“Tuan Mendez, perusah__ Ehm… Tuan?”
Jerrald tersadar dari lamunan saat sang sekretaris menyadarkannya. Ia mengedarkan pandangan ke sekililing.
Ah… ternyata ia telah berada di dalam ruang kerjanya. Bahkan ia telah berdiri tepat di depan meja kerjanya.
Jerrald tidak sadar jika dia melamun sejak ke luar dari ruang meeting.
“Ada apa, Eloy?”
“Apakah ada yang Anda pikirkan?” tanya Eloy khawatir. Sejak tadi sang bos sepertinya kurang fokus. Bukan hanya saat ini saja, tapi sejak di ruang meeting.
Beberapa kali Jerrald harus disadarkan Eloy. Sampai membuat Eloy cemas. Mungkinkah sang bos sedang tidak enak badan?
Pasalnya, ini kali pertama Jerrald tak fokus saat bekerja.
Jerrald memijat keningnya. Wajah pria ini seperti sedang menanggung beban berat. “Aku hanya memikirkan
“Apa maksudmu, Nona Cia?” tanya Jerrald kembali. “E… i-itu…“ Feli kembali terdiam. Kali ini menggigit bibir cemas. Jerrald memicingkan mata curiga saat Feli tak kunjung menjawab dengan jelas pertanyaannya. “Kau benar-benar mencurigakan, Nona Cia. Siapa kau sebenarnya?” tanya Jerrald pada akhirnya. Tubuh Feli mendadak panas dingin. Jerrald menatapnya tak kira-kira tajamnya. Seperti pisau yang baru diasah, dan siap untuk memotongnya kapan saja. “A-Anda kenapa bicara seperti itu? Tentu saja a-aku Jolicia Floy, Tuan.” “Jolicia Floy… Tentu saja aku tahu kau Jolicia Floy.” Jerrald bersedekap. Matanya masih betah memancarkan ketajaman. “Lalu kenapa Anda b-bertanya?” “Karena kaumaidteraneh yang pernah aku punya. Kau tidak bisa bekerja dengan baik, kau merepotkan, dan kau tidak mandiri. Ben
"Ya Tuhan, Nona Cia!"Feli menghela napas lelah. Ini sudah ke sekian kalinya sang majikan mengeluarkan pekikan seperti ini. Seperti siap mengulitinya.Apa lagi kini salahnya?"Apa begini caramu mencuci kentang?! Berikan padaku!"Feli menyingkir dari depan wastafel saat Jerrald dengan sedikit kasar merebut sebuah kentang yang sedang dipegangnya. Gadis ini menatap sebal sang majikan dari samping. Feli memperhatikan cara Jerrald mencuci beberapa kentang itu."Aku rasa aku mencucinya sama seperti Anda, Tuan.""Bagaimana bisa sama?! Kau hanya membasahinya tanpa kau bersihkan!""Aku su—""Tidak perlu banyak bicara! Lebih baik masukkan sayuran yang lainnya ke dalam lemari pendingin sebelum semuanya bvsuk!" perintah Jerrald, tapi tatapan mata pria itu tak beralih ke arah beberapa kentang yang sedang ia bersihkan.
“Kau sudah memesankan makanan untuknya?” tanya Jerrald sambil mengecek, lalu menandatangani beberapa berkas yang baru saja diberikan Eloy.“Seperti perintah Anda, Tuan,” balas Eloy.Jerrald terdiam. Tangannya menggenggam erat pena yang digunakannya. Pikirannya menerawang pada kejadian pagi tadi di apartemennya. Ia meninggalkan sang maid begitu saja setelah membentak gadis itu.“Anda bisa mengajariku membuat kopi untuk Anda, Tuan. Jadi Anda tidak perlu repot-repot membuat kopi sendiri.”“Tuan, apakah Anda tidak ingin sarapan?”“Tuan, Anda ingin berangkat sekar—"“Kerjakan apa yang bisa kau kerjakan, Nona Cia! Jangan mengganggu dan mengajakku berbicara!” bentak Jerrald sebelum membuka pintu utama apartemennya, lalu pergi begitu saja dari hadapan sang maid yang t
"Tu-Tuan...""JANGAN SENTUH AKU!" teriak Jerrald seperti anak kecil yang sedang merajuk. Ia menghindar saat Feli menyentuh lengannya."Aku… a-aku hanya ingin membantumu membersihkan matamu, Tuan. Ikutlah denganku." Feli kembali menyentuhkan tangannya di lengan kekar Jerrald, lalu menarik lengan pria ini menuju shower yang tak jauh di depan mereka.Feli merasa sangat bersalah saat melihat sang majikan kesakitan seperti itu. Pasti rasanya perih sekali. Mata terkena air sabun saja sudah perih, bagaimana dengan cairan shampo yang tidak tercampur air sama sekali. Ugh... pasti sangat-sangat menyakitkan mata.Karena matanya terasa perih luar biasa, Jerrald tak punya pilihan lain selain mengikuti langkah maid gilanya ini. Matanya benar-benar tak sanggup terbuka."Mierda ( Sialan )! APA YANG KAU LAKUKAN?!""Diam dulu, Tuan. Tolong singkirkan tangan Anda, biar aku mudah
Mata Feli melebar tak percaya melihat dinding mewah bertuliskan MENDEZ AERO CORP saat ia keluar dari lift yang dinaikinya bersama sang majikan.Ia sampai mengusap kedua matanya beberapa kali, karena merasa tak asing dengan nama perusahaan ini.Nama itu bukankah…Gedung yang dia pijak ini adalah perusahaan pembuat pesawat jet yang ingin dibelinya jika misi yang dijalankannya berhasil. Dan ini… ini milik sang majikan??? Apakah ini suatu kebetulan?Lelucon macam apa ini!Namun sepertinya ini bukan lelucon. Ini kenyataan. Kenapa dia bisa tak curiga dengan nama belakang sang majikan yang sama persis dengan nama perusahaan ini?“Nona Cia.”Feli mengalihkan pandangan ke arah sumber suara, tempat di mana sang majikan berdiri tak jauh darinya dengan wajah kesal. Tepat di belakang sang majikan, berdiri sekretaris pria itu
“Jerrald.”Jerrald menghentikan langkah saat ada yang memanggil namanya dari belakang. Saat berbalik, tubuhnya mendadak kaku. Tak jauh di depannya, berdiri seorang wanita cantik.Margarita Girasol Silva. Wanita dengan tubuh bak model, berkulit cokelat mengkilat, bibir tebal serta rambut indah cokelat bergelombang, menatap Jerrald dengan tatapan penuh kerinduan.Detik demi detik berlalu, mereka hanya saling diam dan saling tatap. Namun dengan arti yang berbeda.Tak berapa lama, rahang Jerrald mengeras sempurna. “Apakah Anda ada perlu dengan saya, Nona Silva?” tanya Jerrald dingin.Margarita, begitu biasa wanita ini dipanggil, tertegun saat Jerrald menggunakan kata-kata resmi untuk menyapanya.“Jika tidak ada yang ingin Anda katakan pada saya, lebih bai—”“Aku ingin berbicara denganmu,”
Sementara itu, tubuh Jerrald kembali menegang. Ia hampir melupakan keberadaan Margarita, mantan kekasih satu-satunya yang pernah dia miliki. Si cinta pertama yang membuatnya tak ingin merasakan cinta kembali. Namun sepertinya Tuhan justru membuat hatinya perlahan terbuka karena kehadiran wanita bernama Jolicia Floy di depannya ini.Sebenarnya… apa yang Tuhan rencanakan?“Jerr—”“Kau masih di sini?” tanya Jerrald setelah berbalik. Kali ini dia sudah kembali berhadapan dengan Margarita. Wajahnya kembali datar.Margarita terkejut saat Jerrald mengatakan hal itu. “K-kau… mengusirku?” bisik Margarita tak percaya.Jerrald menaikkan sebelah alis. Tangannya bersedekap. “Apakah atasanmu tidak mencarimu, Margarita? Mengapa kau mas—”“Tolong kau jangan bersikap seperti ini padaku! Ke mana Je
Feli menatap tak percaya sang majikan yang saat ini sibuk dengan setumpuk berkas yang berada di atas meja kerja pria itu. Setelah menyeretnya seperti domba yang diculik, pria itu hanya memintanya duduk di sofa. Membiarkannya terbengong tanpa penjelasan tentang apa yang sempat dilakukan pria itu padanya.Lihatlah, pria itu justru terlihat tak bersalah sama sekali karena sudah merampas bibirnya seenaknya saja.Apa yang ada di pikiran Si Pelit itu? Mengapa bisa pria itu terlihat tenang, seolah tidak ada yang terjadi di antara mereka?Dasar pria tidak bertanggung jawab!Tangan Feli mengepal kuat. Karena tidak tahan melihat bagaimana cueknya seorang Jerrald yang sudah memporak-porandakan bibir dan juga jantungnya, Feli beranjak dari duduk, lalu melangkah ke arah meja kerja sang majikan.“Tuan!” panggil Feli setelah sampai di depan meja kerja Jerrald.J
Holaa~ buat pecinta belut listrik & lumpur hidup :*Bonus part terakhir ya untuk versi aplik4si.Buat yang mau komen paragraf, caranya bisa tekan agak lama paragraf mana yang mau dikomentari sampai muncul tulisan komentar. Udah deh kalian bisa ketik komentar kalian ^_^Dahlah… Happy reading <3***“Apakah istrimu sengaja?!”“Apa yang kau katakan? Kau mendapatkannya dua kali berturut-turut tanpa istriku melihat ke arahmu, itu berarti kau memang diharuskan mencari pasangan hidup, Sepupu.”Noe mendengus kesal. Ia kembali memandang buket bunga yang berada di tangannya. Bagaimana bisa ini terjadi? Meng
Jerrald beberapa kali membenahi letak dasinya. Sebenarnya, letak dasi pria ini tidak bermasalah sedikitpun. Hanya saja, pakaian yang dia kenakan yang menjadi masalah, dan itu membuat Jerrald tak nyaman. Ia melirik sepatu yang ia pakai. Sepatu itu berwarna merah muda terang bermotif bunga-bunga kecil. Persis seperti warna pakaian formal yang saat ini ia pakai.Di sampingnya, berdiri sang istri yang saat ini memakai gaun berwarna senada dengan panjang gaun bagian depan hanya sampai atas lutut. Sementara bagian belakang gaun panjang menjuntai. Sejak tadi senyum kebahagiaan tak pernah luntur dari bibir sang istri. Tidak seperti dirinya yang hanya mampu berwajah datar. Kalaupun tersenyum, Jerrald tak sanggup tersenyum lepas.Sumpah demi apa pun, hari ini kali pertama ia menggunakan pakaian berwarna cerah seperti ini. Ini membuatnya sangat canggung. Jerrald menyugar rambut gugup. Tadi pagi, ia memakai pakaian berwarna kuning cerah. Malam harinya,
“Kau ingin menggantinya lagi??” >> ”Kenapa memang? Apa kau akan marah padaku?! Ini keinginan Telur Belutmu!” “Baiklah-baiklah, Sayang… Kau jangan marah-marah seperti itu.” >> ”Kau yang membuatku marah-marah, Tuan Mendez!” “Maafkan aku, Nyonya Mendez.” Jerrald terkekeh geli. Ia menatap layar ponselnya dengan penuh rasa cinta. Wajah sang istri masih saja memerah setiap kali Jerrald memanggilnya dengan sebutan baru itu. Mereka melakukan pemberkatan pernikahan tiga minggu yang lalu. Tepat tiga hari setelah Jerrald meminta mereka segera menikah di depan Charlotte dan Leonel. Persiapan pemberkatan pernikahan mereka tidak ada kendala yang berarti. Semua dokumen kedua orang itu sudah sejak lama dipersiapkan Leonel dan Niguel, sehingga semua berjalan dengan sangat cepat. Acara itu
“Kenapa Dad tidak mengatakan yang sebenarnya?” Feli menatap tajam sang daddy.Wajah Leonel saat ini terlihat seperti pencuri yang tertangkap basah. Tak ada bedanya dengan Charlotte. Wanita itu menyenggol lengan sang suami.“Jangan diam saja, Leon! Kau harus menjelaskan semuanya pada Putri kecil kita!” bisik Charlotte tajam. “Oh… aku sudah menduga jika Feli pasti akan marah seperti ini,” bisik Charlotte kembali. Kali ini terdengar putus asa.“Cia, sudahlah. Ini semua sudah terjad—”“Kau tidak aku perbolehkan untuk bersuara, Tuan Mendez!”Jerrald langsung mengatupkan mulut. Lebih baik ia mengikuti keinginan ibu hamil satu ini. Hubungan mereka sudah membaik beberapa jam sebelumnya dan ia tidak ingin lagi diabaikan.“Dad—”“Maafkan daddy, Baby Gir
Feli mengusap lengannya dengan air bergantian. Entah sudah berapa lama ia merendam diri di dalam bathtub kamar mandinya. Ia menatap kosong dinding. Ekspresi terkejut Jerrald tadi masih terbayang.Makhluk kaku itu ingin mencoba mengelabuinya? Apakah pria itu bercanda?Feli tidak akan semudah itu dibohongi. Walaupun kebersamaan mereka tergolong singkat, tapi Feli sangat menghapal segala sesuatu tentang pria itu.Memang awalnya Feli sempat terkecoh saat pertama kali melihat penampilan berbeda Jerrald yang berdiri di bawah balkon kamarnya. Namun ketika ia melewati pria itu saat dirinya dan sang mommy selesai berjalan-jalan di taman mansion, Feli langsung menyadari jika pria itu adalah pria yang telah memasukkan telur belut ke dalam kandungannya. Aroma dan bentuk tubuh pria itu amat sangat Feli kenal.Untuk meyakinkan dugaannya, Feli sengaja meminta makanan yang sering dibuatkan Jerrald saat ia berada di
“Ha-hai, Fel.”Feli menghentikan langkah saat Andrew menyapanya. Ia menyunggingkan senyum kecil. Setelah lima hari berada di rumah, Feli merasa b0san dan memutuskan mulai kembali mengikuti pelajaran.“Oh, hai Andrew.”“Kau masuk?”“Tidak. Aku masih berada di rumah,” seru Feli jahil, lalu tertawa. “Kalau kau melihat aku ada di sini, itu berarti aku masuk, Andrew.”Andrew terlihat salah tingkah. Membuat tawa Feli semakin menjadi.Namun, berbanding terbalik dengan pria yang berada tak jauh di belakang wanita itu.“Siapa dia?” bisik pria itu tajam pada seorang pria di sebelahnya.“Teman Nona Feli, Tuan Mendez.”Pria yang tak lain adalah Jerrald, menggeram kesal. Ia menatap bodyguard kekasih hatinya itu. “Apakah m
“Bagaimana?” tanya Charlotte cemas. Ia memperhatikan wajah sang anak yang saat ini menikmati patatas bravas yang tadi diinginkan anaknya itu.Walaupun Feli sempat berkata tak jadi menginginkan makanan tersebut. Tak lama, wanita cantik yang sedang mengandung itu kembali mengubah keinginannya. Ia benar-benar menginginkan makanan itu.Dan di sinilah Charlotte. Beberapa saat yang lalu ia masuk ke dalam kamar Feli sambil membawa piring berisi makanan pesanan sang anak. Charlotte terus mengawasi Feli yang terlihat memakan perlahan satu potong kentang itu ke dalam mulutnya. Baby Girl-nya mengunyah dengan hati-hati.Feli menelan makanan itu. Ia menatap Charlotte. “A-apakah Madam Glenda yang membuatnya?” bisik Feli parau. Menyebut nama juru masak keluarganya.Charlotte menggigit bibir. Ia menelan saliva susah payah. “A-apakah kau suka?” tanya Charlotte gugup.
Feli mematut wajahnya di cermin. Setelah dirawat di rumah sakit selama satu hari, ia diperbolehkan pulang. Untung saja kondisi kandungannya baik-baik saja setelah ditangani dokter. Flek sempat keluar, tapi tidak beresiko keguguran.Dokter hanya mengatakan Feli harus lebih berhati-hati saat kehamilan muda seperti itu setelah dokter di rumah sakit itu diberitahu bahwa sebelumnya Feli sempat berlari kencang. Dokter memperingatkan Feli untuk tidak lagi ceroboh, karena saat hamil muda, janin lebih rentan terhadap guncangan. Dokter juga memberitahu Jerrald dan kedua orang tua Feli untuk menjaga mental wanita itu agar tidak mengalami stress.Feli mengusap lembut perutnya. Matanya menatap kosong cermin.Sampai saat ini, Feli tidak tahu dari mana Jerrald mengetahui tentang kehamilannya. Sudah tiga hari ini Feli menghindari pria itu yang tak absen datang ke mansionnya. Feli mengurung diri di kamar, tak peduli sang mommy terus memb
Jerrald terus mengejar langkah Cia-nya.Apakah rencananya salah?Arghh! B3rengsek!Melamar Cia di acara pernikahan Roland dan sahabat wanita itu adalah satu-satunya cara yang dapat ia pikirkan kala itu setelah mendapat restu dari Leonel dan Charlotte Addison. Bahkan Noe pun mendukung rencananya.Jerrald pun sampai rela dimaki istri Roland saat ia meminta bantuan wanita itu secara langsung agar rencananya dapat berjalan dengan baik. Selama ini, ia tidak pernah mendapat makian dari siapa pun. Orang cenderung takut padanya karena sikap dingin yang selalu ia perlihatkan.Namun karena wanita cantik bernama Felicity Jolicia Addison, Jerrald rela mendapatkan semua itu. Pertama, mendapat makian dari Charlotte, lalu ke dua, ia mendapat makian dari wanita bernama Sally, yang mana adalah istri dari Roland.Bukankah hidupnya sungguh sangat menyenangkan belakangan ini?