membiarkan kakaknya itu memukul wajahnya bertubi-tubi. Zie hanya diam dan Yura pun masih syok sekaligus bingung. Tak tinggal diam, Daniel mencoba melerai dan menjauhkan Sean yang masih memukuli Raiga. “Sudah, kalian seharusnya tenang! Kasihan Lea jika tahu kalian begini. Seharusnya kalian bicara baik-baik agar Lea tidak terkejut atau bingung dengan fakta sebenarnya,” ujar Daniel yang tidak berniat membela salah satu dan berusaha menjadi penengah. Sean pun akhirnya menjauh dari Raiga, tapi tatapan pria itu jelas masih penuh amarah. “Kalian menginaplah di sini dulu. Besok setelah kalian sedikit tenang, kita bicarakan lagi masalah ini dengan baik-baik, serta memikirkan bagaimana ke depannya,” ujar Daniel ke Zie dan Sean. Sean melirik Zie yang mengangguk tanda setuju dengan ide Daniel, hingga akhirnya mereka pun menginap di sana malam itu. Lea sendiri tidur dengan Keenan, Daniel, dan Ghea agar tidak lagi terjad
Setelah menembus jalanan yang sedikit sepi, Sean dan Zie pun sampai di rumah Daniel. Di sana Yura menyambut hangat mereka, meski Zie dan Sean hanya memasang wajah datar.“Ken, ajak Lea main di kamarnya, ya,” pinta Sean ke sang putra.Keenan pun mengangguk, sedangkan Ghea langsung mengajak dan menemani keduanya pergi ke kamar yang terdapat di lantai atas.“Ra, kita perlu bicara!” ujar Sean.Yura bingung karena sikap Sean dan Zie yang berbeda, apalagi Zie terlihat sedih, hingga kemudian membiarkan saja Keenan dan Lea pergi ditemani sang mertua, sedangkan dia ikut Sean dan yang lain ke ruang keluarga untuk bicara.Mereka kini sudah duduk bersama, Yura sendiri menangkap gelagat aneh dari kakak iparnya.“Kami ingin membicarakan sesuatu. Meskipun menyakitkan, tapi kamu harus tahu kalau Raiga selama ini memiliki kebohongan besar,” ujar Sean sambil memberikan ekspresi wajah datar.Yura mencoba menyiapkan hati dengan hal yang akan didengar selanjutnya, meskipun tangannya kini sudah terlihat g
Hari itu adalah hari Yura wisuda. Binar kebahagiaan tampak jelas di wajahnya. Apalagi Raiga datang ke sana bersama Lea. Bocah itu memakai kebaya yang mirip dengannya, Daniel dan Ghea juga hadir sebagai orangtua. Mereka begitu bahagia melihat Yura yang akhirnya bisa menyelesaikan study-nya.Setelah acar seremonial selesai, mereka pun berfoto bersama, Yura terlihat bahagia karena semua orang memberinya selamat, termasuk Lea yang tampak bangga ke prestasi yang diraihnya.“Papa sudah memesan tempat di restoran untuk kita merayakan kelulusan Yura,” ucap Daniel.Yura semakin bahagia karena keluarga sang suami sangat baik, tidak pernah membedakan antara anak dan mantu. Namun, saat tiba di restoran dan sampai waktu makan tiba, Zie, Sean, dan Keenan tidak terlihat di sana, tentu saja hal itu membuat Yura bertanya-tanya.“Apa Kak Sean dan Kak Zie tidak Papa undang?” tanya Yura. “Sean sibuk dan Zie juga, jadi mereka tidak bisa datang," jawab Raiga membuat alasan.Yura pun memaklumi, hingga kem