“Sekretaris kak Jeremy sangat tampan, namanya Peter. Aku sempat berkencan dengannya dulu, tapi saat dia menyatakan cinta aku menolak. Bodoh! harusnya aku nikahi saja dia, aku yakin sekarang pasti hidup bahagia dan anak kami sudah TK.”Zie terkekeh kecil, tapi tidak dengan Sean yang memasang muka datar terkesan dingin. Zie dibuat salah tingkah dengan tatapan mata pria itu, beruntung tak lama pintu kamar terbuka. Dia kaget karena Marsha datang bersama Jeremy, wanita itu menggendong bayinya yang lahir di hari itu juga.“Zie, bagaimana keadaanmu? Dapat berapa jahitan dari Rai?”Pertanyaan absurd Marsha membuat pipi Zie merona menahan malu. Ia tidak ingin pikiran dua pria dewasa yang sedang berada di kamar perawatannya ini sampai ke mana-mana. “Tidak tahu, aku tidak tanya,”jawab Zie mencoba memotong perbincangan aneh itu dengan sahabatnya.“Lihat! jagoan Mami udah punya teman. Tuh … namanya … “ Marsha berhenti bicara, dia membaca dengan seksama papan identitas bayi yang terpasang di box.
Ada yang bilang waktu akan terasa cepat saat kamu memiliki anak. Sepertinya Zie mengalami hal itu sekarang, dia merasa takjub melihat Ken yang sudah mulai berguling dan bahkan bisa tertawa saat diajak bercanda. Bayi tampan itu kini sudah berumur lima bulan, dan setiap jam makan siang Zie akan pulang untuk melihat keadaan putranya.Ken seperti menjadi penyemangat dan hiburan bagi orang-orang, pipinya yang gembul dan wajahnya yang imut membuat siapapun pasti gemas dan ingin menciumnya. Bahkan Ghea dan Gia selalu berebut untuk mengajak cucunya itu menginap di rumah.Seperti saat ini, Zie lagi-lagi harus menghadapi situasi membingungkan. Dua wanita yang dia panggil dengan sebutan mama itu meminta Ken untuk menginap minggu ini.“Katanya kamu ada acara, Zie. Biar Mama yang menjaga Ken, Ya! Mama akan membawanya menginap di rumah.” Ghea tak ingin kalah dari Gia. Mendapati mantan besannya itu berada di dapur utuk mengambilkan Zie minum, membuatnya mencuri start untuk meminta izin.“Terserah s
Setelah pulang dari rumah Zie, Ghea terus memasang muka masam. Ia bersedekap dada sambil menatap ke televisi yang menyala. Bukannya menonton acara yang sedang ditayangkan, Ghea malah berpikir ingin mengomeli Sean. Ia tahu putranya itu terlalu kaku seperti sapu ijuk yang biasa dipakai pembantunya untuk menyapu halaman belakang.“Apa aku harus pura-pura kejam, bagaimana kalau merebut hak asuh Keenan? Kalau Zie masih ingin bersama putranya dia harus menikah lagi dengan Sean.”Pikiran Ghea mirip seperti cerita sinetron yang pernah dia bintangi saat masih aktif menjadi artis dulu. Banyak skenario yang bisa dia ajukan ke Daniel. Ya, sang suami pasti akan membantunya selama itu membuat Sean dan Zie bersatu.“Atau, aku pura-pura sekarat saja dan meminta mereka rujuk kembali?”Ghea masih larut ke dalam ide anehnya saat Sean datang, melihat sang mama komat-kamit sendiri, Sean pun mendekat dan menyapa.“Ma!”“Ah… Sean, sudah pulang.”“Hem … Mama kenapa? apa ada masalah?”“Masalahnya adalah kamu
Zie terus memulas senyum, apalagi saat beberapa tamu menatap ke arahnya dan Surya. Ia disambut ramah orangtua pria yang sejak lama menaruh hati padanya itu. Pak Sinar dan Bu Novita terlihat senang karena Zie bisa datang ke acara mereka, meskipun tanpa Airlangga dan Gia yang tak ikut serta.“Bagaimana kabar Ken sekarang?” tanya Novita saat mereka berbincang bersama.“Baik, dia juga sehat, tingkahnya semakin banyak,” jawab Zie sambil mengulas senyum ramah.“Syukurlah. Di usianya sekarang, dia pasti sangat menggemaskan,” ujar Novita sambil tertawa.Zie mengangguk dengan senyum yang tak hilang dari wajah, sedangkan Surya sesekali memperhatikan Zie yang berdiri di sampingnya.“Maaf ya Om, Tante kalau papa dan mama tidak bisa hadir, mereka sedang ada urusan yang tidak bisa ditinggalkan,” ucap Zie sedikit sungkan.“Tidak apa-apa, yang terpenting kamu datang,” balas Novita dan langsung diamini anggukan oleh Sinar dan Surya.“Tamu Tante datang lagi, kamu nikmatilah pestanya bersama Surya,” uca
Sementara itu Zie masuk ke kamar tidur yang ditempatinya dan sang putra, di sana melihat Sean yang tidur di sebelah Ken. Putranya itu bahkan memiringkan badan seperti sudah berusia balita. “Apa di aitu bayi?” gumam Zie.Ia tatap Sean dan Ken tidur dengan pulas dan memilih mengambil pakaian ganti, kemudian keluar kamar untuk berganti pakaian di kamar tamu.Saat baru saja akan masuk ke kamar tamu. Tanpa sengaja, Zie bertemu dengan Gia yang ternyata belum tidur.“Kamu sudah pulang, bagaimana tadi pestanya?” tanya Gia.“Menyenangkan,” jawab Zie. “Orangtua Surya bilang, kapan-kapan mau mengajak keluarga kita makan malam bersama.”Gia tak merespon, dia hanya memindai paras Zie. Tak habis pikir putri cantiknya itu berstatus janda. Gia tahu kalau putrinya itu masih menutup diri setelah bercerai dari Sean.“Zie, apa mungkin kamu ingin mencoba membuka hati untuk pria lain?” tanya Gia. Sebagai seorang ibu, dia tentu ingin anaknya bahagia.Zie hanya memandang Gia tanpa menjawab, dia lebih memili
“Anak ganteng, cucu Oma. Oma pulang dulu ya sayang.”Ghea yang sejak tadi menggendong Ken menyerahkan cucunya itu ke Zie. Seperti hari-hari sebelumnya, Ghea dan Daniel akan pulang setelah sarapan dulu di sana. Namun, kali ini Zie sadar ada yang berbeda dari sang mantan mertua. Ghea hanya memulas senyum padanya sebelum masuk ke dalam mobil.Tak ingin diambil hati, Zie membalas senyuman Gia dengan senyuman juga, tak lupa dia angkat tangan kanan Ken lalu membuat gerakan kecil dan berkata ‘dada Oma, sampai ketemu lagi’.Ghea mengangguk, dia yang datang terpisah dengan Sean memilih pulang lebih dulu, sedangkan putranya itu menyusul.Tahu bahwa Sean juga akan pulang, Airlangga dan Gia pamit masuk ke dalam, meninggalkan ke tiga orang itu di teras depan. Mereka saling melempar tatapan, sadar akan sikap Ghea yang sedikit berubah sejak sarapan bersama tadi.“Apa ada yang salah?”“Tidak tahu, kamu kemarin tidak salah bicara ‘kan?” Airlangga balas bertanya karena sama seperti sang istri, dia juga
Satu minggu kemudian, Sean merasa semesta seperti berpihak padanya. Udara hari itu terasa sangat sejuk, matahari bersinar tapi tidak terlalu panas. Benar-benar hari yang cocok untuk pergi piknik.Sean melajukan mobil sambil bersenandung mendengarkan lagu dari audio kendaraan. Hatinya terasa riang, tak pernah dia bersemangat pergi liburan padahal hanya piknik ke kebun binatang. Hingga sesuatu yang janggal dia rasakan, sesampainya di rumah Zie dia dikejutkan dengan keberadaan satu unit mobil van besar di halaman.Sean turun dan mencoba melihat milik siapa kendaraan berwarna putih itu, sampai dia mendengar suara mirip dengan petasan banting memanggil namanya. Sean memejamkan mata, ingin rasanya dia putar balik dan pergi dari sana.“Zie, kenapa dia mengajak Marsha,”gerutu Sean di dalam hati. Ternyata tak hanya Marsha dan Kenzio, Sera juga Jeremy ada di sana. Sean tak percaya Zie akan mengajak pasukan untuk pergi piknik bersama.“Aku sewakan van ala-ala agar kita bisa merasakan sensasi pi
“Jangan-jangan itu kamu!”Tuduhan Marsha tepat mengenai sasaran, Sean gelagapan karena tidak bisa langsung menjawab ucapannya barusan. Ingin menggeleng berarti berbohong, tapi mengangguk tanpa membela diri sama saja bunuh diri.“Kamu ingin mengajak Zie dan Ken piknik ke kebun binatang, apa tebakanku salah?” cecar Marsha.Sean semakin tersudut, hingga mau tak mau dia menjawab 'iya'. "Apa? Kamu membeli semua tiket kebun binatang, Sean? Zie melongo, rahangnya bahkan bisa terlepas jika dia terus menganga. Zie tidak percaya Sean akan melakukan itu tanpa bicara kepadanya lebih dulu. "Sean, kenapa tidak bilang?" Perasaan Zie campur aduk tak karuan, bukan hanya menyesalkan uang yang sudah dikeluarkan, tapi juga menyayangkan sikap Sean yang belum berubah sama sekali, tak pernah berterus terang atau mengatakan apa yang dipikirkan. "Minta kembali uangmu ppkn, batalkan reservasinya!" titah Zie. "Tidak, biarkan saja."Sean tak acuh, dia letakkan alat pemanggang kemudian pergi begitu saja. "