Raiga pulang malam hari itu, meski tak fokus dia masih bisa melakukan tugasnya di rumah sakit, setelah semua perbuatannya terbongkar dan membuat Sean marah. Dia melihat Lea yang sudah tidur, lantas naik ke ranjang dan berbaring di samping anak itu. Raiga bahkan mengusap lembut rambut Lea dan mengecup keningnya beberapa kali.Yura yang baru saja keluar dari kamar mandi tampak kaget melihat Raiga yang ternyata sudah pulang. Dia pun mendekat dan duduk di samping sang suami.“Bagaimana hari ini di rumah sakit?” tanya Yura. Ia menempelkan pipinya ke lengan Raiga. Ia tak pernah takut suaminya membawa pulang virus ke rumah, karena setelah memiliki Lea, Raiga selalu mandi sebelum pulang.Raiga pun bangun dan menjawab pertanyaan Yura, “Baik-baik saja.”Ia tersenyum dan bersikap biasa seolah tidak terjadi sesuatu. Raiga bahkan menggenggam tangan Yura lalu memeluknya, tentu saja hal itu membuat wanita itu terkejut.“Ada apa? Apa ada masalah?” tanya Yura.Raiga menggelengkan kepala pelan, kemudia
“Ada apa, hem… apa kamu tidak mau menceritakannya padaku?” tanya Zie karena Sean tak menjawab.Sean menggelengkan kepala pelan, kemudian menjawab, “Tidak ada apa-apa. Raiga sejak tadi sibuk, jadi aku pun tidak banyak bicara karena tahu dia harus menghadapi banyak tamu.”Sean masih tidak mau jujur, dia lebih memilih menampik kecurigaan sang istri. Zie sendiri akhirnya memilih diam, meski dia tidak percaya begitu saja jika tidak ada sesuatu yang terjadi diantara suami dan adik iparnya.Sean pun mengajak Zie membaur dengan yang lain karena merasa tidak enak jika memisahkan diri. Mereka ikut berbincang dengan teman Raiga yang kebanyakan para dokter, dan tamu lain yang memang mereka kenal. Saat Zie sedang berbincang dengan salah satu kenalan, dia baru sadar jika Keenan tidak ada di ruang pesta.“Di mana Keenan.” Zie cemas. Ia menoleh ke kanan dan kiri, lalu memutuskan mencari keberadaan anak itu.Zie mencari di beberapa ruangan, tapi tidak menemukan Keenan, hingga akhirnya dia memutuskan u
Hari itu Sean sengaja mengajak Raiga bertemu di sebuah restoran. Raiga pun datang karena sadar menghindar juga tidak ada gunanya, dan mungkin malah akan semakin memperkeruh suasana, juga memperenggang hubungannya dengan sang kakak, meskipun sebenarnya hal itu sudah terjadi.“Aku sudah menceritakan semuanya ke Zie tentang kebenaran siapa Lea.” Sean bicara tanpa basa-basi ke Raiga. “Dan kamu juga harus mengatakannya ke Yura, tapi pastikan Lea tidak tahu sehingga tidak mempengaruhi psikisnya,” ujar Sean lagi.Raiga terkejut mendengar ucapan Sean, meski seharusnya dia sudah tahu cepat atau lambat ini pasti akan terjadi.“Aku tidak mau Lea bingung dan sedih. Kamu pasti tahu resikonya,” ucap Raiga yang secara tak langsung menolak keinginan Sean agar dirinya jujur.Sean murka mendengar ucapan sang adik, hingga kemudian membentak, “Harusnya kamu pikirkan akibatnya sebelum menukar anakku!”Raiga hanya diam karena memang dia salah. Sean sendiri mencoba menahan diri agar tidak menghajar adiknya
Hari itu adalah hari Yura wisuda. Binar kebahagiaan tampak jelas di wajahnya. Apalagi Raiga datang ke sana bersama Lea. Bocah itu memakai kebaya yang mirip dengannya, Daniel dan Ghea juga hadir sebagai orangtua. Mereka begitu bahagia melihat Yura yang akhirnya bisa menyelesaikan study-nya.Setelah acar seremonial selesai, mereka pun berfoto bersama, Yura terlihat bahagia karena semua orang memberinya selamat, termasuk Lea yang tampak bangga ke prestasi yang diraihnya.“Papa sudah memesan tempat di restoran untuk kita merayakan kelulusan Yura,” ucap Daniel.Yura semakin bahagia karena keluarga sang suami sangat baik, tidak pernah membedakan antara anak dan mantu. Namun, saat tiba di restoran dan sampai waktu makan tiba, Zie, Sean, dan Keenan tidak terlihat di sana, tentu saja hal itu membuat Yura bertanya-tanya.“Apa Kak Sean dan Kak Zie tidak Papa undang?” tanya Yura. “Sean sibuk dan Zie juga, jadi mereka tidak bisa datang," jawab Raiga membuat alasan.Yura pun memaklumi, hingga kem
Setelah menembus jalanan yang sedikit sepi, Sean dan Zie pun sampai di rumah Daniel. Di sana Yura menyambut hangat mereka, meski Zie dan Sean hanya memasang wajah datar.“Ken, ajak Lea main di kamarnya, ya,” pinta Sean ke sang putra.Keenan pun mengangguk, sedangkan Ghea langsung mengajak dan menemani keduanya pergi ke kamar yang terdapat di lantai atas.“Ra, kita perlu bicara!” ujar Sean.Yura bingung karena sikap Sean dan Zie yang berbeda, apalagi Zie terlihat sedih, hingga kemudian membiarkan saja Keenan dan Lea pergi ditemani sang mertua, sedangkan dia ikut Sean dan yang lain ke ruang keluarga untuk bicara.Mereka kini sudah duduk bersama, Yura sendiri menangkap gelagat aneh dari kakak iparnya.“Kami ingin membicarakan sesuatu. Meskipun menyakitkan, tapi kamu harus tahu kalau Raiga selama ini memiliki kebohongan besar,” ujar Sean sambil memberikan ekspresi wajah datar.Yura mencoba menyiapkan hati dengan hal yang akan didengar selanjutnya, meskipun tangannya kini sudah terlihat g
Raiga tidak bisa berkata-kata saat Sean menghajarnya. Seolah pasrah, Raiga membiarkan kakaknya itu memukul wajahnya bertubi-tubi. Zie hanya diam dan Yura pun masih syok sekaligus bingung. Tak tinggal diam, Daniel mencoba melerai dan menjauhkan Sean yang masih memukuli Raiga. “Sudah, kalian seharusnya tenang! Kasihan Lea jika tahu kalian begini. Seharusnya kalian bicara baik-baik agar Lea tidak terkejut atau bingung dengan fakta sebenarnya,” ujar Daniel yang tidak berniat membela salah satu dan berusaha menjadi penengah. Sean pun akhirnya menjauh dari Raiga, tapi tatapan pria itu jelas masih penuh amarah. “Kalian menginaplah di sini dulu. Besok setelah kalian sedikit tenang, kita bicarakan lagi masalah ini dengan baik-baik, serta memikirkan bagaimana ke depannya,” ujar Daniel ke Zie dan Sean. Sean melirik Zie yang mengangguk tanda setuju dengan ide Daniel, hingga akhirnya mereka pun menginap di sana malam itu. Lea sendiri tidur dengan Keenan, Daniel, dan Ghea agar tidak lagi terjad
Hari berikutnya, baik Yura dan Zie terlihat sudah bisa menjaga perasaan dan sikap masing-masing. Keduanya bertatap muka meski tidak saling sapa, tapi tidak seemosi semalam. “Mama.” Lea langsung mendekat ke Yura, bahkan langsung memeluk wanita itu. Zie sedikit iri melihat hal itu, tapi dia mencoba menahan diri meski ada rasa sesak yang tak terelakkan melihat Lea yang memeluk Yura penuh kasih sayang. “Lea mau mandi, sambil main busa,” celoteh anak itu. Yura pun mengangguk sambil tersenyum, dia kemudian menggandeng Lea untuk pergi mandi, sedangkan Zie hanya bisa memandangi keduanya, tanpa bisa berbuat apa-apa karena takut membuat Lea sedih. Saat sudah berkumpul untuk sarapan bersama, mereka bersikap wajar meski wajah mereka terlihat begitu tegang. “Aku minta izin untuk bermain dengan Lea sebentar, Kak. Setelah itu baru kita bicara,” ujar Yura ke Zie. Ia memulas senyum tipis saat sang kakak ipar menganggukkan kepala tanda setuju. Yura pun mengajak Lea ke halaman samping. Dia sama se
Enam Bulan KemudianHari itu Yura baru saja mengantar Lea yang kemarin menginap bersamanya ke rumah Zie. Dia berada di mobil dan kini sedang menelepon Raiga. Setelah masalah Lea selesai hubungan mereka masih sangat harmonis. Riaga sendiri kini sudah tidak bekerja di rumah sakit karena fokus mengurus klinik bersalin miliknya sendiri.“Apa kakak sibuk? Aku sudah mengantar Lea ke apartemen kak Zie. Bagaimana kalau kita keluar untuk makan siang bersama?” tanya Yura.Dia seberang sana, Raiga tampak memulas senyum bahagia sambil membubuhkan tanda tangan ke berkas yang dipegang oleh perawat.“Tentu, aku tidak mungkin menolak ajakan makan siang dari wanita —yang selalu bisa membuatku merasa menjadi pria paling beruntung di dunia," jawabnya merayu.Yura pun tertawa mendengar ucapan Raiga, pria itu senang sekali menggombal dan membuat hatinya berbunga-bunga. Jika dipikir lagi, mungkin ini adalah hikmah dari kejadian yang menimpa rumah tangga mereka. Bukannya renggang hubungan keduanya malah ber