Zeus memeriksa fungsi fisik dari Vintari yang telah terkulai tak sadarkan diri. Suhu tubuh gadis itu turun secara drastis, jelas karena seharian ini telah terpapar suhu dingin yang ekstrim. Kulitnya pucat dan sedingin es, bahkan saat Zeus mencubit kencang pada lengan Vintari, gadis itu tak merespon apa-apa. Dalam keadaan panik, Zeus meraba denyut nadi di pergelangan tangan Vintari. Denyutnya cepat, tidak teratur, dan lemah.“Shit!” umpat Zeus.Melihat gejalanya, Zeus yakin kalau Vintari mengalami hipotermia. Jika mengingat semua kejadian hari ini, kondisi gadis itu menjadi wajar. Dari pagi terpapar udara dingin dengan baju tipis, dan sekarang terkena badai salju.Zeus tak bisa menyembunyikannya kepanikannya. Apalagi, tas medisnya yang berharga berada di hotel. Dia tak memiliki peralatan apa pun saat ini. Dengan sangat hati-hati, Zeus memindahkan Vintari untuk lebih dekat api unggun. Gerakannya dilakukan sehalus mungkin agar tidak memicu denyut jantung berhenti.Setelah Zeus melepas co
Kata-kata Zeus membuat bulu kuduk Vintari menjadi merinding. Dia menjadi ragu untuk meneruskan aksinya. Ditambah dengan debaran dadanya yang tidak normal, dia memutuskan untuk menurunkan tangannya, beringsut mundur dan menghindari tatapan menggoda dari Zeus.“Kenapa kau mengatakan hal seperti itu? Kau kan, sudah bersedia menerima suapanku? Menyebalkan sekali!” Vintari membulatkan matanya, sambil memberanikan mentalnya untuk menatap kedua bola mata Zeus.“Kau yang memaksaku, remember? Aku hanya sedang lelah kalau harus memulai perdebatan lagi denganmu,” jawab Zeus enteng tanpa beban.Wajah Vintari bersungut-sungut, memerah karena menahan malu dan marah secara bersamaan. Bubur yang tadi hendak dia bagi dengan Zeus, pada akhrinya dilahap sendiri sampai habis. Setelah itu, Vintari meletakkan mangkuk bekasnya ke atas meja, kembali duduk meringkuk di pojok ruangan yang berjarak paling jauh dari Zeus.Sudut bibir Zeus berkedut pelan. Meskipun kesal, tapi dia merasa lucu dengan sikap Vintari
“Permisi, bisakah Anda lebih tersenyum lagi?” pinta sang fotografer pada Zeus—yang sedang mengambil gambar sesi pemotretan Zeus dan Vintari.Zeus mengangguk, tapi pada akhirnya dia kembali melakukan hal yang sama.“Mempelai pria, tolong tersenyum lebih lebar lagi. Jarak kalian terlalu jauh. Bisakah Anda memeluk pinggang mempelai wanita, lalu menatapnya dan mendekat seperti akan berciuman?” Fotografer itu kembali mengarahkan gaya untuk Zeus dan Vintari setelah sekian banyaknya jepretan, tapi tak ada satu pun yang memuaskan.Benar, akhirnya Zeus dan Vintari mengadakan pemotretan pre-wedding ini setelah seminggu berlalu. Bedanya, kali ini Zeus meminta untuk melakukannya di studio saja. Dia tak ingin kejadian minggu lalu terulang lagi. Sudah cukup dia direpotkan Vintari terus menerus.“Lakukan yang benar!” desis Vintari, dengan bibirnya yang terus mencoba tersenyum.“Kau tidak lihat aku sudah melakukan yang terbaik?” balas Zeus lagi tanpa ekspresi.Vintari menatap tajam Zeus, lalu melepas
“I don’t fucking care! Aku mau semua diganti!” Zeus bersikap sangat keras, dan bersikukuh pada permintaannya. Pria tampan itu sudah muak dengan bunga lily, dia tak ingin dipernikahannya ada bunga lily.“Gila! Mana mungkin bisa dilakukan?! Kau tidak lihat tamu undangan sudah datang semua, hah? Ini sudah satu jam menjelang acara pemberkatan! Tidak, Tidak bisa! Dekorasi atau apa pun itu tak akan ada yang diubah!” Vintari semakin emosi melihat sikap keras kepala Zeus. Ah, bukan. Lebih tepatnya, sikap gila dari seorang Zeus.“Aku tidak akan ke sana sampai semua dekorasi diganti!” ancam Zeus tak main-main pada Vintari.Vintari mengerang frustrasi akibat kegilaan Zeus Ducan. Dia meremas kepalanya, tak peduli dengan rambutnya yang telah dipilin cantik dengan bunga baby breath yang terselip cantik.“Tuan Zeus Ducan yang terhormat! Jelas sebelumnya aku sudah memintamu, bahkan memohon padamu untuk melihat dan memeriksa semua persiapan pernikahan kita. Mulai dari memastikan apakah ada menu makana
Mansion modern berukuran lima kali lipat dari rumah Vintari berhasil membuat gadis itu menganga kagum. Ini adalah kali pertamanya dia menginjakkan kaki di sini. Semua hal yang berada di mansion mewah ini berhasil menarik perhatiannya.Pintu gerbang yang berukuran berkali lipat melebihi tinggi badannya dengan banyak penjaga di luar, dua pelayan yang sedang sibuk membersihkan tumpukan salju dengan sekop di taman. Dalam hati, Vintari mulai bertanya-tanya ada berapa pelayan yang bekerja di sini.Zeus melangkah lebih dulu menuju pintu mansion yang terletak di sisi kiri bangunan. Vintari mengekor dengan gestur canggung. Bangunan dengan konsep terbuka yang berdiri gagah itu berhasil mengitimidasi kepercayaan dirinya.“Kenapa kau melamun di situ? Ayo masuk,” ucap Zeus dingin.Vintari memandang Zeus, kemudian bergegas untuk menyusul suaminya yang bersiap membuka pintu. Namun, sebelum tangan pria itu mendorong kenopnya, Vintari terlebih dulu menahannya.“Kita harus tinggal di sini? Bisakah kita
Vintari membolak-balik halaman bukunya dengan bosan. Sesekali, dia menguap sambil melihat ke arah pintu. Sudah dari setengah jam yang lalu dia duduk tenang di perpustakaan ini, menunggu Andre yang katanya akan segera menyusul setelah membicarakan masalah desain dengan rekannya.“Hei, Vintari?”Suara itu, sontak membuat Vintari mendongak dan mengerjap beberapa kali. “Zayn?”“Boleh aku duduk di sini?” tanya Zayn sopan.“Sure, silakan,” jawab Vintari sedikit kikuk.Bersamaan dengan itu, Andre masuk ke perpustakaan dan langsung menghampiri keduanya.“Apa kabar, Zayn?” sapa Andre pada Zayn.“Greatl! Wait a moment—” Zayn memeriksa notifikasi pesan yang baru saja masuk.Melihat kesempatan itu, Andre segera bertanya pada Vintari melalui gerakan matanya. Beberapa kali dia melirik ke arah Zayn yang masih menunduk, membalas pesan, lalu melotot pada Vintari dan bertanya tanpa suara.‘Tentang pernikahanmu, bisakah dibahas di depannya?’ Gerakan bibir Andre nampak sedang menanyakan hal itu.Vintari
“Aaaaaaaaaa. Zeus, apa yang kau lakukan?” Suara teriakan Vintari begitu keras, berhasil membuat Zeus terbangun. Padahal, pria tampan itu baru benar-benar terlelap menjelang pagi buta.“Fuck, kenapa kau berteriak, Vintari!” Zeus memegang telinganya sendiri, di kala mendengar suara teriakan Vintari. Pria itu mengumpat seraya meloloskan keluhan. Telinganya benar-benar sakit mendengar jeritan perempuan itu.“Apa yang kau lakukan?! Kenapa kau melewati batasan yang sudah aku buat, Zeus?!” seru Vintari kesal seraya memeluk dirinya sendiri. Benaknya membayangkan dirinya akan Zeus yang berpikir macam-macam.Zeus melayangkan tatapan mematikannya pada Vintari. “Kau yang melewati batas, bukan aku!” tunjuknya pada selimut pembatas yang berada tepat di sebelahnya, bergeser jauh dari tempat yang semestinya.Vintari memperhatikan posisinya. Benar saja, dia yang telah melewati batas. Oh shit! Vintari mengumpat kesal. Gadis itu tak mengira akan melewati batas yang sudah dirinya sendiri buat.Suara ket
“Serius? Kurasa sangat aneh, jika kau ingin antagonis itu selamat,” ucap Vintari heran saat Zayn menceritakan kalau dia merasa kasihan pada peran antagonis di salah satu film superhero tahun lalu.“Setelah kupikir, dia tak sejahat itu. Ada satu hal yang membuatnya memutuskan untuk menjadi jahat.” Zayn terlihat bersungguh-sungguh.“Hmm, tampaknya kau adalah tipe orang yang bisa memandang sudut pandang dari banyak sisi,” puji Vintari dengan senyuman di wajahnya.Zayn tertawa mendengar ucapan Vintari. Tangannya menunjuk ke arah eskalator dan mempersilakan Vintari untuk naik lebih dulu. “Dia terlihat kesepian. Andai saja tokoh utama wanitanya bisa lebih mengerti keadaannya dan perlahan menariknya dari dunia kelam itu, dia pasti akan berubah menjadi sosok yang baik.”Vintari mengerucutkan bibirnya, mengangguk-angguk kecil. Sepertinya dia mulai setuju dengan pendapat Zayn. “Kau benar juga. Hmm, cinta memang sangat rumit.”Zayn tersenyum seraya menatap Vintari. “Bukan rumit, tapi orang lebih