Pagi itu, Daniel memandang keluar jendela hotel yang sedang dia tempati bersama Ghea. Beberapa tahun belakangan pria itu memang lebih sering pergi mengunjungi negara-negara yang belum pernah istrinya datangi. Namun, tanpa anak-anaknya tahu diam-diam Daniel mencurigai sesuatu. Hal yang mengusik ketenangan pria itu berasal dari putra bungsunya sendiri - Raiga. Meski Raiga meminta pengangkatan rahim Yura dirahasiakan, tapi hal itu tidak bisa disembunyikan dari Daniel. Ia mendengar dari adik iparanya yang merupakan pemilik rumah sakit tempat Yura ditangani. Semua dokter sangat yakin harapan hidup sang bayi sangat tipis, tapi ternyata bayi itu bisa selamat.Daniel pun menarik kesimpulan sendiri. Dua cucu perempuannya lahir di hari yang sama, Zie yang yakin anaknya sehat dan baik-baik saja malah meninggal hari itu, dan Yura yang dalam kondisi luka parah bisa melahirkan anak yang sehat. Sebuah tanda tanya besar bersarang di kepala Daniel. Ia tidak ingin sampai mati belum menemukan jawabann
“Apa menjawab panggilanku begitu susah? Sampai-sampai kamu mengabaikan?” Sean benar-benar marah karena Zie tidak membalas panggilannya dan seperti mengabaikan, apalagi dia harus menghadapi Keenan yang marah dan tantrum.“Bukan begitu.” Zie hendak menjelaskan, tapi Sean seolah tidak peduli.“Kamu seharusnya lebih memedulikan Ken, ketimbang Lea! Kamu tahu jelas mana yang anak kandung dan mana yang bukan.”Sean langsung pergi meninggalkan Zie, kemudian mengajak Keenan berangkat ke sekolah. Zie sendiri hanya bisa diam memegangi kening, merasa sangat bersalah karena semalam mengabaikan Keenan, dan putranya itu kini tampak marah kepadanya.Sean mengantar Keenan ke sekolah sampai memastikan putranya itu masuk, sebelum kemudian kembali melajukan mobil menuju ke perusahaan. Sean masih merasa kesal, hingga ponselnya yang ada di dashboard berdering dan nama Kimi terpampang di sana.“Halo tante,” jawab Sean.“Sean, kamu jangan lupa hari ini harus melakukan check up rutin,” ucap Kimi dari seberan
Setelah kejadian Keenan yang marah. Zie akhirnya memutuskan untuk tidak menjenguk Lea lagi. Seperti hari ini, dia hanya di rumah dan menemani Keenan untuk menyenangkan perasaan putranya itu.Zie sedang menemani Keenan menggambar di kamar. Dia begitu perhatian dan mengarahkan anak itu saat akan membubuhkan warna.“Ma, kapan Oma dan Opa pulang?” tanya Keenan sambil fokus mewarnai.“Mama belum tanya. Apa kamu mau melakukan video call sama Oma dan Opa untuk tanya langsung?” tanya Zie menawari.Keenan menggelengkan kepala, kemudian menjawab, “Ga usah, nanti juga kalau mereka pulang, Ken diminta datang karena mau dikasih oleh-oleh.”Zie tertawa mendengar jawaban Keenan, kemudian kembali mengarahkan anaknya menggambar, hingga mendengar suara pintu apartemen terbuka dan menoleh.Kenan langsung melompat turun dari kursi karena tahu jika yang datang adalah sang papa, hal ini membuat Zie sampai terkejut karena Keenan sangat aktif.“Kamu sedang apa, hem?” tanya Sean sambil menggendong Keenan.“Men
Daniel mencoba menenangkan Ghea yang masih syok. Semua orang masih tidak percaya jika Raiga bisa berbuat setega ini kepada kakaknya sendiri.“Kenapa Raiga melakukan ini?” Ghea benar-benar masih tak percaya putranya yang berhati hangat bisa sampai menukar bayi.“Sudah, kamu harus bisa menenangkan diri dan mengontrol emosi. Saat kita sampai rumah nanti, jangan tunjukkan emosimu agar Raiga tidak curiga,” ucap Daniel menasihati.Meski Ghea terpukul, tapi dia berusaha untuk tetap tenang. Kimi dan Richie pun tidak bisa berbuat banyak, mereka juga masih tak menyangka sang keponakan memilih jalan semacam ini.Setelah bertemu Kimi dan Richie dan mengetahui hasil tes DNA itu, Daniel dan Ghea pun pulang ke rumah. Saat sampai, mereka langsung disambut Yura dan Lea.Lea bahkan melompat-lompat kegirangan melihat omanya pulang, bahkan langsung meminta gendong dan disambut hangat oleh Ghea.“Kamu kangen oma, ya?” tanya Ghea sambil mencolek hidung mungil Lea.Bocah itu mengangguk kecil dengan senyum l
“Apa maksudmu? Apa yang baru saja kamu katakan?” tanya Sean setelah pengakuan Raiga. Dia masih belum bisa menerima, meskipun mendengar dengan jelas.“Aku memang menukar anak Zie dan Yura,” jawab Raiga mengulang pengakuannya.Sean terkejut dan begitu emosi, dia berdiri dan menarik bagian kerah baju Raiga ingin memukul adiknya itu. Raiga bisa melihat dengan jelas tatapan berapi-api dan emosi yang meluap di mata sang kakak, dia sudah terlanjur jujur dan tentu tidak bisa lagi mengelak.“Jadi maksudmu, Lea adalah anakku dan bayi yang membuat Zie menangis sepanjang waktu karena meninggal, adalah anak Yura?” Sean mencoba menahan amarah dan memastikan. Bahkan meski semua sudah diakui, Sean masih berharap itu tidak benar.Raiga mengangguk, membuat emosi Sean memuncak dan langsung memukul wajahnya hingga jatuh ke lantai. Sean mengunci tubuh Raiga di bawah, kemudian kembali mencengkram kerah baju adiknya itu.Kimi dan Daniel pun terkejut, mereka pun mencoba melerai dan menyingkirkan Sean dari a
Raiga pulang malam hari itu, meski tak fokus dia masih bisa melakukan tugasnya di rumah sakit, setelah semua perbuatannya terbongkar dan membuat Sean marah. Dia melihat Lea yang sudah tidur, lantas naik ke ranjang dan berbaring di samping anak itu. Raiga bahkan mengusap lembut rambut Lea dan mengecup keningnya beberapa kali.Yura yang baru saja keluar dari kamar mandi tampak kaget melihat Raiga yang ternyata sudah pulang. Dia pun mendekat dan duduk di samping sang suami.“Bagaimana hari ini di rumah sakit?” tanya Yura. Ia menempelkan pipinya ke lengan Raiga. Ia tak pernah takut suaminya membawa pulang virus ke rumah, karena setelah memiliki Lea, Raiga selalu mandi sebelum pulang.Raiga pun bangun dan menjawab pertanyaan Yura, “Baik-baik saja.”Ia tersenyum dan bersikap biasa seolah tidak terjadi sesuatu. Raiga bahkan menggenggam tangan Yura lalu memeluknya, tentu saja hal itu membuat wanita itu terkejut.“Ada apa? Apa ada masalah?” tanya Yura.Raiga menggelengkan kepala pelan, kemudia
“Ada apa, hem… apa kamu tidak mau menceritakannya padaku?” tanya Zie karena Sean tak menjawab.Sean menggelengkan kepala pelan, kemudian menjawab, “Tidak ada apa-apa. Raiga sejak tadi sibuk, jadi aku pun tidak banyak bicara karena tahu dia harus menghadapi banyak tamu.”Sean masih tidak mau jujur, dia lebih memilih menampik kecurigaan sang istri. Zie sendiri akhirnya memilih diam, meski dia tidak percaya begitu saja jika tidak ada sesuatu yang terjadi diantara suami dan adik iparnya.Sean pun mengajak Zie membaur dengan yang lain karena merasa tidak enak jika memisahkan diri. Mereka ikut berbincang dengan teman Raiga yang kebanyakan para dokter, dan tamu lain yang memang mereka kenal. Saat Zie sedang berbincang dengan salah satu kenalan, dia baru sadar jika Keenan tidak ada di ruang pesta.“Di mana Keenan.” Zie cemas. Ia menoleh ke kanan dan kiri, lalu memutuskan mencari keberadaan anak itu.Zie mencari di beberapa ruangan, tapi tidak menemukan Keenan, hingga akhirnya dia memutuskan u
Hari itu Sean sengaja mengajak Raiga bertemu di sebuah restoran. Raiga pun datang karena sadar menghindar juga tidak ada gunanya, dan mungkin malah akan semakin memperkeruh suasana, juga memperenggang hubungannya dengan sang kakak, meskipun sebenarnya hal itu sudah terjadi.“Aku sudah menceritakan semuanya ke Zie tentang kebenaran siapa Lea.” Sean bicara tanpa basa-basi ke Raiga. “Dan kamu juga harus mengatakannya ke Yura, tapi pastikan Lea tidak tahu sehingga tidak mempengaruhi psikisnya,” ujar Sean lagi.Raiga terkejut mendengar ucapan Sean, meski seharusnya dia sudah tahu cepat atau lambat ini pasti akan terjadi.“Aku tidak mau Lea bingung dan sedih. Kamu pasti tahu resikonya,” ucap Raiga yang secara tak langsung menolak keinginan Sean agar dirinya jujur.Sean murka mendengar ucapan sang adik, hingga kemudian membentak, “Harusnya kamu pikirkan akibatnya sebelum menukar anakku!”Raiga hanya diam karena memang dia salah. Sean sendiri mencoba menahan diri agar tidak menghajar adiknya