Zie terus memulas senyum, apalagi saat beberapa tamu menatap ke arahnya dan Surya. Ia disambut ramah orangtua pria yang sejak lama menaruh hati padanya itu. Pak Sinar dan Bu Novita terlihat senang karena Zie bisa datang ke acara mereka, meskipun tanpa Airlangga dan Gia yang tak ikut serta.“Bagaimana kabar Ken sekarang?” tanya Novita saat mereka berbincang bersama.“Baik, dia juga sehat, tingkahnya semakin banyak,” jawab Zie sambil mengulas senyum ramah.“Syukurlah. Di usianya sekarang, dia pasti sangat menggemaskan,” ujar Novita sambil tertawa.Zie mengangguk dengan senyum yang tak hilang dari wajah, sedangkan Surya sesekali memperhatikan Zie yang berdiri di sampingnya.“Maaf ya Om, Tante kalau papa dan mama tidak bisa hadir, mereka sedang ada urusan yang tidak bisa ditinggalkan,” ucap Zie sedikit sungkan.“Tidak apa-apa, yang terpenting kamu datang,” balas Novita dan langsung diamini anggukan oleh Sinar dan Surya.“Tamu Tante datang lagi, kamu nikmatilah pestanya bersama Surya,” uca
Sementara itu Zie masuk ke kamar tidur yang ditempatinya dan sang putra, di sana melihat Sean yang tidur di sebelah Ken. Putranya itu bahkan memiringkan badan seperti sudah berusia balita. “Apa di aitu bayi?” gumam Zie.Ia tatap Sean dan Ken tidur dengan pulas dan memilih mengambil pakaian ganti, kemudian keluar kamar untuk berganti pakaian di kamar tamu.Saat baru saja akan masuk ke kamar tamu. Tanpa sengaja, Zie bertemu dengan Gia yang ternyata belum tidur.“Kamu sudah pulang, bagaimana tadi pestanya?” tanya Gia.“Menyenangkan,” jawab Zie. “Orangtua Surya bilang, kapan-kapan mau mengajak keluarga kita makan malam bersama.”Gia tak merespon, dia hanya memindai paras Zie. Tak habis pikir putri cantiknya itu berstatus janda. Gia tahu kalau putrinya itu masih menutup diri setelah bercerai dari Sean.“Zie, apa mungkin kamu ingin mencoba membuka hati untuk pria lain?” tanya Gia. Sebagai seorang ibu, dia tentu ingin anaknya bahagia.Zie hanya memandang Gia tanpa menjawab, dia lebih memili
“Anak ganteng, cucu Oma. Oma pulang dulu ya sayang.”Ghea yang sejak tadi menggendong Ken menyerahkan cucunya itu ke Zie. Seperti hari-hari sebelumnya, Ghea dan Daniel akan pulang setelah sarapan dulu di sana. Namun, kali ini Zie sadar ada yang berbeda dari sang mantan mertua. Ghea hanya memulas senyum padanya sebelum masuk ke dalam mobil.Tak ingin diambil hati, Zie membalas senyuman Gia dengan senyuman juga, tak lupa dia angkat tangan kanan Ken lalu membuat gerakan kecil dan berkata ‘dada Oma, sampai ketemu lagi’.Ghea mengangguk, dia yang datang terpisah dengan Sean memilih pulang lebih dulu, sedangkan putranya itu menyusul.Tahu bahwa Sean juga akan pulang, Airlangga dan Gia pamit masuk ke dalam, meninggalkan ke tiga orang itu di teras depan. Mereka saling melempar tatapan, sadar akan sikap Ghea yang sedikit berubah sejak sarapan bersama tadi.“Apa ada yang salah?”“Tidak tahu, kamu kemarin tidak salah bicara ‘kan?” Airlangga balas bertanya karena sama seperti sang istri, dia juga
Satu minggu kemudian, Sean merasa semesta seperti berpihak padanya. Udara hari itu terasa sangat sejuk, matahari bersinar tapi tidak terlalu panas. Benar-benar hari yang cocok untuk pergi piknik.Sean melajukan mobil sambil bersenandung mendengarkan lagu dari audio kendaraan. Hatinya terasa riang, tak pernah dia bersemangat pergi liburan padahal hanya piknik ke kebun binatang. Hingga sesuatu yang janggal dia rasakan, sesampainya di rumah Zie dia dikejutkan dengan keberadaan satu unit mobil van besar di halaman.Sean turun dan mencoba melihat milik siapa kendaraan berwarna putih itu, sampai dia mendengar suara mirip dengan petasan banting memanggil namanya. Sean memejamkan mata, ingin rasanya dia putar balik dan pergi dari sana.“Zie, kenapa dia mengajak Marsha,”gerutu Sean di dalam hati. Ternyata tak hanya Marsha dan Kenzio, Sera juga Jeremy ada di sana. Sean tak percaya Zie akan mengajak pasukan untuk pergi piknik bersama.“Aku sewakan van ala-ala agar kita bisa merasakan sensasi pi
“Jangan-jangan itu kamu!”Tuduhan Marsha tepat mengenai sasaran, Sean gelagapan karena tidak bisa langsung menjawab ucapannya barusan. Ingin menggeleng berarti berbohong, tapi mengangguk tanpa membela diri sama saja bunuh diri.“Kamu ingin mengajak Zie dan Ken piknik ke kebun binatang, apa tebakanku salah?” cecar Marsha.Sean semakin tersudut, hingga mau tak mau dia menjawab 'iya'. "Apa? Kamu membeli semua tiket kebun binatang, Sean? Zie melongo, rahangnya bahkan bisa terlepas jika dia terus menganga. Zie tidak percaya Sean akan melakukan itu tanpa bicara kepadanya lebih dulu. "Sean, kenapa tidak bilang?" Perasaan Zie campur aduk tak karuan, bukan hanya menyesalkan uang yang sudah dikeluarkan, tapi juga menyayangkan sikap Sean yang belum berubah sama sekali, tak pernah berterus terang atau mengatakan apa yang dipikirkan. "Minta kembali uangmu ppkn, batalkan reservasinya!" titah Zie. "Tidak, biarkan saja."Sean tak acuh, dia letakkan alat pemanggang kemudian pergi begitu saja. "
"Sean, ayo duduk di sana! Kamu sepertinya sakit," ujar Zie. Dia akhirnya dibantu pemilik warung untuk memapah Sean ke tempat yang lebih teduh. "Maaf ya Mba, anak sini memang suka ugal-ugalan naik motor, sudah nggak pakai helm, haduh!" Pemilik warung mencoba menjelaskan kebiasaan anak muda di sana. Ia menyodorkan segelas air ke Sean dengan mimik heran, karena Zie yang nyaris tertabrak, tapi muka Sean yang pucat pasi. "Aku tidak apa-apa, ayo kita kembali, Ken mungkin saja sudah bangun," kata Sean. ☘️☘️☘️Seperti apa yang dikatakannya pada Daniel kemarin, Ghea tak ingin berhenti sebelum berusaha. Awalnya dia memang merasa tak ada harapan saat mendengar cerita Daniel dan melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana sikap Zie. Namun, mendapati hari ini anak dan mantan menantunya pergi piknik bersama, Ghea pun yakin masih ada kesempatan baginya menyatukan orangtua cucu pertamanya itu. Ghea tahu, dia tidak mungkin langsung mendekati ibunda Surya di klub memasak yang sudah lama diiku
Sean tak banyak bicara lagi seperti semula, bahkan Zie yang ingin mengucapkan selamat ulang tahun padanya pun lagi-lagi dibuat sungkan. Mereka kembali ke rumah setelah acara piknik itu selesai sore harinya. Sepanjang perjalanan kembali Sean meminta Zie memberikan Ken padanya. Dia tidak ingin lagi disebut pria tak pengertian oleh mantan istrinya itu. Selama perjalanan, Zie yang nampaknya lelah pun tertidur. Diam-diam Sean memandangi wanita itu dan tak peduli Marsha sejak tadi menatap heran. "Sean, selamat ulang tahun." Jeremy menoleh, begitu juga Sean yang tak menyangka akan mendapat ucapan selamat ulang tahun dengan nada seperti orang yang ingin mengajak tawuran, tak ada manis-manisnya sama sekali. Sean tentu heran, mustahil Marsha mengingat tanggal ulang tahunnya. Maka dari itu, bukannya berterima kasih, Sean malah bertanya-“Bagaimana kamu bisa ingat ini hari ulang tahunku?”Dengan dagunya Marsha menunjuk Zie yang tertidur. Ia berdecak sebelum membalas ucapan sang sepupu, “Dari
“Kenapa ke rumah? Mobilku masih di rumah Zie.”Sean kaget saat van yang disewa sepupunya masuk ke halaman rumah sang papa. Meski sudah membeli rumah sendiri, tapi Sean terkadang masih tinggal di sana, karena kesepian adalah hal yang paling Sean benci. Ia pun turun disusul oleh Zie, penuh perhatian Sean memegang lengan wanita itu, memastikan Ken yang ada di gendongan aman.“Terima kasih,”ucap Zie sungkan. Ia juga heran kenapa Marsha dan Jeremy malah membawa mereka ke sana. Belum juga hilang rasa penasaran di hati, Zie terpaksa tersenyum karena Ghea mendekat dengan raut semringah. Wanita itu langsung mengambil alih Ken, menciumi cucunya itu sambil mengajak bercanda.“Em … Ken … Ken, belum mandi, bau acem. Tapi Oma suka.”Zie dan Sean tertawa, bukankah di dunia ini tidak ada yang lebih indah dari pada senyuman orangtua kita?“Ayo masuk!” titah Ghea. Ia berjalan cepat menghampiri Daniel yang senang melihat cucunya datang.“Keenan, kamu habis jalan-jalan ke mana?”Zie tertawa, sepertinya
Hari itu Sean dan Zie menemani Lea bermain bersama Keenan di taman. Putra dan putri mereka itu tampak bermain prosotan juga ayunan bersama. Zie duduk tidak jauh dari mereka, dia sangat bahagia melihat Keenan dan Lea yang begitu akur. “Yura masih bersikeras tidak mau melihat kondisi ayahnya. Dia tampaknya sekarang benar-benar tidak peduli,” ucap Zie dengan tatapan tertuju ke Keenan dan Lea. Sean menghela napas kasar, hingga kemudian membalas, “Yura masih menganggap kalau kecelakaan yang menimpanya dulu memang disengaja. Sampai sekarang Yura juga sangat yakin jika pak Aris memang dalangnya, padahal yang sebenarnya itu murni kecelakaan. Kakaknya saja yang sengaja membuat isu itu agar Yura membenci papanya, kemudian pergi dan tidak mengharapkan warisan karena terlanjur benci.” Sean menjelaskan panjang lebar akan fakta yang memang diketahuinya. “Hem … tapi Yura sebenarnya juga sudah tahu, dan dia bilang tidak butuh warisan. Buatnya yang terpenting bisa hidup tenang dan Raiga terus mencin
Setelah perbincangan malam itu, hari berikutnya Yura dan Raiga pun menemui Mita yang sudah kembali masuk penjara. Di sana mereka bicara di ruang khusus yang memang disediakan untuk menjenguk narapidana.“Kami sengaja ke sini karena ingin meminta izin darimu. Kami berniat mengadopsi bayimu,” ujar Yura menyampaikan maksud kedatangannya dan sang suami, sesuai dengan apa yang sudah mereka sepakati.Mita terkejut mendengar ucapan Yura, bahkan menatap mantan teman kuliahnya itu seolah tidak percaya.“Aku akan meminta pengacara untuk menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan. Kami juga akan memberimu sejumlah uang, agar nanti saat kamu keluar dari penjara, kamu bisa memulai hidup baru yang lebih baik,” ucap Raiga.“Kamu harus berjanji, tidak akan pernah bertanya, mendekati, atau berpikir untuk melihat anak itu lagi, setelah kamu setuju untuk melimpahkan hak asuhnya kepada kami.”Raiga sengaja menegaskan agar Mita tidak sembrono dan dikemudian hari mengakui anak itu sebagai anaknya.Mita hany
“Tapi memangnya Lea boleh punya adik?” tanya Lea ke Yura, dia menatap wanita itu penuh harap.Yura menoleh Ghea, hingga kemudian mencoba memanfaatkan keinginan Lea untuk membujuk Raiga.“Kalau gitu ngomong ke papa, bilang Lea mau bayi ini jadi adik Lea. Gimana?” Yura mencoba memprovokasi karena mungkin jika Lea yang meminta hasilnya akan berbeda.Lea terlihat senang, hingga kemudian kembali menatap bayi Mita.Raiga baru saja selesai menangani pasien, dia cukup terkejut melihat Yura, Ghea, dan Lea di sana, karena mereka tidak mengatakan jika akan berkunjung ke klinik.“Papa.” Lea langsung berlari ke arah Raiga, kemudian meminta gendong.Raiga pun senang, dia menggendong Lea bahkan mencium pipi bocah itu penuh kasih sayang.“Kenapa kalian tidak memberi tahu kalau mau ke sini?” tanya Raiga sambil menggendong Lea. “Hanya kebetulan mampir, sekalian mau melihat bayinya Mita, katanya ada di sini,” jawab Ghea.Raiga menoleh ke bayi Mita yang tampak menggeliat di dalam box, kemudian kembali me
“Harusnya kita makan siang bukan makan sore seperti ini.” Raiga tampaknya merasa kasihan ke Yura yang harus menunggu dia membantu persalinan Mita tadi. “Tidak apa-apa, aku masih bisa menahan rasa lapar, lagipula aku senang melihat kakak bisa membantu persalinan ibu hamil dengan selamat.” Yura tersenyum lebar. Ia bahkan menyodorkan sendok ke depan mulut Raiga, dan pria itu tanpa ragu menerima suapannya. “Polisi tadi datang ‘kan?” Tanya Raiga. Masalah Mita sepertinya menjadi topik yang menarik untuk mereka bahas. Baik Raiga dan Yura tak menyangka kalau Mita berujung menjadi PSK dan hamil anak salah satu pelanggannya. Karena membahas soal bayi yang baru saja dilahirkan wanita itu, Yura pun memberanikan diri untuk bertanya bagaimana kalau mereka mengadopsi seorang bayi. Bukankah banyak anak yang butuh orangtua asuh di luaran sana. “Bagaimana menurut kakak? Apa kita harus mengadopsi anak?” Mendengar pertanyaan itu, pikiran Raiga pun langsung tertuju ke Mita. Mungkinkah Yura ingin men
Enam Bulan KemudianHari itu Yura baru saja mengantar Lea yang kemarin menginap bersamanya ke rumah Zie. Dia berada di mobil dan kini sedang menelepon Raiga. Setelah masalah Lea selesai hubungan mereka masih sangat harmonis. Riaga sendiri kini sudah tidak bekerja di rumah sakit karena fokus mengurus klinik bersalin miliknya sendiri.“Apa kakak sibuk? Aku sudah mengantar Lea ke apartemen kak Zie. Bagaimana kalau kita keluar untuk makan siang bersama?” tanya Yura.Dia seberang sana, Raiga tampak memulas senyum bahagia sambil membubuhkan tanda tangan ke berkas yang dipegang oleh perawat.“Tentu, aku tidak mungkin menolak ajakan makan siang dari wanita —yang selalu bisa membuatku merasa menjadi pria paling beruntung di dunia," jawabnya merayu.Yura pun tertawa mendengar ucapan Raiga, pria itu senang sekali menggombal dan membuat hatinya berbunga-bunga. Jika dipikir lagi, mungkin ini adalah hikmah dari kejadian yang menimpa rumah tangga mereka. Bukannya renggang hubungan keduanya malah ber
Hari berikutnya, baik Yura dan Zie terlihat sudah bisa menjaga perasaan dan sikap masing-masing. Keduanya bertatap muka meski tidak saling sapa, tapi tidak seemosi semalam. “Mama.” Lea langsung mendekat ke Yura, bahkan langsung memeluk wanita itu. Zie sedikit iri melihat hal itu, tapi dia mencoba menahan diri meski ada rasa sesak yang tak terelakkan melihat Lea yang memeluk Yura penuh kasih sayang. “Lea mau mandi, sambil main busa,” celoteh anak itu. Yura pun mengangguk sambil tersenyum, dia kemudian menggandeng Lea untuk pergi mandi, sedangkan Zie hanya bisa memandangi keduanya, tanpa bisa berbuat apa-apa karena takut membuat Lea sedih. Saat sudah berkumpul untuk sarapan bersama, mereka bersikap wajar meski wajah mereka terlihat begitu tegang. “Aku minta izin untuk bermain dengan Lea sebentar, Kak. Setelah itu baru kita bicara,” ujar Yura ke Zie. Ia memulas senyum tipis saat sang kakak ipar menganggukkan kepala tanda setuju. Yura pun mengajak Lea ke halaman samping. Dia sama se
Raiga tidak bisa berkata-kata saat Sean menghajarnya. Seolah pasrah, Raiga membiarkan kakaknya itu memukul wajahnya bertubi-tubi. Zie hanya diam dan Yura pun masih syok sekaligus bingung. Tak tinggal diam, Daniel mencoba melerai dan menjauhkan Sean yang masih memukuli Raiga. “Sudah, kalian seharusnya tenang! Kasihan Lea jika tahu kalian begini. Seharusnya kalian bicara baik-baik agar Lea tidak terkejut atau bingung dengan fakta sebenarnya,” ujar Daniel yang tidak berniat membela salah satu dan berusaha menjadi penengah. Sean pun akhirnya menjauh dari Raiga, tapi tatapan pria itu jelas masih penuh amarah. “Kalian menginaplah di sini dulu. Besok setelah kalian sedikit tenang, kita bicarakan lagi masalah ini dengan baik-baik, serta memikirkan bagaimana ke depannya,” ujar Daniel ke Zie dan Sean. Sean melirik Zie yang mengangguk tanda setuju dengan ide Daniel, hingga akhirnya mereka pun menginap di sana malam itu. Lea sendiri tidur dengan Keenan, Daniel, dan Ghea agar tidak lagi terjad
Setelah menembus jalanan yang sedikit sepi, Sean dan Zie pun sampai di rumah Daniel. Di sana Yura menyambut hangat mereka, meski Zie dan Sean hanya memasang wajah datar.“Ken, ajak Lea main di kamarnya, ya,” pinta Sean ke sang putra.Keenan pun mengangguk, sedangkan Ghea langsung mengajak dan menemani keduanya pergi ke kamar yang terdapat di lantai atas.“Ra, kita perlu bicara!” ujar Sean.Yura bingung karena sikap Sean dan Zie yang berbeda, apalagi Zie terlihat sedih, hingga kemudian membiarkan saja Keenan dan Lea pergi ditemani sang mertua, sedangkan dia ikut Sean dan yang lain ke ruang keluarga untuk bicara.Mereka kini sudah duduk bersama, Yura sendiri menangkap gelagat aneh dari kakak iparnya.“Kami ingin membicarakan sesuatu. Meskipun menyakitkan, tapi kamu harus tahu kalau Raiga selama ini memiliki kebohongan besar,” ujar Sean sambil memberikan ekspresi wajah datar.Yura mencoba menyiapkan hati dengan hal yang akan didengar selanjutnya, meskipun tangannya kini sudah terlihat g
Hari itu adalah hari Yura wisuda. Binar kebahagiaan tampak jelas di wajahnya. Apalagi Raiga datang ke sana bersama Lea. Bocah itu memakai kebaya yang mirip dengannya, Daniel dan Ghea juga hadir sebagai orangtua. Mereka begitu bahagia melihat Yura yang akhirnya bisa menyelesaikan study-nya.Setelah acar seremonial selesai, mereka pun berfoto bersama, Yura terlihat bahagia karena semua orang memberinya selamat, termasuk Lea yang tampak bangga ke prestasi yang diraihnya.“Papa sudah memesan tempat di restoran untuk kita merayakan kelulusan Yura,” ucap Daniel.Yura semakin bahagia karena keluarga sang suami sangat baik, tidak pernah membedakan antara anak dan mantu. Namun, saat tiba di restoran dan sampai waktu makan tiba, Zie, Sean, dan Keenan tidak terlihat di sana, tentu saja hal itu membuat Yura bertanya-tanya.“Apa Kak Sean dan Kak Zie tidak Papa undang?” tanya Yura. “Sean sibuk dan Zie juga, jadi mereka tidak bisa datang," jawab Raiga membuat alasan.Yura pun memaklumi, hingga kem