"Marsha! Bisa tidak mengetuk pintu dulu."Sean mengomel, dia memandang Zie yang kaget bukan kepalang. Istrinya itu pasti berpikir Raiga atau mungkin keluarga Yura yang datang. Marsha tertawa dan meminta maaf, dia tak menyangka kedatangannya membuat semua orang kaget."Maaf, perawat yang ada di luar tadi bilang Yura sedang sendirian." Marsha berjalan pelan lalu meletakkan buah tangan ke meja. Ia memang sengaja ke sana untuk menjenguk Yura, tak disangka sahabat baiknya juga sedang berkunjung. Marsha menanyakan kabar Yura lebih dulu, dia bahkan membantu istri sepupunya itu ke kamar mandi. "Apa ASI-mu belum lancar? Bagaimana kalau aku carikan booster? Besok akan aku buatkan sayur daun katuk," ucap Marsha. Ia menceritakan beberapa cara yang dinilai ampuh untuk memperlancar ASI agar Yura bisa mencobanya. Yura pun terharu, dia mengangguk dan berterima kasih ke Marsha. Di tengah keluarganya yang seolah tak peduli dengan kondisinya, keluarga Raiga benar-benar membuatnya merasa berharga.
Tiga tahun kemudian "Ken! Keenan!" Suara Zie pagi itu memecah keheningan rumah. Dia sudah memakai setelan kerja rapi, make up tipis sudah mempercantik penampilannya. Tiga tahun ini dia kembali bekerja di Lembaga Perlindungan Anak dan sudah enam bulan ini kembali menjadi pucuk pimpinan di sana. "Masih belum ketemu?" Sean keluar kamar sambil mengancingkan lengan kemejanya, dia menyodorkan lengan ke Zie karena kesusahan untuk melakukannya sendiri. "Iya, apa dia sengaja bersembunyi? Padahal tadi sepertinya sudah duduk manis." Zie bertanya ke Sean lalu menoleh sekeliling, mereka sekarang tinggal di apartemen yang tak jauh dari sekolah Keenan dan merasa jauh lebih nyaman. Mereka juga masih tak memiliki pembantu dan hanya memesan jasa bersih-bersih setiap sore, saat salah satu dari mereka sudah pulang. Terkadang Sean merasa kasihan karena Zie juga masih memasak untuknya dan sang putra, tapi saat diminta berhenti Zie akan berkata dia senang melakukan itu, apalagi melihat Sean dan Keenan
Sejak sampai ke LPA Zie langsung fokus ke pekerjaannya. Sama halnya dengan Sean, dia juga hanya akan bekerja sampai jam sebelas. Zie masih tak menyangka dia akan mendapatkan posisi direktur lagi di LPA. Padahal bekerja di sana lagi menurut Zie sudah menjadi berkah tersendiri, apalagi bisa menduduki jabatan tertinggi. "Bisa kita rapat sebentar?"Zie datang ke ruangan staff dan meminta rapat. Ia sekaligus ingin izin pulang lebih awal kepada anak buahnya. Sekarang Zie memutuskan untuk tidak memiliki sekretaris seperti dulu, dia memilih mengurus semua keperluannya sendiri dengan bantuan admin kantor untuk urusan lain-lain yang tidak bisa dia kerjakan. Semua orang yang bekerja di LPA tentu merasakan perbedaan besar saat dipimpin oleh Zie. Wanita itu tidak terlalu membebani para staffnya untuk menyelesaikan pekerjaan secepat mungkin. Ini karena mereka bukan pekerja perusahaan yang dituntut mendapatkan laba besar untuk perputaran roda perusahaan. "Terima kasih, singkat saja. Aku hanya mau
Perlahan tangan Sean mulai membuka kancing kemeja Zie, dia meloloskannya dengan sangat mudah hingga terlepas dari tubuh sang istri. Tak hanya Sean, Zie juga melakukan hal yang sama. Wanita itu mengurai ikatan dasi Sean masih dengan bibir yang bergerak meladeni nafsunya. Mereka sama-sama melepas tautan bibir saat merasa kehabisan napas. Zie menunduk dan tersenyum, dia melihat setengah dada bidang Sean dan tak lama menegakkan kepala, dia usap bibirnya yang basah sebelum melepaskan semua kancing baju Sean yang masih tersisa dengan tergesa-gesa. "I want you honey." Sean menyentuhkan jemarinya ke pipi Zie yang sudah merona. Ia tahu ciuman tadi cukup membangkitkan birahi sang istri. "Eat me!" Balas Zie dengan nada suara yang sangat menggoda. Ibarat santapan lezat dia meminta Sean untuk memakannya. Sean yang sudah terpancing pun tak melewatkan kesempatan itu. Dia meraih pinggang Zie hingga wanita itu bergelayut melingkarkan kaki ke pinggangnya. Bukannya membawa sang istri ke kamar, Sean
Sean masih tak ingin cepat-cepat melepaskan kenikmatan yang sedang dia rasakan. Dia masih terus menggerakkan miliknya menumbuk inti Zie yang masih ada di atas pangkuan. Lidahnya seperti tak bisa jauh dari dada Zie dan terus menyesap hingga sang empunya mengerang. Zie meliuk saat gelenyar aneh terasa mengaliri tubuhnya.Mereka mencapai puncak kenikmatan bersama-sama, saling memeluk dengan napas yang masih memburu."Aku mencintaimu." Sean berbisik mesra ke telinga Zie dan istrinya itu hanya mengangguk sebagai balasannya.Mereka membersihkan diri dan berganti baju, memutuskan untuk rehat dan memesan makanan dari layanan pesan antar. Zie lemas, dia yakin tidak akan bisa melanjutkan ronde kedua jika tidak mengisi tenaga dulu."Di situ saja!" Larang Sean saat bel pintu apartemen mereka berbunyi. Pria itu memindai penampilan sang istri. Zie hanya mengenakan kemeja miliknya tanpa memakai celana."Tidak ada yang boleh melihatmu seperti ini." Sean menyipitkan mata, sedangkan Zie tertawa lalu m
“Lea! Lea!”Yura mencari-cari keberadaan sang putri, baru saja ditinggal untuk mengambil makan tapi bocah itu sudah hilang dari ruang tengah tempatnya bermain. Yura berpapasan dengan pembantu rumah sang mertua, dia lantas bertanya apakah melihat putrinya.“Non Lea ada di depan,”jawab pembantu itu dengan senyuman.Yura memberikan piring makan Lea ke sang pembantu, dia bergegas menuju depan untuk mengecek keberadaan putrinya itu. Sejak tiga tahun yang lalu, Yura memang memilih tinggal di rumah Daniel karena Ghea sedikit memaksa. Ia dan Raiga sudah sempat tinggal di rumah yang disiapkan oleh suaminya itu, tapi beberapa kali Yura merasa diawasi. Ia merasa tidak nyaman dan akhirnya memilih tinggal bersama mertuanya saja.“Lea, kamu ngapain sih? Katanya mau maem tadi,”ucap Yura. Ia usap rambut sang putri, lalu ikut melihat ke arah luar, karena bocah itu menempelkan wajah ke jendela kaca.“Kok mama Ji ga datang-datang, aku nunggu mama Ji.”Yura pun membuang napas kasar, terkadang dia merasa
“Siapa yang akan menjadi partnerku untuk membantu persalinan cucu pak menteri?”Raiga bertanya ke asistennya yang baru saja memberikan daftar nama para ibu hamil yang meminta bantuan persalinan padanya. Pria itu fokus menatap nama-nama itu — yang didominasi dari keluarga kaya. Raiga sendiri tak ambil pusing dengan ucapan orang yang belakangan menyindirnya sebagai dokter kandungan kalangan atas. Ia merasa memikirkan omongan orang hanya akan membuatnya terjebak di situasi yang membuat dirinya tidak nyaman.“Ibu Vita, Dok.”Jawaban dari asistennya berhasil membuat Raiga mengalihkan tatapan dari kertas. Saat nama Vita disebut kenangan Raiga selalu kembali ke masa itu. Sampai detik ini dia berhasil membuat Vita diam perihal perbuatannya menukar bayi Sean. Raiga merealisasikan semua janjinya ke bidan itu untuk tutup mulut.Dari mulai menjadi pekerja tetap di rumah sakit Kimi, promosi jabatan, sampai merekomendasikan Vita ke ibu-ibu hamil yang kebanyakan konglomerat agar mengambil maternity
Beberapa perawat yang bergunjing seketika diam saat melihat Vita berajalan mendekat menuju ruangan Raiga. Vita sendiri bukannya tidak tahu dirinya menjadi bahan omongan pegawai lain, tapi dia memilih untuk bersikap cuek. Di satu sisi Vita merasa bersalah karena sudah menutupi sebuah kebohongan besar yang dilakukan Raiga, tapi di sisi lain dia juga merasa pantas mendapat posisinya sekarang. Bagi Vita ini setimpal dengan apa yang dia korbankan, yaitu kejujuran yang dimiliki. “Apa saya boleh masuk, Dok?” Seperti biasa Vita selalu bersikap ramah dan hormat ke Raiga, pria itu tentu saja langsung mempersilahkan. Raiga mengunci layar ponsel lalu meletakkannya ke meja. Ia baru saja menerima kiriman foto Lea yang sedang makan dengan lahap, beserta aduan dari Yura kalau putrinya terus saja merengek ingin pergi menemui Zie. “Silahkan duduk, bagaimana kabarmu?” Tanya Raiga berbasa-basi. “Baik, dokter sendiri bagaimana?” Vita tersenyum ramah, tiga tahun bekerja di rumah sakit itu, ditambah meny
Hari itu Sean dan Zie menemani Lea bermain bersama Keenan di taman. Putra dan putri mereka itu tampak bermain prosotan juga ayunan bersama. Zie duduk tidak jauh dari mereka, dia sangat bahagia melihat Keenan dan Lea yang begitu akur. “Yura masih bersikeras tidak mau melihat kondisi ayahnya. Dia tampaknya sekarang benar-benar tidak peduli,” ucap Zie dengan tatapan tertuju ke Keenan dan Lea. Sean menghela napas kasar, hingga kemudian membalas, “Yura masih menganggap kalau kecelakaan yang menimpanya dulu memang disengaja. Sampai sekarang Yura juga sangat yakin jika pak Aris memang dalangnya, padahal yang sebenarnya itu murni kecelakaan. Kakaknya saja yang sengaja membuat isu itu agar Yura membenci papanya, kemudian pergi dan tidak mengharapkan warisan karena terlanjur benci.” Sean menjelaskan panjang lebar akan fakta yang memang diketahuinya. “Hem … tapi Yura sebenarnya juga sudah tahu, dan dia bilang tidak butuh warisan. Buatnya yang terpenting bisa hidup tenang dan Raiga terus mencin
Setelah perbincangan malam itu, hari berikutnya Yura dan Raiga pun menemui Mita yang sudah kembali masuk penjara. Di sana mereka bicara di ruang khusus yang memang disediakan untuk menjenguk narapidana.“Kami sengaja ke sini karena ingin meminta izin darimu. Kami berniat mengadopsi bayimu,” ujar Yura menyampaikan maksud kedatangannya dan sang suami, sesuai dengan apa yang sudah mereka sepakati.Mita terkejut mendengar ucapan Yura, bahkan menatap mantan teman kuliahnya itu seolah tidak percaya.“Aku akan meminta pengacara untuk menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan. Kami juga akan memberimu sejumlah uang, agar nanti saat kamu keluar dari penjara, kamu bisa memulai hidup baru yang lebih baik,” ucap Raiga.“Kamu harus berjanji, tidak akan pernah bertanya, mendekati, atau berpikir untuk melihat anak itu lagi, setelah kamu setuju untuk melimpahkan hak asuhnya kepada kami.”Raiga sengaja menegaskan agar Mita tidak sembrono dan dikemudian hari mengakui anak itu sebagai anaknya.Mita hany
“Tapi memangnya Lea boleh punya adik?” tanya Lea ke Yura, dia menatap wanita itu penuh harap.Yura menoleh Ghea, hingga kemudian mencoba memanfaatkan keinginan Lea untuk membujuk Raiga.“Kalau gitu ngomong ke papa, bilang Lea mau bayi ini jadi adik Lea. Gimana?” Yura mencoba memprovokasi karena mungkin jika Lea yang meminta hasilnya akan berbeda.Lea terlihat senang, hingga kemudian kembali menatap bayi Mita.Raiga baru saja selesai menangani pasien, dia cukup terkejut melihat Yura, Ghea, dan Lea di sana, karena mereka tidak mengatakan jika akan berkunjung ke klinik.“Papa.” Lea langsung berlari ke arah Raiga, kemudian meminta gendong.Raiga pun senang, dia menggendong Lea bahkan mencium pipi bocah itu penuh kasih sayang.“Kenapa kalian tidak memberi tahu kalau mau ke sini?” tanya Raiga sambil menggendong Lea. “Hanya kebetulan mampir, sekalian mau melihat bayinya Mita, katanya ada di sini,” jawab Ghea.Raiga menoleh ke bayi Mita yang tampak menggeliat di dalam box, kemudian kembali me
“Harusnya kita makan siang bukan makan sore seperti ini.” Raiga tampaknya merasa kasihan ke Yura yang harus menunggu dia membantu persalinan Mita tadi. “Tidak apa-apa, aku masih bisa menahan rasa lapar, lagipula aku senang melihat kakak bisa membantu persalinan ibu hamil dengan selamat.” Yura tersenyum lebar. Ia bahkan menyodorkan sendok ke depan mulut Raiga, dan pria itu tanpa ragu menerima suapannya. “Polisi tadi datang ‘kan?” Tanya Raiga. Masalah Mita sepertinya menjadi topik yang menarik untuk mereka bahas. Baik Raiga dan Yura tak menyangka kalau Mita berujung menjadi PSK dan hamil anak salah satu pelanggannya. Karena membahas soal bayi yang baru saja dilahirkan wanita itu, Yura pun memberanikan diri untuk bertanya bagaimana kalau mereka mengadopsi seorang bayi. Bukankah banyak anak yang butuh orangtua asuh di luaran sana. “Bagaimana menurut kakak? Apa kita harus mengadopsi anak?” Mendengar pertanyaan itu, pikiran Raiga pun langsung tertuju ke Mita. Mungkinkah Yura ingin men
Enam Bulan KemudianHari itu Yura baru saja mengantar Lea yang kemarin menginap bersamanya ke rumah Zie. Dia berada di mobil dan kini sedang menelepon Raiga. Setelah masalah Lea selesai hubungan mereka masih sangat harmonis. Riaga sendiri kini sudah tidak bekerja di rumah sakit karena fokus mengurus klinik bersalin miliknya sendiri.“Apa kakak sibuk? Aku sudah mengantar Lea ke apartemen kak Zie. Bagaimana kalau kita keluar untuk makan siang bersama?” tanya Yura.Dia seberang sana, Raiga tampak memulas senyum bahagia sambil membubuhkan tanda tangan ke berkas yang dipegang oleh perawat.“Tentu, aku tidak mungkin menolak ajakan makan siang dari wanita —yang selalu bisa membuatku merasa menjadi pria paling beruntung di dunia," jawabnya merayu.Yura pun tertawa mendengar ucapan Raiga, pria itu senang sekali menggombal dan membuat hatinya berbunga-bunga. Jika dipikir lagi, mungkin ini adalah hikmah dari kejadian yang menimpa rumah tangga mereka. Bukannya renggang hubungan keduanya malah ber
Hari berikutnya, baik Yura dan Zie terlihat sudah bisa menjaga perasaan dan sikap masing-masing. Keduanya bertatap muka meski tidak saling sapa, tapi tidak seemosi semalam. “Mama.” Lea langsung mendekat ke Yura, bahkan langsung memeluk wanita itu. Zie sedikit iri melihat hal itu, tapi dia mencoba menahan diri meski ada rasa sesak yang tak terelakkan melihat Lea yang memeluk Yura penuh kasih sayang. “Lea mau mandi, sambil main busa,” celoteh anak itu. Yura pun mengangguk sambil tersenyum, dia kemudian menggandeng Lea untuk pergi mandi, sedangkan Zie hanya bisa memandangi keduanya, tanpa bisa berbuat apa-apa karena takut membuat Lea sedih. Saat sudah berkumpul untuk sarapan bersama, mereka bersikap wajar meski wajah mereka terlihat begitu tegang. “Aku minta izin untuk bermain dengan Lea sebentar, Kak. Setelah itu baru kita bicara,” ujar Yura ke Zie. Ia memulas senyum tipis saat sang kakak ipar menganggukkan kepala tanda setuju. Yura pun mengajak Lea ke halaman samping. Dia sama se
Raiga tidak bisa berkata-kata saat Sean menghajarnya. Seolah pasrah, Raiga membiarkan kakaknya itu memukul wajahnya bertubi-tubi. Zie hanya diam dan Yura pun masih syok sekaligus bingung. Tak tinggal diam, Daniel mencoba melerai dan menjauhkan Sean yang masih memukuli Raiga. “Sudah, kalian seharusnya tenang! Kasihan Lea jika tahu kalian begini. Seharusnya kalian bicara baik-baik agar Lea tidak terkejut atau bingung dengan fakta sebenarnya,” ujar Daniel yang tidak berniat membela salah satu dan berusaha menjadi penengah. Sean pun akhirnya menjauh dari Raiga, tapi tatapan pria itu jelas masih penuh amarah. “Kalian menginaplah di sini dulu. Besok setelah kalian sedikit tenang, kita bicarakan lagi masalah ini dengan baik-baik, serta memikirkan bagaimana ke depannya,” ujar Daniel ke Zie dan Sean. Sean melirik Zie yang mengangguk tanda setuju dengan ide Daniel, hingga akhirnya mereka pun menginap di sana malam itu. Lea sendiri tidur dengan Keenan, Daniel, dan Ghea agar tidak lagi terjad
Setelah menembus jalanan yang sedikit sepi, Sean dan Zie pun sampai di rumah Daniel. Di sana Yura menyambut hangat mereka, meski Zie dan Sean hanya memasang wajah datar.“Ken, ajak Lea main di kamarnya, ya,” pinta Sean ke sang putra.Keenan pun mengangguk, sedangkan Ghea langsung mengajak dan menemani keduanya pergi ke kamar yang terdapat di lantai atas.“Ra, kita perlu bicara!” ujar Sean.Yura bingung karena sikap Sean dan Zie yang berbeda, apalagi Zie terlihat sedih, hingga kemudian membiarkan saja Keenan dan Lea pergi ditemani sang mertua, sedangkan dia ikut Sean dan yang lain ke ruang keluarga untuk bicara.Mereka kini sudah duduk bersama, Yura sendiri menangkap gelagat aneh dari kakak iparnya.“Kami ingin membicarakan sesuatu. Meskipun menyakitkan, tapi kamu harus tahu kalau Raiga selama ini memiliki kebohongan besar,” ujar Sean sambil memberikan ekspresi wajah datar.Yura mencoba menyiapkan hati dengan hal yang akan didengar selanjutnya, meskipun tangannya kini sudah terlihat g
Hari itu adalah hari Yura wisuda. Binar kebahagiaan tampak jelas di wajahnya. Apalagi Raiga datang ke sana bersama Lea. Bocah itu memakai kebaya yang mirip dengannya, Daniel dan Ghea juga hadir sebagai orangtua. Mereka begitu bahagia melihat Yura yang akhirnya bisa menyelesaikan study-nya.Setelah acar seremonial selesai, mereka pun berfoto bersama, Yura terlihat bahagia karena semua orang memberinya selamat, termasuk Lea yang tampak bangga ke prestasi yang diraihnya.“Papa sudah memesan tempat di restoran untuk kita merayakan kelulusan Yura,” ucap Daniel.Yura semakin bahagia karena keluarga sang suami sangat baik, tidak pernah membedakan antara anak dan mantu. Namun, saat tiba di restoran dan sampai waktu makan tiba, Zie, Sean, dan Keenan tidak terlihat di sana, tentu saja hal itu membuat Yura bertanya-tanya.“Apa Kak Sean dan Kak Zie tidak Papa undang?” tanya Yura. “Sean sibuk dan Zie juga, jadi mereka tidak bisa datang," jawab Raiga membuat alasan.Yura pun memaklumi, hingga kem