“Bagaimana kondisinya?”
“Masih cantik luar biasa.”
“Noe, aku tidak bercanda!”
“Cih… dasar sepupu tidak punya selera humor.”
“Tinggal kau jawab saja apa yang aku tanyakan. Tidak perlu membahas ke mana-mana!”
“Baiklah, Tuan Mendez, maafkan atas kelancangan sepupumu ini. Kondisinya baik, hanya demam biasa. Sepertinya gadis cantik yang imut ini kelelahan. Kau, habis menyiksanya ya? Kau pasti membuatnya bekerja tiada henti.”
“Jangan bicara sembar4ngan! Aku bahkan belum memerintahnya satu kalipun!” desis Jerrald tak terima saat sepupunya dari pihak sang ibu menuduhnya seperti itu.
Jerrald mengalihkan pandangan ke arah gadis cantik yang saat ini terbaring lemah dengan mata tertutup sempurna di atas ranjang salah satu kamar tamu di apartemen ini. Kamar yang seharusnya ditempati maid barunya itu, kalau saja Jerrald tidak menjalankan rencana liciknya.
Tangan Jerrald bersedekap. Ia menatap maidnya dengan ekspresi datar dan dingin khas pria itu. Pikirannya melayang saat mengingat kejadian hampir satu jam yang lalu.
Jerrald menemukan maid barunya jatuh tergeletak di atas lantai di ruang televisi di apartemen ini saat Jerrald turun hendak mengambil minum. Maid baru yang terluka akibat kecerobohannya sendiri beberapa jam yang lalu.
“Aku sudah meminta asistenku untuk membawakan obat yang akan dibutuhkan gadis ini. Mungkin sekitar satu jam lagi asistenku akan datang.”
Jerrald hanya membalas dengan gumaman saat sepupunya yang berprofesi sebagai dokter itu kembali berbicara padanya.
Terdengar decakan kesal yang keluar dari mulut sang sepupu.
Pandangan Jerrald kembali beralih ke arah sepupunya itu. Ia menaikkan sebelah alis seolah bertanya.
“Kau itu masih saja irit bicara. Padahal Tuhan memberikan kita suara untuk digunakan, bukan untuk disimp—”
“Diamlah, Noe, kau itu cerewet sekali melebihi Nenek.”
“Ck! Berengs3k kau! Tidak perlu menyamakanku dengan Nenek!” ucap sang sepupu menggebu saat Jerrald menyamakannya dengan nenek mereka yang terkenal super cerewet.
Jerrald hanya membalas dengan tatapan datar dan tanpa dosa, yang kembali menimbulkan decakan kesal sepupunya.
“Mengapa aku bisa punya sepupu sepertimu?”
“Kalau boleh memilih, aku pun tidak ingin punya sepupu sepertimu,” balas Jerrald enteng.
“Sepupu si4lan!” desis Noe. Ia mendengus kesal. Noe sadar jika ia tak akan pernah bisa menang melawan Jerrald.
“Ngomong-ngomong, dapat di mana kau maid seperti itu?” Noe mengarahkan dagunya ke arah Feli. “Sepertinya aku butuh yang seperti itu di apartemenku.”
Tatapan Jerrald langsung tajam menusuk sang sapupu. “Butuh maid?” sangsi Jerrald. “Jangan bercanda. Daripada butuh maid, kau lebih butuh ‘teman tidur’ kan?”
Noe tertawa lepas saat mendengar ucapan Jerrald. Sepupunya itu sangat mengenalnya, sampai tahu kebiasaannya selalu tidur ditemani wanita yang berbeda setiap harinya. “Tentu saja, Sepupu. Aku ini pria dewasa, tentu saja aku butuh teman tidur.”
“Dia bukan wanita seperti teman-teman tidurmu, Noe! Jadi hentikan pikiran liarmu padanya!”
“Woah! Santai, Sepupu, aku bukan memintanya darimu, tapi aku bertanya, kau dapat dari mana maid yang seperti itu. Dia cantik dan mengg0da luar biasa. Tubuhnya sepertinya indah. Mungkin saja aku bisa menemukan maid seperti milikmu. Tapi… kalau kau ingin menyerahkan maid-mu itu padaku juga boleh. Aku tentu tidak akan menolak—”
“Pergilah! Cari saja di jalan!”
“Jadi kau menemukannya di jalan? Wah ini menarik—”
“Mah-dreh yang membawanya!” potong Jerrald akhirnya.
“Wah, jadi Bibi yang membawa gadis super cantik itu? Baiklah, terima kasih info-nya, Sepupu. Aku akan menghubungi Bibi setelah ini. Mungkin saja Bibi bisa merelakan gadis cantik itu untuk teman tidurk—”
“Kau bicara lagi, aku akan melemparmu dari jendela kamarku, Noe.”
Noe langsung terdiam melihat kemarahan yang diperihatkan sepupunya itu. Walaupun suara Jerrald terlihat tenang saat mengucapkan itu, tapi rahangnya yang mengeras tak bisa berbohong.
Sepupunya… sedang cemburu?
Wah… sepertinya ini sangat menarik. Pria yang tak pernah tertarik pada wanita manapun selama ini setelah ‘kejadian itu’, kembali memperlihatkan ketertarikan pada wanita?
Hmm… berita bagus!
“Kau… terlalu serius, Sepupu.”
“Dan kau terlalu menjijikkan dengan otak m3summu itu!”
“M3sum di usia yang sudah dewasa itu wajar, Sepu—”
“Kau benar-benar cerewet seperti Nenek. Jangan sampai aku menghubungi Nenek sekarang, supaya kau dipaksa menikah saat ini juga, Sepupu.”
Wajah Noe langsung terlihat pucat. Pria ini membereskan alat kedokterannya untuk kembali dia masukkan ke dalam tas yang dibawanya. “B3rengsek kau, Mendez!” desis Noe.
Jerrald tersenyum miring. Ia tahu kelemahan sang sepupu adalah nenek mereka. Neneknya adalah orang yang taat beragama. Jika sang nenek tahu Noe ahli ranjang sebelum menikah, sudah bisa dipastikan sang nenek yang tinggal di Desa Albarracin akan menyeret Noe ke depan altar untuk menikahi salah satu wanita baik-baik dan polos yang nenek mereka kenal.
“Jangan coba-coba kau menghubungi Nenek, kalau tidak ingin maid-mu aku ambil!” ancam Noe.
“Mengambil maid-ku? Seolah kau bisa,” ejek Jerrald tanpa sadar.
“Apa yang aku tidak bisa, Mendez? Jangan ragukan keahlianku merayu maid-mu.”“Kau—”
“Kau jatuh cinta pada maid-mu?” potong Noe saat kembali melihat kemarahan Jerrald.
Jerrald langsung terdiam. Ia sanggup membalas pertanyaan mendadak yang dilayangkan sepupunya itu.
Jatuh cinta?
Terdengar kekehan geli Noe. “Aku tidak akan merayu maid-mu, asal kau tidak menghubungi Nenek untuk mempengaruhi Nenek kita tercinta, Sepupu. Aku tidak sangka kau bisa kembali jatuh cinta,” ucap Noe kembali. Nada suaranya kali ini menggoda. Pria itu langsung saja berlalu dari kamar ini, meninggalkan Jerrald yang saat ini kembali mengeraskan rahangnya.
“Aku tidak jatuh cinta!” seru Jerrald setengah berteriak, yang hanya dibalas tawa renyah sepupu sial4nnya itu yang masih terdengar olehnya.
Jerrald mengalihkan pandangan ke arah sang maid yang terlihat pucat saat ini. Namun, tak membuat wajah cantiknya memudar.
“Kau merepotkanku di hari pertamamu bekerja, Nona Floy! Dan si4lnya, kau membuat si Ber3ngsek itu salah paham padaku!”
Jatuh cinta? Pada maid ceroboh ini?
Hey! Mereka baru bertemu hari ini. Apa-apaan sepupu lakn4tnya itu!“Sialan kau, Noe Hugo!” geram Jerrald. Kedua tangannya terkepal kuat.
‘Aku tidak jatuh cinta! Aku tidak jatuh cinta!’ mantra Jerrald di dalam hati, meyakinkan diri jika apa yang disangka sepupunya itu adalah kesalahan besar.
Jerrald bukan jatuh cinta pada gadis yang belum sadar dari pingsannya itu, tapi Jerrald hanya takut jika maid barunya menjadi mainan baru sang sepupu yang terkenal playboy.Walaupun Jerrald baru mengenal maidnya itu, entah mengapa Jerrald sangat yakin, sang maid adalah gadis polos yang menggemaskan. Gadis di depannya itu terlihat jauh lebih menggemaskan saat menangis tadi.
Jerrald masih ingat bagaimana lucunya wajah sang maid tadi saat menangis karena jarinya yang terluka. Jerrald tersenyum amat sangat tipis, nyaris tak terlihat.
“Engh…”
Jerrald tersadar dari lamunan, saat mendengar lenguhan sang maid.
Mata sang maid terbuka perlahan. Membuat Jerrald siaga, dan segera menghampiri sang maid. Pria ini duduk di ranjang di samping maidnya itu.“Kepalaku… pusing…” bisik sang maid terbata sambil memegangi kepalanya dengan kedua tangan. Matanya kembali menutup, seolah sangat berat untuk terbuka.
“Sebaiknya kau istirahat, Nona Floy. Jangan paksakan dirimu untuk bangun.”
Sang maid hanya membalas dengan gumaman tak berdaya.
Jerrald memperhatikan dalam diam beberapa saat.
“Kau ingin minum?” tanya Jerrald.
Hening. Tak ada jawaban dari mulut sang maid. Napas maid-nya teratur, menandakan gadis itu kembali tertidur.
“Nona Floy, kau… tidur?” tanya Jerrald seperti orang bod0h.
Tetap tak ada jawaban dari sang maid, yang membuat Jerrald tertawa kaku. “Otakmu sepertinya tertinggal di kamar, Jerrald. Lihatlah napas teraturnya, gadis ini sudah pasti tertidur, bod0h!” monolog Jerrald, memaki dirinya sendiri.
Pria ini membenahi selimut yang sejak tadi mengubur tubuh sang maid. Lalu berlama-lama menatap wajah maidnya itu.
Detak jantung Jerrald yang tenang, perlahan berubah semakin kencang. Semakin ditatap, maid-nya ini terlihat semakin menarik.
Menarik?
Si4l! Jangan bilang dia mulai tertarik pada gadis yang tadi melawannya di dapur apartemennya sendiri?
Tidak! Dia tidak tertarik!
Apa menariknya gadis itu?!
Gadis itu pembangkang dan cerob0h. Tidak ada yang baik tentang maid baru itu sejak pertemuan pertama mereka.
Hal yang baik hanya wajahnya yang terlihat amat sangat cantik dan menggemask—
M****a!
Apa yang dia pikirkan?!
Jerrald segera mengalihkan pandangan ke arah lain sebelum akal sehatnya menghilang. Ia beranjak dari duduknya. Sebelah tangannya berkacak pinggang, sementara sebelah tangan lagi memijat pangkal hidungnya sendiri frustrasi. “Ada apa denganku? Apa aku gil4?!”
“Mommy~”
Jerrald kembali mendengar suara dari mulut sang maid. Ia kembali memfokuskan pandangan ke arah maidnya yang terlihat masih memejamkan mata.
“Mommy~ hiks… Daddy~”
Jerrald kembali mendudukkan diri di sisi ranjang, lalu mengusap lembut rambut indah sang maid. “Hey… tenanglah,” bisik Jerrald menenangkan.
“Mommy~, Daddy~… jangan tinggalkan aku. Aku… hiks… aku takut sendiri~” rengek sang maid yang masih setia menutup matanya. Sepertinya sang maid mengigau. Wajah maid barunya ini terlihat cemas dan panik.
“Aku… takut…” bisik sang maid kembali.
“Ssstt… kau tidak perlu takut, Dulce niña, kau tidak sendirian. Tidurlah… ada aku yang menjagamu,” bisik Jerrald kembali. Tangannya masih setia mengusap rambut sang maid yang terasa halus. Sepertinya maidnya ini merawat rambutnya dengan baik. Membuat Jerrald perlahan merasa nyaman mengusap rambut cokelat terang ini.
“Daddy~”
“Ssstt… tidurlah, Dulce niña …”
Tak berapa lama, sang maid kembali tenang. “Jangan pergi, Daddy~” ucap sang maid untuk terakhir kalinya sebelum napasnya mulai kembali teratur.
“Kau sepertinya sangat manja pada mommy dan daddy-mu, Nona Floy,” bisik Jerrald dengan amat sangat pelan, takut jika suaranya akan mengganggu tidur sang maid.
“Tidurlah dengan tenang… Aku akan membuatkan sup,” bisik Jerrald kembali sambil menjauhkan tangannya dari rambut sang maid. Sebenarnya, ada perasaan tak rela saat tangannya meninggalkan surai halus itu.
Namun Jerrald segera menggeleng kencang. Hari ini ia merasa jika dirinya aneh.
Pria ini beranjak dari duduknya, lalu mulai melangkah ke luar kamar. Sebelum benar-benar keluar, Jerrald kembali menatap maid-nya itu.
“Kau… benar-benar merepotkan, Nona Floy, dan membuatku bingung!” desis Jerrald tajam.
Bingung? Karena apa? Ah... entahlah! Bahkan Jerrald tidak tahu mengapa dia tiba-tiba bingung.
***
Feli membuka mata, dan mendapati seorang pria tengah duduk di sebuah kursi yang berada di samping ranjang. Pria itu sedang sibuk dengan laptop di depannya.Majikannya? Sedang apa pria itu di sini?Dalam diam, Feli memperhatikan sang majikan, dan mengingat-ingat mengapa dia berbaring di ranjang yang lumayan empuk ini. Kenyamanan ranjang ini berbeda jauh dengan ranjang di kamar yang ia tempati. Kamar tempat di mana ia beristirahat tadi setelah tiba di apartemen ini.Pikiran Feli menerawang. Tadi… dia kehausan setelah menangis kurang lebih satu jam di kamar sempit itu. Itu terjadi setelah majikan barunya membalut jarinya yang terluka dengan perban, lalu memerintahnya untuk kembali beristirahat.Kepalanya pusing karena terlalu lama menangis, ditambah lagi rasa nyeri di jarinya, membuat tubuhnya panas dingin. Apalagi perutnya belum terisi sejak tiba di negara ini. Apel yang tadi sempat digigitnya t
“Beginikah? Sepertinya ini cukup.”Feli menekan tombolONuntuk menyeduh kopi yang sudah diletakkannya di dalam sebuah teko penyeduh kopi listrik yang dia temukan di dapur ini. Wanita cantik ini mempelajari cara pemakaiannya melalui mesin pencarian, dan mencocokkan gambar yang ada di mesin pencarian dengan teko penyeduh kopi listrik itu.Kemarin sang majikan memerintahnya untuk membuatkan pria itu kopi setiap pagi.“Hm… apa yang harus aku lakukan sambil menunggu kopi ini jadi?” Feli mengetukkan jemarinya ke atas meja pantri di dapur luas ini. “Membersihkan apartemen ini? Ck! Hari penyiks4an dimulai,” ucap Feli tertekan.Feli melangkah menuju tempat di mana alat penyedot debu diletakkan. Kemarin sang majikan memberitahu Feli di mana letak alat-alat pembersih di apartemen ini disimpan.Feli mendorong alat penyedot debu i
“Tuan Mendez, perusah__ Ehm… Tuan?”Jerrald tersadar dari lamunan saat sang sekretaris menyadarkannya. Ia mengedarkan pandangan ke sekililing.Ah… ternyata ia telah berada di dalam ruang kerjanya. Bahkan ia telah berdiri tepat di depan meja kerjanya.Jerrald tidak sadar jika dia melamun sejak ke luar dari ruang meeting.“Ada apa, Eloy?”“Apakah ada yang Anda pikirkan?” tanya Eloy khawatir. Sejak tadi sang bos sepertinya kurang fokus. Bukan hanya saat ini saja, tapi sejak di ruang meeting.Beberapa kali Jerrald harus disadarkan Eloy. Sampai membuat Eloy cemas. Mungkinkah sang bos sedang tidak enak badan?Pasalnya, ini kali pertama Jerrald tak fokus saat bekerja.Jerrald memijat keningnya. Wajah pria ini seperti sedang menanggung beban berat. “Aku hanya memikirkan
“Apa maksudmu, Nona Cia?” tanya Jerrald kembali. “E… i-itu…“ Feli kembali terdiam. Kali ini menggigit bibir cemas. Jerrald memicingkan mata curiga saat Feli tak kunjung menjawab dengan jelas pertanyaannya. “Kau benar-benar mencurigakan, Nona Cia. Siapa kau sebenarnya?” tanya Jerrald pada akhirnya. Tubuh Feli mendadak panas dingin. Jerrald menatapnya tak kira-kira tajamnya. Seperti pisau yang baru diasah, dan siap untuk memotongnya kapan saja. “A-Anda kenapa bicara seperti itu? Tentu saja a-aku Jolicia Floy, Tuan.” “Jolicia Floy… Tentu saja aku tahu kau Jolicia Floy.” Jerrald bersedekap. Matanya masih betah memancarkan ketajaman. “Lalu kenapa Anda b-bertanya?” “Karena kaumaidteraneh yang pernah aku punya. Kau tidak bisa bekerja dengan baik, kau merepotkan, dan kau tidak mandiri. Ben
"Ya Tuhan, Nona Cia!"Feli menghela napas lelah. Ini sudah ke sekian kalinya sang majikan mengeluarkan pekikan seperti ini. Seperti siap mengulitinya.Apa lagi kini salahnya?"Apa begini caramu mencuci kentang?! Berikan padaku!"Feli menyingkir dari depan wastafel saat Jerrald dengan sedikit kasar merebut sebuah kentang yang sedang dipegangnya. Gadis ini menatap sebal sang majikan dari samping. Feli memperhatikan cara Jerrald mencuci beberapa kentang itu."Aku rasa aku mencucinya sama seperti Anda, Tuan.""Bagaimana bisa sama?! Kau hanya membasahinya tanpa kau bersihkan!""Aku su—""Tidak perlu banyak bicara! Lebih baik masukkan sayuran yang lainnya ke dalam lemari pendingin sebelum semuanya bvsuk!" perintah Jerrald, tapi tatapan mata pria itu tak beralih ke arah beberapa kentang yang sedang ia bersihkan.
“Kau sudah memesankan makanan untuknya?” tanya Jerrald sambil mengecek, lalu menandatangani beberapa berkas yang baru saja diberikan Eloy.“Seperti perintah Anda, Tuan,” balas Eloy.Jerrald terdiam. Tangannya menggenggam erat pena yang digunakannya. Pikirannya menerawang pada kejadian pagi tadi di apartemennya. Ia meninggalkan sang maid begitu saja setelah membentak gadis itu.“Anda bisa mengajariku membuat kopi untuk Anda, Tuan. Jadi Anda tidak perlu repot-repot membuat kopi sendiri.”“Tuan, apakah Anda tidak ingin sarapan?”“Tuan, Anda ingin berangkat sekar—"“Kerjakan apa yang bisa kau kerjakan, Nona Cia! Jangan mengganggu dan mengajakku berbicara!” bentak Jerrald sebelum membuka pintu utama apartemennya, lalu pergi begitu saja dari hadapan sang maid yang t
"Tu-Tuan...""JANGAN SENTUH AKU!" teriak Jerrald seperti anak kecil yang sedang merajuk. Ia menghindar saat Feli menyentuh lengannya."Aku… a-aku hanya ingin membantumu membersihkan matamu, Tuan. Ikutlah denganku." Feli kembali menyentuhkan tangannya di lengan kekar Jerrald, lalu menarik lengan pria ini menuju shower yang tak jauh di depan mereka.Feli merasa sangat bersalah saat melihat sang majikan kesakitan seperti itu. Pasti rasanya perih sekali. Mata terkena air sabun saja sudah perih, bagaimana dengan cairan shampo yang tidak tercampur air sama sekali. Ugh... pasti sangat-sangat menyakitkan mata.Karena matanya terasa perih luar biasa, Jerrald tak punya pilihan lain selain mengikuti langkah maid gilanya ini. Matanya benar-benar tak sanggup terbuka."Mierda ( Sialan )! APA YANG KAU LAKUKAN?!""Diam dulu, Tuan. Tolong singkirkan tangan Anda, biar aku mudah
Mata Feli melebar tak percaya melihat dinding mewah bertuliskan MENDEZ AERO CORP saat ia keluar dari lift yang dinaikinya bersama sang majikan.Ia sampai mengusap kedua matanya beberapa kali, karena merasa tak asing dengan nama perusahaan ini.Nama itu bukankah…Gedung yang dia pijak ini adalah perusahaan pembuat pesawat jet yang ingin dibelinya jika misi yang dijalankannya berhasil. Dan ini… ini milik sang majikan??? Apakah ini suatu kebetulan?Lelucon macam apa ini!Namun sepertinya ini bukan lelucon. Ini kenyataan. Kenapa dia bisa tak curiga dengan nama belakang sang majikan yang sama persis dengan nama perusahaan ini?“Nona Cia.”Feli mengalihkan pandangan ke arah sumber suara, tempat di mana sang majikan berdiri tak jauh darinya dengan wajah kesal. Tepat di belakang sang majikan, berdiri sekretaris pria itu
Holaa~ buat pecinta belut listrik & lumpur hidup :*Bonus part terakhir ya untuk versi aplik4si.Buat yang mau komen paragraf, caranya bisa tekan agak lama paragraf mana yang mau dikomentari sampai muncul tulisan komentar. Udah deh kalian bisa ketik komentar kalian ^_^Dahlah… Happy reading <3***“Apakah istrimu sengaja?!”“Apa yang kau katakan? Kau mendapatkannya dua kali berturut-turut tanpa istriku melihat ke arahmu, itu berarti kau memang diharuskan mencari pasangan hidup, Sepupu.”Noe mendengus kesal. Ia kembali memandang buket bunga yang berada di tangannya. Bagaimana bisa ini terjadi? Meng
Jerrald beberapa kali membenahi letak dasinya. Sebenarnya, letak dasi pria ini tidak bermasalah sedikitpun. Hanya saja, pakaian yang dia kenakan yang menjadi masalah, dan itu membuat Jerrald tak nyaman. Ia melirik sepatu yang ia pakai. Sepatu itu berwarna merah muda terang bermotif bunga-bunga kecil. Persis seperti warna pakaian formal yang saat ini ia pakai.Di sampingnya, berdiri sang istri yang saat ini memakai gaun berwarna senada dengan panjang gaun bagian depan hanya sampai atas lutut. Sementara bagian belakang gaun panjang menjuntai. Sejak tadi senyum kebahagiaan tak pernah luntur dari bibir sang istri. Tidak seperti dirinya yang hanya mampu berwajah datar. Kalaupun tersenyum, Jerrald tak sanggup tersenyum lepas.Sumpah demi apa pun, hari ini kali pertama ia menggunakan pakaian berwarna cerah seperti ini. Ini membuatnya sangat canggung. Jerrald menyugar rambut gugup. Tadi pagi, ia memakai pakaian berwarna kuning cerah. Malam harinya,
“Kau ingin menggantinya lagi??” >> ”Kenapa memang? Apa kau akan marah padaku?! Ini keinginan Telur Belutmu!” “Baiklah-baiklah, Sayang… Kau jangan marah-marah seperti itu.” >> ”Kau yang membuatku marah-marah, Tuan Mendez!” “Maafkan aku, Nyonya Mendez.” Jerrald terkekeh geli. Ia menatap layar ponselnya dengan penuh rasa cinta. Wajah sang istri masih saja memerah setiap kali Jerrald memanggilnya dengan sebutan baru itu. Mereka melakukan pemberkatan pernikahan tiga minggu yang lalu. Tepat tiga hari setelah Jerrald meminta mereka segera menikah di depan Charlotte dan Leonel. Persiapan pemberkatan pernikahan mereka tidak ada kendala yang berarti. Semua dokumen kedua orang itu sudah sejak lama dipersiapkan Leonel dan Niguel, sehingga semua berjalan dengan sangat cepat. Acara itu
“Kenapa Dad tidak mengatakan yang sebenarnya?” Feli menatap tajam sang daddy.Wajah Leonel saat ini terlihat seperti pencuri yang tertangkap basah. Tak ada bedanya dengan Charlotte. Wanita itu menyenggol lengan sang suami.“Jangan diam saja, Leon! Kau harus menjelaskan semuanya pada Putri kecil kita!” bisik Charlotte tajam. “Oh… aku sudah menduga jika Feli pasti akan marah seperti ini,” bisik Charlotte kembali. Kali ini terdengar putus asa.“Cia, sudahlah. Ini semua sudah terjad—”“Kau tidak aku perbolehkan untuk bersuara, Tuan Mendez!”Jerrald langsung mengatupkan mulut. Lebih baik ia mengikuti keinginan ibu hamil satu ini. Hubungan mereka sudah membaik beberapa jam sebelumnya dan ia tidak ingin lagi diabaikan.“Dad—”“Maafkan daddy, Baby Gir
Feli mengusap lengannya dengan air bergantian. Entah sudah berapa lama ia merendam diri di dalam bathtub kamar mandinya. Ia menatap kosong dinding. Ekspresi terkejut Jerrald tadi masih terbayang.Makhluk kaku itu ingin mencoba mengelabuinya? Apakah pria itu bercanda?Feli tidak akan semudah itu dibohongi. Walaupun kebersamaan mereka tergolong singkat, tapi Feli sangat menghapal segala sesuatu tentang pria itu.Memang awalnya Feli sempat terkecoh saat pertama kali melihat penampilan berbeda Jerrald yang berdiri di bawah balkon kamarnya. Namun ketika ia melewati pria itu saat dirinya dan sang mommy selesai berjalan-jalan di taman mansion, Feli langsung menyadari jika pria itu adalah pria yang telah memasukkan telur belut ke dalam kandungannya. Aroma dan bentuk tubuh pria itu amat sangat Feli kenal.Untuk meyakinkan dugaannya, Feli sengaja meminta makanan yang sering dibuatkan Jerrald saat ia berada di
“Ha-hai, Fel.”Feli menghentikan langkah saat Andrew menyapanya. Ia menyunggingkan senyum kecil. Setelah lima hari berada di rumah, Feli merasa b0san dan memutuskan mulai kembali mengikuti pelajaran.“Oh, hai Andrew.”“Kau masuk?”“Tidak. Aku masih berada di rumah,” seru Feli jahil, lalu tertawa. “Kalau kau melihat aku ada di sini, itu berarti aku masuk, Andrew.”Andrew terlihat salah tingkah. Membuat tawa Feli semakin menjadi.Namun, berbanding terbalik dengan pria yang berada tak jauh di belakang wanita itu.“Siapa dia?” bisik pria itu tajam pada seorang pria di sebelahnya.“Teman Nona Feli, Tuan Mendez.”Pria yang tak lain adalah Jerrald, menggeram kesal. Ia menatap bodyguard kekasih hatinya itu. “Apakah m
“Bagaimana?” tanya Charlotte cemas. Ia memperhatikan wajah sang anak yang saat ini menikmati patatas bravas yang tadi diinginkan anaknya itu.Walaupun Feli sempat berkata tak jadi menginginkan makanan tersebut. Tak lama, wanita cantik yang sedang mengandung itu kembali mengubah keinginannya. Ia benar-benar menginginkan makanan itu.Dan di sinilah Charlotte. Beberapa saat yang lalu ia masuk ke dalam kamar Feli sambil membawa piring berisi makanan pesanan sang anak. Charlotte terus mengawasi Feli yang terlihat memakan perlahan satu potong kentang itu ke dalam mulutnya. Baby Girl-nya mengunyah dengan hati-hati.Feli menelan makanan itu. Ia menatap Charlotte. “A-apakah Madam Glenda yang membuatnya?” bisik Feli parau. Menyebut nama juru masak keluarganya.Charlotte menggigit bibir. Ia menelan saliva susah payah. “A-apakah kau suka?” tanya Charlotte gugup.
Feli mematut wajahnya di cermin. Setelah dirawat di rumah sakit selama satu hari, ia diperbolehkan pulang. Untung saja kondisi kandungannya baik-baik saja setelah ditangani dokter. Flek sempat keluar, tapi tidak beresiko keguguran.Dokter hanya mengatakan Feli harus lebih berhati-hati saat kehamilan muda seperti itu setelah dokter di rumah sakit itu diberitahu bahwa sebelumnya Feli sempat berlari kencang. Dokter memperingatkan Feli untuk tidak lagi ceroboh, karena saat hamil muda, janin lebih rentan terhadap guncangan. Dokter juga memberitahu Jerrald dan kedua orang tua Feli untuk menjaga mental wanita itu agar tidak mengalami stress.Feli mengusap lembut perutnya. Matanya menatap kosong cermin.Sampai saat ini, Feli tidak tahu dari mana Jerrald mengetahui tentang kehamilannya. Sudah tiga hari ini Feli menghindari pria itu yang tak absen datang ke mansionnya. Feli mengurung diri di kamar, tak peduli sang mommy terus memb
Jerrald terus mengejar langkah Cia-nya.Apakah rencananya salah?Arghh! B3rengsek!Melamar Cia di acara pernikahan Roland dan sahabat wanita itu adalah satu-satunya cara yang dapat ia pikirkan kala itu setelah mendapat restu dari Leonel dan Charlotte Addison. Bahkan Noe pun mendukung rencananya.Jerrald pun sampai rela dimaki istri Roland saat ia meminta bantuan wanita itu secara langsung agar rencananya dapat berjalan dengan baik. Selama ini, ia tidak pernah mendapat makian dari siapa pun. Orang cenderung takut padanya karena sikap dingin yang selalu ia perlihatkan.Namun karena wanita cantik bernama Felicity Jolicia Addison, Jerrald rela mendapatkan semua itu. Pertama, mendapat makian dari Charlotte, lalu ke dua, ia mendapat makian dari wanita bernama Sally, yang mana adalah istri dari Roland.Bukankah hidupnya sungguh sangat menyenangkan belakangan ini?