"Zie, pelan-pelan!" Sean memberi peringatan ke sang istri yang tergesa berlari menuju halaman rumah. Zie bahkan meletakkan piring makan Keenan hanya untuk menyambut seseorang yang saat ini sedang menunggunya di depan.Beberapa menit yang lalu Yura menghubungi dan menanyakan apakah Zie sibuk, dia ingin menitipkan Lea karena ada urusan mendadak. Yura tak sampai hati meninggalkan Lea bersama pembantu. Apa lagi sang mertua juga sedang tidak berada di rumah. Yura juga sudah meminta izin ke Raiga dan suaminya itu setuju menitipkan sang putri ke kakak iparnya. "Mama Ji!" Suara renyah Lea membuat senyuman dan langkah kaki Zie semakin ringan untuk mendekat ke mobil Yura yang terparkir di depan gerbang. Tampak Yura membukakan pintu dan tak lupa mengeluarkan tas kecil milik Lea yang diletakkan di kursi belakang. Bocah perempuan itu langsung memeluk kaki Zie, senyumannya begitu lebar hingga membuat siapapun yang melihat pasti sudah bisa menebak seberapa dekat mereka. Sebagai balasan Zie mengu
Semua orang mungkin bisa menebak bagaimana perasaan Yura sekarang. Wanita itu kini sedang duduk di sebuah kafe menunggu kedatangan mantan pengawal yang akan menjadi ibu tirinya. Yura merasa dikhianati, bagaimana bisa papanya yang sudah puluhan tahun berumah tangga, bisa dengan mudah mengganti posisi sang mama dalam waktu tiga tahun.Amira —sosok yang dulu sering dia suruh-suruh dan marahi, tiba-tiba saja akan menjadi ibunya. Yura tertawa penuh ironi. Ia berpikir Amira pasti hanya ingin memanfaatkan harta dan pangkat yang dimiliki sang papa.Tak terasa Yura sudah menunggu hampir lima belas menit sampai Amira menampakkan batang hidungnya. Mantan pengawalnya itu mengenakan parka panjang untuk menutupi seragam yang dikenakan.“Apa sudah lama?” Tanya Amira.Yura tak menjawab, dia fokus memindai penampilan sang lawan bicara dari ujung rambut sampai ujung kaki. Yura tak mungkin mencibir Amira, dia sudah tak seperti Yura yang dulu. Masalah demi masalah yang sudah dia lewati, juga gelar ibu ya
“Ken, itu tidak baik. Apa yang kamu lakukan ke Lea itu tidak mencerminkan sikap ke saudara. Lea jadi sedih ‘kan tadi?” Sean bicara dengan nada tegas.Zie tak mau memarahi sang putra, dia takut Keenan semakin berpikir dirinya pilih kasih dan malah membuat anak itu semakin benci. Zie juga tidak meminta Sean untuk menegur Keenan seperti ini, tapi Sean dengan sendirinya menasehati.Bukan tanpa alasan Sean bicara lantang. Ini karena Lea menangis saat dijemput Yura dan Raiga tadi, tidak ada kekerasan fisik yang Keenan lakukan. Hanya saja, putranya itu terus mendiamkan dan tidak mengajak Lea bermain.“Aku tidak suka sama dia,” ketus Keenan.Sean yang sedang mengendarai mobil hampir menoleh dan memarahi sang putra. Namun, Zie lebih dulu menahan lengannya dan menggeleng.“Ken, katakan pada Mama apa yang membuatmu tidak menyukai Lea! Jika hanya karena perhatian Mama kemungkinan besar kita sedang salah paham. Lea itu anak uncle Rai dan onty Yura, jadi mana mungkin Mama lebih sayang Lea dibanding
Yura yang selama ini tidak pernah berbohong ke Raiga merasakan tekanan yang sangat besar hari itu. Ia menitipkan Lea ke sang suami, lantas meminta izin ke kampus mengurus wisuda.Sebenarnya Raiga berniat untuk mengantar tadi, tak mengapa bagi pria itu untuk menunggu sang istri sampai selesai dengan urusannya. Ia dan Lea bisa pergi ke taman atau membeli es krim. Namun, Yura menolak dengan alasan dia takut Lea tidak nyaman dan rewel. Ia juga belum tahu berapa lama urusannya di kampus akan selesai.Yura akhirnya lega saat bisa pergi dari halaman rumah sambil mengendarai mobil. Ia membuang napas panjang dari mulut. Hari itu dia memantapkan diri memeriksakan kandungan ke Dokter spesialis. Yura bahkan sengaja pergi ke kota sebelah agar tidak ada dokter kandungan atau rekan kerja Raiga yang mengenali. Yura juga sudah memastikan bahwa dokter kandungan yang akan dia temui tidak mengenal dirinya.Setelah menyetir hampir dua jam. Yura akhirnya sampai. Ia memarkirkan mobil di halaman sebuah klini
Jejak air mata yang tertinggal tidak bisa Yura sembunyikan begitu saja. Sesampainya di rumah dia langsung menyapa Lea, menggendong anak itu dan mengajaknya bercanda. Namun, Raiga bisa melihat dengan jelas bahwa dirinya tidak baik-baik saja. Tak ingin langsung bertanya, Raiga menyusul Yura ke atas, mendapati Yura membawa putrinya ke kamar, dia pun membiarkan sang istri menidurkan Lea lebih dulu, sambil bertanya-tanya di dalam hati apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa wajah Yura sangat sedih setelah kembali dari kampus.Raiga duduk di ruang kerjanya. Ia menyalakan laptop dan sedang melihat rancangan bangunan klinik miliknya yang sebentar lagi akan selesai dibangun, saat tiba-tiba dia ingat Yura ingin melakukan program hamil lagi."Apa sudah saatnya aku mengatakan kebenarannya ke Yura?" gumam Raiga. Pria itu termenung beberapa saat sampai pintu ruang kerjanya di ketuk.Yura menjulurkan kepala. Wanita itu memulas senyuman manis dan bertanya," Apa kakak sudah makan siang?"Raiga malah ters
“Aku tidak percaya Rai bisa menyembunyikan hal seperti ini dari Yura.”Seperti malam-malam sebelumnya. Sean dan Zie selalu menyempatkan diri melakukan pillow talk. Dari sekadar membahas pekerjaan, sampai fokus ke perkembangan Keenan. Namun, malam itu agaknya berbeda, karena mereka membicarakan Yura yang baru saja mengadu ke Zie tentang apa yang disembunyikan sang suami selama tiga tahun ini.“Sepertinya aku paham kenapa Rai melakukan itu, aku bukan sedang membelanya sebagai kakak, tapi jika berada di posisinya, aku juga akan melakukan hal yang sama,”ucap Sean. Ia membelai rambut Zie yang sedang bersandar di pundaknya.“Hari itu aku kehilangan seorang anak, dan Yura kehilangan rahimnya,” balas Zie. Tatapannya menerawang, dia diam beberapa saat sebelum kembali bicara. “Aku mungkin masih bisa mengandung lagi, tapi Yura tidak bisa. Aku saja merasa sangat sedih, apalagi Yura.”Sean mengusap lengan Zie lalu mencium keningnya dalam-dalam. Ia tahu wanita itu pasti teringat kembali akan putri
Pagi itu, Daniel memandang keluar jendela hotel yang sedang dia tempati bersama Ghea. Beberapa tahun belakangan pria itu memang lebih sering pergi mengunjungi negara-negara yang belum pernah istrinya datangi. Namun, tanpa anak-anaknya tahu diam-diam Daniel mencurigai sesuatu. Hal yang mengusik ketenangan pria itu berasal dari putra bungsunya sendiri - Raiga. Meski Raiga meminta pengangkatan rahim Yura dirahasiakan, tapi hal itu tidak bisa disembunyikan dari Daniel. Ia mendengar dari adik iparanya yang merupakan pemilik rumah sakit tempat Yura ditangani. Semua dokter sangat yakin harapan hidup sang bayi sangat tipis, tapi ternyata bayi itu bisa selamat.Daniel pun menarik kesimpulan sendiri. Dua cucu perempuannya lahir di hari yang sama, Zie yang yakin anaknya sehat dan baik-baik saja malah meninggal hari itu, dan Yura yang dalam kondisi luka parah bisa melahirkan anak yang sehat. Sebuah tanda tanya besar bersarang di kepala Daniel. Ia tidak ingin sampai mati belum menemukan jawabann
“Apa menjawab panggilanku begitu susah? Sampai-sampai kamu mengabaikan?” Sean benar-benar marah karena Zie tidak membalas panggilannya dan seperti mengabaikan, apalagi dia harus menghadapi Keenan yang marah dan tantrum.“Bukan begitu.” Zie hendak menjelaskan, tapi Sean seolah tidak peduli.“Kamu seharusnya lebih memedulikan Ken, ketimbang Lea! Kamu tahu jelas mana yang anak kandung dan mana yang bukan.”Sean langsung pergi meninggalkan Zie, kemudian mengajak Keenan berangkat ke sekolah. Zie sendiri hanya bisa diam memegangi kening, merasa sangat bersalah karena semalam mengabaikan Keenan, dan putranya itu kini tampak marah kepadanya.Sean mengantar Keenan ke sekolah sampai memastikan putranya itu masuk, sebelum kemudian kembali melajukan mobil menuju ke perusahaan. Sean masih merasa kesal, hingga ponselnya yang ada di dashboard berdering dan nama Kimi terpampang di sana.“Halo tante,” jawab Sean.“Sean, kamu jangan lupa hari ini harus melakukan check up rutin,” ucap Kimi dari seberan
Hari itu Sean dan Zie menemani Lea bermain bersama Keenan di taman. Putra dan putri mereka itu tampak bermain prosotan juga ayunan bersama. Zie duduk tidak jauh dari mereka, dia sangat bahagia melihat Keenan dan Lea yang begitu akur. “Yura masih bersikeras tidak mau melihat kondisi ayahnya. Dia tampaknya sekarang benar-benar tidak peduli,” ucap Zie dengan tatapan tertuju ke Keenan dan Lea. Sean menghela napas kasar, hingga kemudian membalas, “Yura masih menganggap kalau kecelakaan yang menimpanya dulu memang disengaja. Sampai sekarang Yura juga sangat yakin jika pak Aris memang dalangnya, padahal yang sebenarnya itu murni kecelakaan. Kakaknya saja yang sengaja membuat isu itu agar Yura membenci papanya, kemudian pergi dan tidak mengharapkan warisan karena terlanjur benci.” Sean menjelaskan panjang lebar akan fakta yang memang diketahuinya. “Hem … tapi Yura sebenarnya juga sudah tahu, dan dia bilang tidak butuh warisan. Buatnya yang terpenting bisa hidup tenang dan Raiga terus mencin
Setelah perbincangan malam itu, hari berikutnya Yura dan Raiga pun menemui Mita yang sudah kembali masuk penjara. Di sana mereka bicara di ruang khusus yang memang disediakan untuk menjenguk narapidana.“Kami sengaja ke sini karena ingin meminta izin darimu. Kami berniat mengadopsi bayimu,” ujar Yura menyampaikan maksud kedatangannya dan sang suami, sesuai dengan apa yang sudah mereka sepakati.Mita terkejut mendengar ucapan Yura, bahkan menatap mantan teman kuliahnya itu seolah tidak percaya.“Aku akan meminta pengacara untuk menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan. Kami juga akan memberimu sejumlah uang, agar nanti saat kamu keluar dari penjara, kamu bisa memulai hidup baru yang lebih baik,” ucap Raiga.“Kamu harus berjanji, tidak akan pernah bertanya, mendekati, atau berpikir untuk melihat anak itu lagi, setelah kamu setuju untuk melimpahkan hak asuhnya kepada kami.”Raiga sengaja menegaskan agar Mita tidak sembrono dan dikemudian hari mengakui anak itu sebagai anaknya.Mita hany
“Tapi memangnya Lea boleh punya adik?” tanya Lea ke Yura, dia menatap wanita itu penuh harap.Yura menoleh Ghea, hingga kemudian mencoba memanfaatkan keinginan Lea untuk membujuk Raiga.“Kalau gitu ngomong ke papa, bilang Lea mau bayi ini jadi adik Lea. Gimana?” Yura mencoba memprovokasi karena mungkin jika Lea yang meminta hasilnya akan berbeda.Lea terlihat senang, hingga kemudian kembali menatap bayi Mita.Raiga baru saja selesai menangani pasien, dia cukup terkejut melihat Yura, Ghea, dan Lea di sana, karena mereka tidak mengatakan jika akan berkunjung ke klinik.“Papa.” Lea langsung berlari ke arah Raiga, kemudian meminta gendong.Raiga pun senang, dia menggendong Lea bahkan mencium pipi bocah itu penuh kasih sayang.“Kenapa kalian tidak memberi tahu kalau mau ke sini?” tanya Raiga sambil menggendong Lea. “Hanya kebetulan mampir, sekalian mau melihat bayinya Mita, katanya ada di sini,” jawab Ghea.Raiga menoleh ke bayi Mita yang tampak menggeliat di dalam box, kemudian kembali me
“Harusnya kita makan siang bukan makan sore seperti ini.” Raiga tampaknya merasa kasihan ke Yura yang harus menunggu dia membantu persalinan Mita tadi. “Tidak apa-apa, aku masih bisa menahan rasa lapar, lagipula aku senang melihat kakak bisa membantu persalinan ibu hamil dengan selamat.” Yura tersenyum lebar. Ia bahkan menyodorkan sendok ke depan mulut Raiga, dan pria itu tanpa ragu menerima suapannya. “Polisi tadi datang ‘kan?” Tanya Raiga. Masalah Mita sepertinya menjadi topik yang menarik untuk mereka bahas. Baik Raiga dan Yura tak menyangka kalau Mita berujung menjadi PSK dan hamil anak salah satu pelanggannya. Karena membahas soal bayi yang baru saja dilahirkan wanita itu, Yura pun memberanikan diri untuk bertanya bagaimana kalau mereka mengadopsi seorang bayi. Bukankah banyak anak yang butuh orangtua asuh di luaran sana. “Bagaimana menurut kakak? Apa kita harus mengadopsi anak?” Mendengar pertanyaan itu, pikiran Raiga pun langsung tertuju ke Mita. Mungkinkah Yura ingin men
Enam Bulan KemudianHari itu Yura baru saja mengantar Lea yang kemarin menginap bersamanya ke rumah Zie. Dia berada di mobil dan kini sedang menelepon Raiga. Setelah masalah Lea selesai hubungan mereka masih sangat harmonis. Riaga sendiri kini sudah tidak bekerja di rumah sakit karena fokus mengurus klinik bersalin miliknya sendiri.“Apa kakak sibuk? Aku sudah mengantar Lea ke apartemen kak Zie. Bagaimana kalau kita keluar untuk makan siang bersama?” tanya Yura.Dia seberang sana, Raiga tampak memulas senyum bahagia sambil membubuhkan tanda tangan ke berkas yang dipegang oleh perawat.“Tentu, aku tidak mungkin menolak ajakan makan siang dari wanita —yang selalu bisa membuatku merasa menjadi pria paling beruntung di dunia," jawabnya merayu.Yura pun tertawa mendengar ucapan Raiga, pria itu senang sekali menggombal dan membuat hatinya berbunga-bunga. Jika dipikir lagi, mungkin ini adalah hikmah dari kejadian yang menimpa rumah tangga mereka. Bukannya renggang hubungan keduanya malah ber
Hari berikutnya, baik Yura dan Zie terlihat sudah bisa menjaga perasaan dan sikap masing-masing. Keduanya bertatap muka meski tidak saling sapa, tapi tidak seemosi semalam. “Mama.” Lea langsung mendekat ke Yura, bahkan langsung memeluk wanita itu. Zie sedikit iri melihat hal itu, tapi dia mencoba menahan diri meski ada rasa sesak yang tak terelakkan melihat Lea yang memeluk Yura penuh kasih sayang. “Lea mau mandi, sambil main busa,” celoteh anak itu. Yura pun mengangguk sambil tersenyum, dia kemudian menggandeng Lea untuk pergi mandi, sedangkan Zie hanya bisa memandangi keduanya, tanpa bisa berbuat apa-apa karena takut membuat Lea sedih. Saat sudah berkumpul untuk sarapan bersama, mereka bersikap wajar meski wajah mereka terlihat begitu tegang. “Aku minta izin untuk bermain dengan Lea sebentar, Kak. Setelah itu baru kita bicara,” ujar Yura ke Zie. Ia memulas senyum tipis saat sang kakak ipar menganggukkan kepala tanda setuju. Yura pun mengajak Lea ke halaman samping. Dia sama se
Raiga tidak bisa berkata-kata saat Sean menghajarnya. Seolah pasrah, Raiga membiarkan kakaknya itu memukul wajahnya bertubi-tubi. Zie hanya diam dan Yura pun masih syok sekaligus bingung. Tak tinggal diam, Daniel mencoba melerai dan menjauhkan Sean yang masih memukuli Raiga. “Sudah, kalian seharusnya tenang! Kasihan Lea jika tahu kalian begini. Seharusnya kalian bicara baik-baik agar Lea tidak terkejut atau bingung dengan fakta sebenarnya,” ujar Daniel yang tidak berniat membela salah satu dan berusaha menjadi penengah. Sean pun akhirnya menjauh dari Raiga, tapi tatapan pria itu jelas masih penuh amarah. “Kalian menginaplah di sini dulu. Besok setelah kalian sedikit tenang, kita bicarakan lagi masalah ini dengan baik-baik, serta memikirkan bagaimana ke depannya,” ujar Daniel ke Zie dan Sean. Sean melirik Zie yang mengangguk tanda setuju dengan ide Daniel, hingga akhirnya mereka pun menginap di sana malam itu. Lea sendiri tidur dengan Keenan, Daniel, dan Ghea agar tidak lagi terjad
Setelah menembus jalanan yang sedikit sepi, Sean dan Zie pun sampai di rumah Daniel. Di sana Yura menyambut hangat mereka, meski Zie dan Sean hanya memasang wajah datar.“Ken, ajak Lea main di kamarnya, ya,” pinta Sean ke sang putra.Keenan pun mengangguk, sedangkan Ghea langsung mengajak dan menemani keduanya pergi ke kamar yang terdapat di lantai atas.“Ra, kita perlu bicara!” ujar Sean.Yura bingung karena sikap Sean dan Zie yang berbeda, apalagi Zie terlihat sedih, hingga kemudian membiarkan saja Keenan dan Lea pergi ditemani sang mertua, sedangkan dia ikut Sean dan yang lain ke ruang keluarga untuk bicara.Mereka kini sudah duduk bersama, Yura sendiri menangkap gelagat aneh dari kakak iparnya.“Kami ingin membicarakan sesuatu. Meskipun menyakitkan, tapi kamu harus tahu kalau Raiga selama ini memiliki kebohongan besar,” ujar Sean sambil memberikan ekspresi wajah datar.Yura mencoba menyiapkan hati dengan hal yang akan didengar selanjutnya, meskipun tangannya kini sudah terlihat g
Hari itu adalah hari Yura wisuda. Binar kebahagiaan tampak jelas di wajahnya. Apalagi Raiga datang ke sana bersama Lea. Bocah itu memakai kebaya yang mirip dengannya, Daniel dan Ghea juga hadir sebagai orangtua. Mereka begitu bahagia melihat Yura yang akhirnya bisa menyelesaikan study-nya.Setelah acar seremonial selesai, mereka pun berfoto bersama, Yura terlihat bahagia karena semua orang memberinya selamat, termasuk Lea yang tampak bangga ke prestasi yang diraihnya.“Papa sudah memesan tempat di restoran untuk kita merayakan kelulusan Yura,” ucap Daniel.Yura semakin bahagia karena keluarga sang suami sangat baik, tidak pernah membedakan antara anak dan mantu. Namun, saat tiba di restoran dan sampai waktu makan tiba, Zie, Sean, dan Keenan tidak terlihat di sana, tentu saja hal itu membuat Yura bertanya-tanya.“Apa Kak Sean dan Kak Zie tidak Papa undang?” tanya Yura. “Sean sibuk dan Zie juga, jadi mereka tidak bisa datang," jawab Raiga membuat alasan.Yura pun memaklumi, hingga kem