“Sekarang hubungi Yura, katakan padanya kalau kita akan datang menemui papanya besok.”Daniel memijat tengkuk berjalan menyusuri koridor rumah sakit sambil mengingat ucapannya ke Raiga. Ia datang ke sana ingin menjemput Ghea yang masih menemani Zie. Daniel juga dilema, bagaimana memberitahu sang istri agar tidak syok karena masalah yang dibuat oleh si bungsu.Sementara itu, Ghea bahagia. Ia menjadi orang ke tiga yang tahu kalau Zie sedang mengandung. Wanita itu tak henti-hentinya memulas senyuman melihat interaksi antara Zie dan Sean.“Semoga keluarga kita selalu diberkahi kebahagiaan seperti ini,”kata Ghea.Harapannya membuat Daniel yang sudah berada di depan pintu merasa tak enak hati. Pria itu membuang napas kasar, memutuskan urung memberitahu sang istri karena takut merusak rasa bahagia yang sedang Ghea rasakan.Daniel membuka pintu, memulas senyum bahagia sambil berpura-pura menanyakan kenapa Ghea sesemringah itu.“Kita akan mendapat cucu lagi.”Daniel kaget, berpikir bahwa tidak
“Aku memiliki perasaan ke Zie sejak lama, tapi terkubur. Dan seiring berjalannya waktu aku menemukan cinta dengan Aaera,”kata Sean.”Jika kamu tanya apa aku sangat mencintai Aaera waktu itu, aku bisa pastikan iya, tapi saat melihat Zie kembali, aku tahu ada yang belum selesai di antara kami.”Raiga menggaruk rambut, dia heran karena Sean malah mencurahkan isi hati. “Jadi maksudmu kamu menyukai Zie, lupa, dan kembali suka padanya? Sean, bukan itu yang ingin aku tahu, aku …. ““Aku menyukainya, aku sangat menyukai Zie dan merasa bodoh setelah kejadian itu. Seharusnya aku tanyakan ke dia saat SMA, bukan hanya mendengar dan langsung mengambil kesimpulan sendiri tentang keperawanannya,”potong Sean.Raiga diam seribu bahasa, dia menelan ludah karena sejatinya tahu apa yang dialaminya dan Sean sangat jauh berbeda. Sejak SMA kakaknya itu sudah dekat dengan Zie, sehingga untuk menikah pun tidak perlu mempertimbangkan banyak hal. Sean hanya seperti menggali kembali perasaan. Berbeda dengannya ya
Yura mengurung diri di kamar. Apa yang terjadi padanya dan Raiga belum sampai ke telinga sang papa. Mirna menggunakan kekuasaannya untuk membungkam beberapa anak buah yang dia mintai tolong untuk mengejar Raiga. Gadis itu memandangi pantulan dirinya di depan cermin. Menatap perutnya lalu mengetatkan bajunya. “Bagaimana nanti kalau libur semester sudah selesai. Dia pasti akan membesar, perutku pasti akan membuncit,”gumam Yura. Tak seperti apa yang disangkakan Raiga, gadis itu merasa sangat bersalah, sedih juga bingung harus bagaimana jika sampai Raiga tidak mau bertanggungjawab. Yura bahkan sudah mengumpulkan semua buku tabungan dan perhiasan yang dia miliki, dia sudah bersiap pergi jika sampai sang papa mengusirnya. “Aku tidak mungkin menambah dosa, Tuhan pasti akan langsung memasukkanku ke dalam neraka tanpa bertanya.” Yura membuang napas kasar dari mulut. Ia mengusap kembali perutnya yang masih datar lalu memandang ponsel yang tergeletak di meja. “Pria itu benar-benar, dia peng
Sean bingung, meski begitu dari tatapan Zie dia bisa menilai apa yang akan dikatakan oleh istrinya itu pasti berhubungan dengan mereka. Apa mungkin Zie mengandung bayi kembar?“Jangan membuatku penasaran dan cepat katakan apa itu!”Sean memeluk Keenan dengan tangan kanan, sedangkan tangan kirinya mengulur meminta Zie untuk menyambutnya. Wanita itu pun meraih telapak tangan Sean, tertawa-tawa sendiri dan sengaja terus menggoda agar suaminya itu semakin penasaran.“Zie, ayolah! Aku bukan anak kecil, jangan menggodaku seperti ini!“Sean cemberut dan wajahnya malah terlihat sangat imut. Zie sendiri masih saja menggoda, hingga Sean mengancam akan marah jika dia sampai tidak memberitahu yang sebenarnya.“Katakan atau aku akan marah!” ancam Sean pada akhirnya, dia tak sabar dan bahkan merengek manja.“Sean, kamu imut sekali.” Zie merespon dengan tawa, sebelum berkata,”Kamu sudah boleh pulang besok, dokter bilang kamu hanya perlu terapi seminggu sekali.”“Benarkah?” Sean kegirangan sampai men
“Raiga menghamili seorang gadis.”“Apa?” Ghea sangat terkejut mendengar apa yang disampaikan oleh Daniel. Pria itu awalnya ingin memberitahu dengan cara yang lebih santai, tapi ternyata tidak bisa bertele-tele. “Jangan bercanda!” Ghea seolah tidak terima dan tidak percaya dengan apa yang dikatakan sang suami. “Untuk apa bercanda? ini serius. Raiga memang menghamili seorang gadis. Gadis itu yang meminjamkan helikopter untuk membawa Sean pergi dari pulau Kilikili, dia anak jenderal, kini Raiga dimintai pertanggungjawaban.” Daniel menjelaskan dengan sangat rinci. Ghea yang mendengar hal itu seketika merasa kepalanya pusing. Dia memijat dengan keras karena mendadak matanya ikut berkunang-kunang.“Ya Tuhan, tidak ayah, tidak anak. Kenapa semuanya menghamili anak orang.” Ghea benar-benar pusing dibuatnya, bagaimana mungkin kedua putranya sama-sama menghamili anak orang dan melakukan perbuatan dosa. Daniel menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia juga bingung harus bagaimana, karena k
Hari yang ditunggu pun tiba, Sean akhirnya sudah diperbolehkan pulang meski masih harus menggunakan kursi roda. Dia pulang bersama Zie dan juga Raiga.Begitu sampai di rumah, ternyata seluruh anggota keluarga sudah berkumpul untuk menyambut kedatangan Sean. Mereka bahagia, bahkan Ghea sampai kembali menitikkan air mata. “Syukurlah kamu sudah boleh pulang.”Ucapan demi ucapan terlontar sebagai rasa syukur, karena Sean sudah kembali ke rumah. Kediaman Zie hari itu sangat ramai, seluruh keluarga menyambut kepulangan Sean dan mengadakan acara makan-makan.“Aku sangat bahagia karena Sean akhirnya sehat dan sudah diperbolehkan pulang. Dalam kesempatan kali ini, aku juga mau menyampaikan satu kabar gembira lagi," ucap Zie. Ia menoleh Sean, menyambut uluran tangan suaminya itu dan tersenyum penuh kebahagiaan. "Kabar apa? Jangan membuat kami penasaran,"ucap Ghea. "Ken akan punya adik, aku hamil." Zie menyampaikan kabar bahagia itu ke semua orang dengan wajah semringah. Semua orang langsung
“Papa bicara apa? mana mungkin aku begitu? Aku dan dia benar saling menyukai.”Yura mengelak, menyembunyikan kebenaran dari Aris sepertinya tidak mudah. Ia bahkan bingung harus bagaimana jika papanya kembali mencecar dengan sebuah pertanyaan, beruntung Aris memutuskan tak lagi bertanya dan pergi meninggalkan kamarnya.Yura memegangi dada yang hampir melompat keluar, dia mengusap-usapnya seolah baru saja selamat dari sebuah bencana.Setelah Aris pergi, Yura buru-buru mengambil ponselnya dan mengirim pesan ke Raiga. Ia mengingatkan pria itu untuk benar-benar menepati janji atau papanya akan murka.Raiga yang membaca pesan itu hanya bisa membuang napas kasar, berpikir bahwa ini lah akhir dari hidupnya, menikah dengan wanita yang sama sekali tidak dia cintai.Raiga memasukkan ponsel ke dalam kantung celana, dia memandang taman rumah dengan perasaan tak karuan, dia bahkan belum memikirkan setelah menikah harus tinggal di mana, yang jelas dia tidak ingin berada di rumah keluarga Yura, di sa
Zie memandang Sean yang sedang menikmati panasnya cahaya matahari pagi di halaman rumah, lantas memperhatikan Keenan yang sedang belajar berjalan dengan pengasuhnya. Masih terngiang di telinga Zie tentang pertanyaan Sean semalam. Mungkinkah suaminya itu akan bisa berjalan kembali.Zie sedih, bukan karena pertanyaan Sean tapi karena pria itu seolah kehilangan semangat saat menanyakan masalah itu padanya. Meski hatinya dirundung perasaan gundah, tapi Zie mencoba untuk terus menjadi penyemangat Sean.“Sudah atau belum?” Zie mendekat ke Sean, mengusap kening pria itu yang berkeringat.“Belum, sebentar lagi, mumpung panas dan udaranya enak,”jawab Sean. Matanya seketika membelalak melihat Keenan jatuh dan menangis. “Zie!” ucapnya panik.Zie menoleh, tapi bukannya langsung menolong sang putra dia malah berkata tidak apa-apa.“Ken hebat,”ucapnya lalu menghampiri sang putra. Zie berjongkok di depan Keenan, memberikan semangat ke sang putra, meski dia kurang yakin Keenan mengerti apa yang dia m