Coba cari di Be Shopping Sean, punyanya dedek glassio di novel SHE IS NOT MY SUGAR MOMMY // Yang belum baca wajib baca ya dijamin sukak, ada di sini juga kok ;)
“Yura sepertinya masih tidak bisa memaafkan aku.”Aris mencurahkan isi hatinya ke Mirna, wanita itu masih saja bersikap biasa meskipun tahu tentang perselingkuhannya. Mirna bahkan masih bisa melayani Aris, dia bertahan dalam rumah tangga yang cacat ini. Namun, alasannya bukan karena ingin memberikan kesempatan kedua.Mirna diam-diam ingin menguasai semua harta Aris lebih dulu, jadi jika sampai suaminya itu selingkuh lagi, dia akan dengan mudah pergi dan meninggalkan Aris dalam kondisi tidak memiliki apa-apa selain pangkatnya “Aku juga tidak bisa membujuknya untuk memaafkanmu, jadi jangan minta bantuan padaku,”ucap Mirna di sela kegiatannya menyantap sarapan.“Kamu juga belum sepenuhnya memaafkan aku, sikapmu masih sedikit dingin.”“Kertas yang sudah dirobek meski ditambal pun tidak akan pernah kembali ke bentuk sempurna, ibaratkan hatiku seperti itu,”jawab Mirna dengan santai. “Oh … ya Aku akan pergi belanja bersama Yura hari ini, sebentar lagi dia akan melahirkan jadi aku ingin memb
"Zie, kenapa datang ke sini? Sama siapa kamu?"Sean bangkit dari kursi, sedangkan Bagus yang sejak beberapa bulan lalu menjadi sekretarisnya memilih langsung undur diri. Bagus tersenyum ramah ke wanita yang sudah berbaik hati merekomendasikan dirinya, sampai mendapat pekerjaan yang lebih menjanjikan dari hanya sekadar menjadi manager butik. "Apa kamu naik mobil sendiri?" Tanya Sean. Ia menyusul sang istri yang meletakkan barang bawaannya ke meja. "Aku tiba-tiba ingin memanjakanmu sebelum adik Ken lahir, aku takut kamu merasa kurang perhatian nantinya." Sean geleng-geleng, dia duduk di samping Zie yang sudah mengulurkan alat makan kepadanya. Jelas apa yang dipikirkan Zie tidak mungkin akan terjadi, dia cukup dewasa untuk tidak cemburu ke anaknya sendiri. "Aku memasak makanan ini sejak kamu berangkat tadi, cicipi dulu sedikit!" "Tidak perlu dicicipi, aku yakin kalau masakan buatanmu pasti enak." Sean memberikan pujian, dia memandang empat kotak yang sudah dijajar rapi Zie, lantas m
"Apa mulasnya belum intens?"Hari itu Sean terpaksa pulang awal, karena mendapat kabar kalau Zie sudah merasakan kontraksi. Saat dia masuk rumah, dia mendapati Zie sedang berjalan mondar-mandir dengan satu tangan berada di pinggang."Sudah, tapi tenang saja! Aku bisa menahannya, ini tidak sesakit saat aku melahirkan Ken dulu."Zie jelas berdusta, dia hanya tidak ingin Sean cemas dan bergegas mengajaknya ke rumah sakit. Ia melingkarkan tangan ke lengan Sean, lantas berjalan menuju kamar.Sean pun buru-buru mandi, dia menyiapkan perlengkapannya sendiri, lalu dia sandingkan dengan hospital bag milik sang istri yang — diambilnya dari lemari penyimpanan. Zie tidak perlu membawa banyak baju ganti, karena di rumah sakit milik Kimi semua disediakan, mulai baju ibu sampai baju untuk bayi. Mereka hanya membawa beberapa untuk dikenakan ke bayinya saat ingin mengambil foto nanti."Ken sudah aman bersama mama 'kan? Apa kamu benar-benar tidak mau ke rumah sakit sekarang? Bagaimana kalau nanti ter
Raiga menjatuhkan ponselnya saat mendengar kabar bahwa sang istri mengalami kecelakaan, dia membuat bidan bernama Vita yang menjadi asistennya satu bulan ini kaget dan memungut ponsel itu. Vita heran apa yang terjadi sampai Raiga berlari seperti itu menuju UGD rumah sakit. Namun, dia tidak berani mengejar karena sadar masih dalam masa percobaan tiga bulan. Menjaga sikap adalah hal utama saat ini. "Apa ada telepon untuk mengirim ambulans ke jalan Affandi?" Raiga terlihat terburu-buru dengan wajah ketakutkan. Jika Yura tidak dibawa ke rumah sakit Kimi, Raiga harus mencari tahu lagi karena secepatnya dia ingin memastikan kondisi sang istri. "Iya Dok, ada! Empat ambulans sudah dikirim." Raiga tiba-tiba saja limbung, hingga semua perawat yang melihatnya menjadi sangat panik. “Dokter apa yang terjadi?” Raiga merasa kepalanya berputar, tanpa menjawab pertanyaan itu dia meminta bantuan untuk segera disiapkan ruang operasi. "Kenapa Dok ada apa?" Perawat pun bertanya, karena tak mengerti
"Dok! Saya tidak bisa melakukan itu." Vita ketakutan, dia menggeleng menolak permintaan Raiga yang ingin menukar bayi milik Yura dan Zie. Raiga butuh bantuan, dia tidak bisa melepas selang-selang yang menempel pada tubuh bayi itu sendiri. "Dok bayi itu masih hidup!" Ucap Vita. "Bayi Anda masih -- " Raiga menarik tangan bidan yang merupakan asistennya itu dengan sangat kasar. Vita sampai meringis kesakitan dan diam ketakutan. "Aku akan menjamin karirmu di sini aman, tidak hanya percobaan tiga bulan, kamu akan langsung menjadi pekerja tetap, lagi pula ini anak kakakku sendiri, aku tidak menukar bayiku dengan anak orang lain," ucap Raiga. "Tapi Dok, tetap saja ini tidak dibenarkan, kamera CCTV pasti menangkap apa yang dokter lakukan." Vita mencoba mengingatkan, tapi niatan Raiga seperti kereta yang tak bisa dihentikan. "Kamu tidak perlu memikirkan hal itu, selagi tidak ada bayi yang hilang di sini, untuk apa butuh mengecek CCTV." Tatapan mata Raiga tajam mengintimidasi, di bawah t
Ghea semakin memeluk erat Raiga. Sudah sangat jelas tidak ada satu orangpun yang ingin mengalami kejadian seperti ini. Raiga sendiri agaknya juga merasa bersalah karena telah menukar bayinya dengan bayi Zie, tapi mengingat kembali kondisi Yura, dia merasa semua ini memang pantas dan harus dia lakukan sebagai seorang suami. Daniel juga tak kuasa menahan kesedihan. Ia mendekat lalu menepuk punggung Raiga untuk menguatkan. Mereka berbincang sebentar di sana. Setelah Raiga tenang Ghea dan Daniel pamit pergi untuk menjenguk Zie. Keduanya juga masih perlu menemui Aris yang sedang berduka.Namun, nampaknya nestapa tak berhenti cukup di sana. Saat hampir sampai ke kamar perawatan Zie, Daniel dan Ghea samar mendengar tangisan dan suara Sean yang sedang marah. Beberapa kali putra sulung mereka itu berteriak seolah meminta penjelasan. Benar saja semakin didekati, mereka semakin takut dengan apa yang mungkin saja terjadi. "Bagaimana bisa? Bagaimana bisa putri kami meninggal?"Ghea limbung samp
Zie masih tak percaya alasan kepulangannya dari rumah sakit setelah melahirkan adalah mengantar putrinya ke peristirahatan terakhir. Zie pikir malam itu dia akan terjaga semalaman untuk memberi ASI baby Key, tapi ternyata dia insomnia karena masih berharap semua ini tidak nyata. Tidur bersisian bersama Sean, sakit yang dirasakan Zie paska persalinan tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan sesak di hatinya. Zie kembali terisak pilu, dia kini bingung harus diapakan semua baju dan perlengkapan bayinya yang ada di lemari."Menangislah Zie, karena aku pun ingin melakukan itu."Zie pikir Sean sudah tidur, tapi ternyata pria itu sama seperti dirinya yang masih tak bisa memejamkan mata. Zie meraih punggung tangan Sean yang melingkar di pinggang, dia berbalik dan melihat mata belahan jiwanya itu basah. "Dia pasti kedinginan, seharusnya dia bersama kita, memakai bedong yang hangat dan parfum bayi yang sudah aku siapkan," ujar Zie. Mendengar itu Sean mengangguk kecil, dihapusnya pipi sang ist
Dengan langkah lemah Raiga menuju kamar perawatan Yura, dia mencoba untuk bersikap biasa, setidaknya jangan sampai menangis di depan sang istri. Tak ada yang bisa dia syukuri saat ini, meski Yura tak mengalami cidera serius di kepala atau patah tulang, tapi gadis itu kehilangan rahim. Raiga membuang napas berkali-kali dari mulut, dia meraih gagang pintu lalu melangkah masuk. Namun, alangkah terkejutnya Raiga saat melihat Yura berbaring dengan bayi di sampingnya. Yura tak sadar Raiga datang, tapi dokter yang bertanggung jawab atas gadis itu mendekati Raiga lalu berkata-"Dia baru bisa tenang setelah kami sepakat membawa bayinya ke kamar, kata dokter Lily ini keajaiban karena putri kalian tidak mengalami cedera atau luka."Raiga meneguk saliva, tentu saja karena bayi itu sebenarnya adalah anak Sean dan Zie. "Baik Dok, terima kasih," jawabnya. Raiga mendekat ke ranjang setelah dokter dan perawat keluar. Ia memandangi bayi mungil itu, sungguh wajahnya sangat mirip dengan putrinya yang