>>”Mah-dreh dan Pah-dreh mu akan pergi berbulan madu. Selama Mah-dreh pergi, kau tidak boleh membuat ulah, Mi-Hijo! Terlebih kepada maid barumu itu. Jangan coba-coba untuk mengusirnya dari apartemenmu! Hanya Mah-dreh yang berhak memberhentikannya.”
“Apa??? Ma—”
>>“Tidak ada bantahan!”
>>“Sayang, kita harus segera pergi.”
>>“Tunggu sebentar, Suamiku… Aku harus memperingatkan anak kita agar dia tidak membuat masalah selama kita pergi.”
Terdengar tawa renyah dari seberang sana, yang Jerrald yakini adalah tawa ayahnya.
Jerrald memutar bola mata kesal. Memangnya dia masih anak kecil?!
“Mah… Maid baru itu bekerja di apartemenku, tentu saja aku berhak mengusirnya jika pekerjaannya tidak becus, Mah-dreh!”>>“Kalau pekerjaannya tidak becus, kau tunggu sampai Mah-dreh pulang. Mah-dreh tidak ingin tertipu lagi seperti sebelum-sebelumnya.”
Jerrald mengerang dalam hati. Pasti maksud ibunya tentang kelakuannya mengusir para maid yang sebelumnya bekerja dengannya. Padahal para maid itu sudah bekerja dengan baik. Namun Jerrald selalu memiliki cara membuat para maid itu angkat kaki dari apartemennya.
>>“Ingat, Mi-Hijo, hanya Mah-dreh yang boleh memutus kontrak dengan Nona Jolicia Floy.”
“Jolicia Floy? Siapa itu?”
>>“Tentu saja maid barumu, Bod0h! Apa kau bahkan tidak bertanya namanya?”
Jerrald terdiam. Tak lama, ia menjawab datar pertanyaan sang ibu. “Oh… tidak penting.”
>>“Dasar kau! Bagaimana bisa kau tidak bertanya namanya?! Kalian tinggal satu rumah mulai hari ini! Memangnya kau akan memanggilnya dengan sebutan apa?!”
“Tentu saja aku bisa memanggilnya dengan sebutan apa saja sesuai keinginanku, Mah-dreh. Aku bisa memanggilnya ‘babu’.”
>>“Mi-Hijo!”
“Ck! Baiklah, Mah, aku minta maaf. Aku akan memanggil namanya mulai saat ini.”
>>“Begitu lebih baik, Sayang.”
>>“Istriku, kita harus benar-benar berangkat sekarang.”
“Kalian akan berbulan madu ke mana lagi kali ini?” tanya Jerrald penasaran. Pasalnya, ayah dan ibunya itu senang sekali berbulan madu.
>>“Rahasia. Kau tidak perlu tahu. Urusi saja perusahaan Pah-dreh mu itu, Anak baik.”
Bola mata Jerrald memutar malas. “Kali ini untuk Berapa lama?” tanya Jerrald kembali, karena tahu kebiasaan orang tuanya yang selalu berbulan madu dalam jangka waktu yang lama.
>>”Sampai kami bosan.”
Terdengar tawa geli sang ibu, sampai tak berapa lama, sambungan segera saja terputus.
Jerrald menatap ponsel pintarnya yang sudah menampilkan layar gelap. Pria ini mengeraskan rahang mengingat ucapan ibunya.
“Tidak boleh memecatnya? Si4lan! Padahal baru saja aku ingin menjebaknya agar terlihat tidak becus bekerja. Kalau aku nekat memecatnya, Mah-dreh akan sangat marah padaku. Argh! Kenapa juga harus ada maid sial4n di dalam apartemenku?! Aku sanggup hidup sendiri, tanpa siapa pun!” geram Jerrald tak terima.
***
“Dapur ini besar sekali.” Feli mengedarkan pandangan ke segala penjuru dapur saat dirinya baru saja berkeliling ruang tamu dan ruang santai di apartemen ini. Apartemen super mewah yang sangat besar.
“Masa hanya aku saja yang bekerja di sini? Aku tidak percaya ini. Mereka terlihat seperti orang berada. Mempekerjakan 1000 maid tidak akan membuat mereka bangkrut. Cih! Dasar keluarga pelit!” gerutu Feli sambil membuka lemari pendingin di dapur ini. “Apa ada makanan? Aku lapar seka—ah… syukurlah ada apel!” Feli langsung saja mengambil satu buah apel yang ada di lemari pendingin, lalu langsung menggigitnya bersemangat. Feli belum makan sejak dia tiba di negara ini, dan perutnya benar-benar kosong.
“Apa yang kau lakukan?"
“Uhuk!” Buah apel yang sudah masuk ke mulutnya, dengan tidak tahu malunya meluncur indah ke atas lantai dapur saat mendengar sebuah suara yang menegurnya. Feli terbatuk. Ia menepuk dadanya sendiri beberapa kali, sampai tak lama, ada sebuah tangan yang menyodorkan segelas air di depannya. Langsung saja Feli menyambar gelas itu, dan menandaskan air yang ada di dalam sana.
“Ah… ya ampun leganya tenggorokanku.” Feli tersenyum senang. Saat tatapannya beralih ke arah depan, wanita cantik ini melebarkan mata terkejut.
Prang!
“Kau!”
“Ah… gelasnya pecah,” seru Feli pol0s sambil menatap gelas yang sudah hancur berkeping-keping di bawah kakinya.
“Kau… kau itu tidak bisa hati-hati ya?!”
Feli hanya mampu mengerjapkan kedua matanya beberapa kali, saat seseorang yang berdiri di depannya membentak wanita ini.
“Mulutmu bisu?!” tanya seseorang itu kembali.
“A-aku… aku terkejut atas kehadiran Anda, Tuan,” balas Feli setelah tersadar dari rasa terkejutnya.
Seseorang itu mendengus sebal sambil berkacak pinggang. “Sedang apa kau di sini?”
“Aku… sedang berkeliling untuk membiasakan diri di apartemen ini, Tuan.”
“Dan mencuri apelku?” sindir seseorang itu.
Feli melebarkan mata tak percaya. Wanita tertawa kesal, lalu ikut-ikutan berkacak pinggang. “Anda tidak boleh pelit seperti itu, Tuan! Aku ini pekerjamu, dan aku lapar! Hanya karena aku makan satu apelmu, tidak mungkin, bukan, kau langsung bangkrut sampai harus menjual apartemenmu ini?!” sinis Feli tanpa sadar. Feli sepertinya lupa akan posisinya saat ini.
“Kau berani melawanku?! Aku ini majikanmu, Nona Floy!”
“Floy? Siapa itu?” tanya Feli bingung.
Seseorang di depan Feli ikut mengernyitkan dahi bingung mendengar pertanyaan Feli.
“Kau. Bukankah namamu Jolicia Floy?”
“Apa? Namaku itu F—” Feli langsung terdiam saat menyadari sesuatu. Ia memejamkan mata, mengumpati dirinya sendiri di dalam hati. Dia lupa jika saat ini namanya adalah Jolicia Floy, bukan Felicity Jolicia Addison.
Sementara itu, seseorang di depannya memicingkan mata curiga. Seseorang ini memperhatikan gerak-gerik Feli sambil menduga-duga.
Feli kembali membuka mata, lalu tertawa kaku. “Ahaha… maksudku… namaku F—Floy, Tuan, Jolicia Floy.”
“Kau mencurigakan.”
“Hah? A-apanya yang mencurigakan? Namaku benar-benar Jolicia Floy?” ragu Feli yang tanpa sadar justru terdengar seperti bertanya.
“Kau bertanya namamu padaku?” tanya seseorang itu tak percaya.
Feli menggeleng kencang setelah menyadari keb0dohannya. “Bukan-bukan! M-maksudku, namaku benar-benar Jolicia Floy, Tuan.”
“Lalu mengapa kau terlihat ragu?” tanya seseorang itu kembali. Kali ini dengan nada menuntut.
Tubuh Feli menegang. Ia kembali mengumpati dirinya karena kebodohan yang berkali-kali ia lakukan di depan seseorang ini. Siapa lagi kalau bukan majikannya. Pria tampan namun terlihat tak bersahabat sejak pertama kali mereka bertemu.
Benar-benar si4l! Penyamarannya tidak boleh berakhir secepat ini! Bahkan ini belum satu hari ia melakukan penyamaran.
'Ayo, Feli, putar otakmu! Ingat Jet pribadi itu, ingat cincin berlian yang ingin kau beli setelah misi ini berakhir, dan ingatlah si Selena b1tch tanpa Gomes yang ingin mengambil kedudukanmu di kampus. Kau, tidak boleh kalah darinya!’ Feli menyemangati dirinya sendiri.
“A-aku kebingungan… karena terlalu terkejut. Hahaha… Anda mengejutkanku karena kehadiran Anda yang tiba-tiba itu, Tuan, jadi aku sempat lupa namaku sendiri.”
“Apa kau tak waras? Mana ada orang lupa namanya sendiri!”
“Kalau tak waras, aku tidak mungkin lolos seleksi di agen tempatku bekerja. Lupa itu manusiawi, Tuan.”
“Kau—”
“Tuan, apakah Anda selalu marah-marah seperti ini? Kata Mommy-ku, orang yang sering marah-marah, kerutan di wajahnya akan bertambah sangat cepat. Apakah Anda ingin tua sebelum waktunya?”
“Kau!!! Beraninya kau mengatakan itu!”
“Aku hanya memberitahu apa yang Mommy-ku katakan, supaya Anda bisa berjaga-jaga dan tidak terkejut kalau sebentar lagi kerutan di wajah Anda bertambah.”
“Mulutmu lancang sekali, Nona Floy!”
“Ah… aku melihat kerutan di sudut mata Anda bertambah, Tuan!” heboh Feli.
Sang majikan refleks memegang sudut matanya di sebelah kanan.
“Bukan di sebelah kanan, tapi di mata sebelah kiri Anda.”
Majikannya tanpa sadar mengikuti apa yang Feli arahkan.
“Di sini?”
“Ah ya, di situ. Coba Anda tarik napas dalam, lalu embuskanlah perlahan. Hal itu bisa membuat kerutannya menghilang. Itu yang dikatakan Mommy-ku.”
Sang majikan kembali mengikuti ucapan Feli. Sampai tak berapa lama, wajahnya tiba-tiba saja menegang. Tangannya membeku. Apa yang sedang dia lakukan? Mengapa dia justru menuruti ucapan maid baru yang mulutnya kurang ajar ini?!
‘M****a! Aku seperti orang b0doh mengikuti ucapan gadis di depanku ini! Apa yang sedang aku pikirkan?! Kau b0doh, Jerrald!’ maki pria itu pada dirinya sendiri.
“Nona Floy!”
“Ya Tuan?”
“Kau membodohiku?!”
“Di bagian mana aku membodohimu?”
“Tentang kerutan ini!” tunjuk Jerrald di sudut matanya.
“Memang benar ada di situ. Silakan Anda lihat cermin kalau tidak percaya.”
Jerrald kembali memicingkan mata, lalu meraba sudut mata kirinya, mencoba merasakan kerutan yang dimaksud Feli.
‘Benarkah? Dia tidak memb0dohiku kan?’ curiga Jerrald di dalam hati.
Jerrald memperhatikan Feli yang saat ini memasang wajah pol0s, seolah apa yang wanita di depannya ini katakan adalah kebenaran.
Jerrald mendengus kesal. Pers3tan! Terselahlah jika memang benar-benar ada kerutan di matanya. Memang dia peduli?!
Pria ini menunjuk pecahan gelas tepat di depannya dan maid barunya itu. “Bersihkan kekacauan yang kau sebabkan! Kau, sudah membuat satu kesalahan, Nona Floy!”
Mata Feli melebar. Ingatan tentang apa yang tadi siang Jerrald katakan padanya terngiang di pikiran.
Tidak boleh ada satupun kesalahan. Jika dia melakukan satu kesalahan saja, dia akan dikeluarkan dari tempat ini.
Oh no!
Feli menggeleng panik. “Tuan, ini bukan sepenuhnya kesalahanku. Anda juga ikut andil, jadi aku tidak akan menerima jika Anda memecatku sekarang!”
Mata Jerrald mengedip tak percaya. Maid di depannya ini, tak seperti para maid sebelumnya, yang selalu patuh oleh perintahnya.
Bukankah seharusnya maid seperti itu?
“Kau selalu saja suka membantah ya!”“Aku membantah, karena aku tidak merasa bersalah sepenuhnya. Aku tidak akan menerima Anda memecatku!”
“Aku yang punya kuasa di sini, Nona Floy! Seharusnya kau mengingat itu!”
“Aku ingat, Tuan. Tapi aku harus mengingatkan Anda, kalau apa yang Anda lakukan tadi juga salah. Seandainya Anda tidak mengejutkanku, aku tidak mungkin tersedak. Dan seandainya Anda tidak memberikanku minum, aku yakin gelas itu tidak akan hancur seperti ini.” Tunjuk Feli pada pecahan gelas di bawahnya.
Mulut Jerrald menganga. Gadis di depannya ini, tiba-tiba saja membuat kepalanya pusing. Pria ini memijat keningnya frustrasi. “Nona Flo—”
“Aku akan berhati-hati setelah ini. Jangan pecat aku, Tuan!”
“Oh kepalaku…” lirih Jerrald dalam Bahasa Spanyol.
“Anda bicara apa?”
“Cepat bersihkan pecahan gelas ini!” kesal Jerrald. “Jangan sampai ada sisa satupun. Kalau masih ada sisa, aku benar-benar akan men3ndangmu keluar apartemenku!” Setelah mengatakan itu, Jerrald membalikkan tubuh, lalu berlalu dengan wajah super kesal. Wajah yang biasanya terlihat datar terkesan dingin, kali ini memiliki warna yang berbeda, dan itu karena maid barunya.
"Kepalaku bisa benar-benar pecah jika terus menghadapinya!” gerutu Jerrald di sela langkah kakinya.
“Tuan, aku tidak dipecat kan?”“Jangan banyak tanya!” balas Jerrald tanpa ada niat ingin berbalik.
“Terima kasih, Tuan! Aku yakin kerutan Anda akan menghilang sebentar lagi.”
“Dasar gil4!” desis Jerrald. Ia tak bisa berkata-kata lagi.
“AWH!!”
Langkah Jerrald saat mendengar jeritan di belakangnya. Ia membalikkan tubuh, dan mendapati maid barunya sudah berjongkok dan meringis nyeri. Pria ini kembali melangkah menuju Feli.
“Ada apa denganmu?” tanya Jerrald setelah sampai di depan sang maid.
Feli menengadah. Matanya sudah berkaca-kaca. Wajahnya seperti anak kucing yang minta dikasihani. Membuat siapa saja tidak tega melihatnya. “Aku tidak sengaja menusuk jariku sendiri… hiks…” Wanita ini segera terisak.
Hal itu seketika membuat Jerrald panik. Ia tidak pernah berurusan dengan wanita yang menangis.
“Hey… kau, kenapa kau menangis??”
“Jariku sakit. Hiks… gelas ini tajam sekali.” Feli memperlihatkan salah satu jarinya yang sudah mengeluarkan darah segar lumayan banyak.
Jerrald langsung saja menarik bahu wanita cantik ini untuk berdiri, lalu menuntun sang maid menuju wastafel.
“Apakah kau selalu seceroboh dan secengeng ini?” gerutu Jerrald sambil membersihkan jari sang maid di bawah kucuran air.
“Aduh! Perih, Tuan.”
“Darahmu harus dibersihkan, diamlah dulu!”
“Tapi ini sakit sekali!”
“Memangnya kau tidak pernah luka seumur hidupmu?!”
“Aku—”
“Diamlah!” Jerrald menutup keran wastafel, lalu menggiring Feli untuk duduk di salah satu kursi di dapur ini.
Jerrard pergi begitu saja. Membuat Feli mengernyit tak mengerti. Namun tak lama, isakan gadis ini kembali terdengar. Feli meratapi dirinya sendiri, sambil memperhatikan jarinya yang terluka lumayan dalam. Ia sudah lama sekali tidak terluka seperti ini. Terakhir dia terluka, saat terjatuh setelah tersandung kakinya sendiri sepuluh tahun yang lalu.
Jika dulu saat dia terluka ada sang mommy yang memperhatikannya, kini… dia sendirian. Tiba-tiba perasaan rindu terhadap sang mommy kembali muncul. “Mommy…”
“Berhentilah menangis seperti bayi, Nona Floy!”
Feli terkesiap saat pria pemilik apartemen ini sudah duduk didepannya. Pria itu menarik pergelangan tangannya untuk mengobati luka Feli.
“Luka ini tidak akan membuatmu m4ti. Jadi hentikan tangisan bod0hmu itu!” desis Jerrald tak suka. Tangannya sudah sibuk mengobati jari Feli.
Feli meringis nyeri saat Jerrald membubuhi jarinya dengan obat khusus luka.
“Ini akan perih sebentar,” ucap Jerrald kembali. Kali ini dengan nada sedikit lembut.
***
"Kau kenapa, Sayang?" tanya Leonel saat melihat sang istri menatap keluar jendela kamar mereka. Tatapan sang istri terlihat penuh kecemasan.
"Aku khawatir pada, Baby Girl-ku, Leon."
Leonel menghela napas berat, lalu merengkuh tubuh sang istri. "Kau tenang saja, anak kita aman di sana," ucap Leonel sambil mengusap sayang rambut Charlotte.
Charlotte menengadah. Menatap sang suami gelisah. "Kau yakin?"
"Percayalah padaku, Mommy."
Bug!
"Ouch!"
"Awas saja kalau anakku sampai terluka, Leon!" desis Charlotte setelah memukul gemas dada bidang Leonel.
"Ya ampun, Sayang, berapa tahun kau mengenal diriku, hm? Kau tenang saja. Anak kita akan baik-baik saja di sana." Leonel kembali merengkuh tubuh Charlotte, memeluknya erat, dan membisikkan kata-kata menenangkan.
'Kau harus baik-baik saja di sana, Baby Girl-ku...' ucap Leonel di dalam hati.
Sebenarnya bukan hanya Charlotte saja yang khawatir pada Feli, tapi juga dirinya. Namun Leonel sudah mempersiapkan semua itu, dan Leonel yakin, anaknya akan baik-baik saja di sana.
***
“Bagaimana kondisinya?”“Masih cantik luar biasa.”“Noe, aku tidak bercanda!”“Cih… dasar sepupu tidak punya selera humor.”“Tinggal kau jawab saja apa yang aku tanyakan. Tidak perlu membahas ke mana-mana!”“Baiklah, Tuan Mendez, maafkan atas kelancangan sepupumu ini. Kondisinya baik, hanya demam biasa. Sepertinya gadis cantik yang imut ini kelelahan. Kau, habis menyiksanya ya? Kau pasti membuatnya bekerja tiada henti.”“Jangan bicara sembar4ngan! Aku bahkan belum memerintahnya satu kalipun!” desis Jerrald tak terima saat sepupunya dari pihak sang ibu menuduhnya seperti itu.Jerrald mengalihkan pandangan ke arah gadis cantik yang saat ini terbaring lemah dengan mata tertutup sempurna di atas ranjang salah satu kamar tamu di apartemen ini. Kamar yang
Feli membuka mata, dan mendapati seorang pria tengah duduk di sebuah kursi yang berada di samping ranjang. Pria itu sedang sibuk dengan laptop di depannya.Majikannya? Sedang apa pria itu di sini?Dalam diam, Feli memperhatikan sang majikan, dan mengingat-ingat mengapa dia berbaring di ranjang yang lumayan empuk ini. Kenyamanan ranjang ini berbeda jauh dengan ranjang di kamar yang ia tempati. Kamar tempat di mana ia beristirahat tadi setelah tiba di apartemen ini.Pikiran Feli menerawang. Tadi… dia kehausan setelah menangis kurang lebih satu jam di kamar sempit itu. Itu terjadi setelah majikan barunya membalut jarinya yang terluka dengan perban, lalu memerintahnya untuk kembali beristirahat.Kepalanya pusing karena terlalu lama menangis, ditambah lagi rasa nyeri di jarinya, membuat tubuhnya panas dingin. Apalagi perutnya belum terisi sejak tiba di negara ini. Apel yang tadi sempat digigitnya t
“Beginikah? Sepertinya ini cukup.”Feli menekan tombolONuntuk menyeduh kopi yang sudah diletakkannya di dalam sebuah teko penyeduh kopi listrik yang dia temukan di dapur ini. Wanita cantik ini mempelajari cara pemakaiannya melalui mesin pencarian, dan mencocokkan gambar yang ada di mesin pencarian dengan teko penyeduh kopi listrik itu.Kemarin sang majikan memerintahnya untuk membuatkan pria itu kopi setiap pagi.“Hm… apa yang harus aku lakukan sambil menunggu kopi ini jadi?” Feli mengetukkan jemarinya ke atas meja pantri di dapur luas ini. “Membersihkan apartemen ini? Ck! Hari penyiks4an dimulai,” ucap Feli tertekan.Feli melangkah menuju tempat di mana alat penyedot debu diletakkan. Kemarin sang majikan memberitahu Feli di mana letak alat-alat pembersih di apartemen ini disimpan.Feli mendorong alat penyedot debu i
“Tuan Mendez, perusah__ Ehm… Tuan?”Jerrald tersadar dari lamunan saat sang sekretaris menyadarkannya. Ia mengedarkan pandangan ke sekililing.Ah… ternyata ia telah berada di dalam ruang kerjanya. Bahkan ia telah berdiri tepat di depan meja kerjanya.Jerrald tidak sadar jika dia melamun sejak ke luar dari ruang meeting.“Ada apa, Eloy?”“Apakah ada yang Anda pikirkan?” tanya Eloy khawatir. Sejak tadi sang bos sepertinya kurang fokus. Bukan hanya saat ini saja, tapi sejak di ruang meeting.Beberapa kali Jerrald harus disadarkan Eloy. Sampai membuat Eloy cemas. Mungkinkah sang bos sedang tidak enak badan?Pasalnya, ini kali pertama Jerrald tak fokus saat bekerja.Jerrald memijat keningnya. Wajah pria ini seperti sedang menanggung beban berat. “Aku hanya memikirkan
“Apa maksudmu, Nona Cia?” tanya Jerrald kembali. “E… i-itu…“ Feli kembali terdiam. Kali ini menggigit bibir cemas. Jerrald memicingkan mata curiga saat Feli tak kunjung menjawab dengan jelas pertanyaannya. “Kau benar-benar mencurigakan, Nona Cia. Siapa kau sebenarnya?” tanya Jerrald pada akhirnya. Tubuh Feli mendadak panas dingin. Jerrald menatapnya tak kira-kira tajamnya. Seperti pisau yang baru diasah, dan siap untuk memotongnya kapan saja. “A-Anda kenapa bicara seperti itu? Tentu saja a-aku Jolicia Floy, Tuan.” “Jolicia Floy… Tentu saja aku tahu kau Jolicia Floy.” Jerrald bersedekap. Matanya masih betah memancarkan ketajaman. “Lalu kenapa Anda b-bertanya?” “Karena kaumaidteraneh yang pernah aku punya. Kau tidak bisa bekerja dengan baik, kau merepotkan, dan kau tidak mandiri. Ben
"Ya Tuhan, Nona Cia!"Feli menghela napas lelah. Ini sudah ke sekian kalinya sang majikan mengeluarkan pekikan seperti ini. Seperti siap mengulitinya.Apa lagi kini salahnya?"Apa begini caramu mencuci kentang?! Berikan padaku!"Feli menyingkir dari depan wastafel saat Jerrald dengan sedikit kasar merebut sebuah kentang yang sedang dipegangnya. Gadis ini menatap sebal sang majikan dari samping. Feli memperhatikan cara Jerrald mencuci beberapa kentang itu."Aku rasa aku mencucinya sama seperti Anda, Tuan.""Bagaimana bisa sama?! Kau hanya membasahinya tanpa kau bersihkan!""Aku su—""Tidak perlu banyak bicara! Lebih baik masukkan sayuran yang lainnya ke dalam lemari pendingin sebelum semuanya bvsuk!" perintah Jerrald, tapi tatapan mata pria itu tak beralih ke arah beberapa kentang yang sedang ia bersihkan.
“Kau sudah memesankan makanan untuknya?” tanya Jerrald sambil mengecek, lalu menandatangani beberapa berkas yang baru saja diberikan Eloy.“Seperti perintah Anda, Tuan,” balas Eloy.Jerrald terdiam. Tangannya menggenggam erat pena yang digunakannya. Pikirannya menerawang pada kejadian pagi tadi di apartemennya. Ia meninggalkan sang maid begitu saja setelah membentak gadis itu.“Anda bisa mengajariku membuat kopi untuk Anda, Tuan. Jadi Anda tidak perlu repot-repot membuat kopi sendiri.”“Tuan, apakah Anda tidak ingin sarapan?”“Tuan, Anda ingin berangkat sekar—"“Kerjakan apa yang bisa kau kerjakan, Nona Cia! Jangan mengganggu dan mengajakku berbicara!” bentak Jerrald sebelum membuka pintu utama apartemennya, lalu pergi begitu saja dari hadapan sang maid yang t
"Tu-Tuan...""JANGAN SENTUH AKU!" teriak Jerrald seperti anak kecil yang sedang merajuk. Ia menghindar saat Feli menyentuh lengannya."Aku… a-aku hanya ingin membantumu membersihkan matamu, Tuan. Ikutlah denganku." Feli kembali menyentuhkan tangannya di lengan kekar Jerrald, lalu menarik lengan pria ini menuju shower yang tak jauh di depan mereka.Feli merasa sangat bersalah saat melihat sang majikan kesakitan seperti itu. Pasti rasanya perih sekali. Mata terkena air sabun saja sudah perih, bagaimana dengan cairan shampo yang tidak tercampur air sama sekali. Ugh... pasti sangat-sangat menyakitkan mata.Karena matanya terasa perih luar biasa, Jerrald tak punya pilihan lain selain mengikuti langkah maid gilanya ini. Matanya benar-benar tak sanggup terbuka."Mierda ( Sialan )! APA YANG KAU LAKUKAN?!""Diam dulu, Tuan. Tolong singkirkan tangan Anda, biar aku mudah
Holaa~ buat pecinta belut listrik & lumpur hidup :*Bonus part terakhir ya untuk versi aplik4si.Buat yang mau komen paragraf, caranya bisa tekan agak lama paragraf mana yang mau dikomentari sampai muncul tulisan komentar. Udah deh kalian bisa ketik komentar kalian ^_^Dahlah… Happy reading <3***“Apakah istrimu sengaja?!”“Apa yang kau katakan? Kau mendapatkannya dua kali berturut-turut tanpa istriku melihat ke arahmu, itu berarti kau memang diharuskan mencari pasangan hidup, Sepupu.”Noe mendengus kesal. Ia kembali memandang buket bunga yang berada di tangannya. Bagaimana bisa ini terjadi? Meng
Jerrald beberapa kali membenahi letak dasinya. Sebenarnya, letak dasi pria ini tidak bermasalah sedikitpun. Hanya saja, pakaian yang dia kenakan yang menjadi masalah, dan itu membuat Jerrald tak nyaman. Ia melirik sepatu yang ia pakai. Sepatu itu berwarna merah muda terang bermotif bunga-bunga kecil. Persis seperti warna pakaian formal yang saat ini ia pakai.Di sampingnya, berdiri sang istri yang saat ini memakai gaun berwarna senada dengan panjang gaun bagian depan hanya sampai atas lutut. Sementara bagian belakang gaun panjang menjuntai. Sejak tadi senyum kebahagiaan tak pernah luntur dari bibir sang istri. Tidak seperti dirinya yang hanya mampu berwajah datar. Kalaupun tersenyum, Jerrald tak sanggup tersenyum lepas.Sumpah demi apa pun, hari ini kali pertama ia menggunakan pakaian berwarna cerah seperti ini. Ini membuatnya sangat canggung. Jerrald menyugar rambut gugup. Tadi pagi, ia memakai pakaian berwarna kuning cerah. Malam harinya,
“Kau ingin menggantinya lagi??” >> ”Kenapa memang? Apa kau akan marah padaku?! Ini keinginan Telur Belutmu!” “Baiklah-baiklah, Sayang… Kau jangan marah-marah seperti itu.” >> ”Kau yang membuatku marah-marah, Tuan Mendez!” “Maafkan aku, Nyonya Mendez.” Jerrald terkekeh geli. Ia menatap layar ponselnya dengan penuh rasa cinta. Wajah sang istri masih saja memerah setiap kali Jerrald memanggilnya dengan sebutan baru itu. Mereka melakukan pemberkatan pernikahan tiga minggu yang lalu. Tepat tiga hari setelah Jerrald meminta mereka segera menikah di depan Charlotte dan Leonel. Persiapan pemberkatan pernikahan mereka tidak ada kendala yang berarti. Semua dokumen kedua orang itu sudah sejak lama dipersiapkan Leonel dan Niguel, sehingga semua berjalan dengan sangat cepat. Acara itu
“Kenapa Dad tidak mengatakan yang sebenarnya?” Feli menatap tajam sang daddy.Wajah Leonel saat ini terlihat seperti pencuri yang tertangkap basah. Tak ada bedanya dengan Charlotte. Wanita itu menyenggol lengan sang suami.“Jangan diam saja, Leon! Kau harus menjelaskan semuanya pada Putri kecil kita!” bisik Charlotte tajam. “Oh… aku sudah menduga jika Feli pasti akan marah seperti ini,” bisik Charlotte kembali. Kali ini terdengar putus asa.“Cia, sudahlah. Ini semua sudah terjad—”“Kau tidak aku perbolehkan untuk bersuara, Tuan Mendez!”Jerrald langsung mengatupkan mulut. Lebih baik ia mengikuti keinginan ibu hamil satu ini. Hubungan mereka sudah membaik beberapa jam sebelumnya dan ia tidak ingin lagi diabaikan.“Dad—”“Maafkan daddy, Baby Gir
Feli mengusap lengannya dengan air bergantian. Entah sudah berapa lama ia merendam diri di dalam bathtub kamar mandinya. Ia menatap kosong dinding. Ekspresi terkejut Jerrald tadi masih terbayang.Makhluk kaku itu ingin mencoba mengelabuinya? Apakah pria itu bercanda?Feli tidak akan semudah itu dibohongi. Walaupun kebersamaan mereka tergolong singkat, tapi Feli sangat menghapal segala sesuatu tentang pria itu.Memang awalnya Feli sempat terkecoh saat pertama kali melihat penampilan berbeda Jerrald yang berdiri di bawah balkon kamarnya. Namun ketika ia melewati pria itu saat dirinya dan sang mommy selesai berjalan-jalan di taman mansion, Feli langsung menyadari jika pria itu adalah pria yang telah memasukkan telur belut ke dalam kandungannya. Aroma dan bentuk tubuh pria itu amat sangat Feli kenal.Untuk meyakinkan dugaannya, Feli sengaja meminta makanan yang sering dibuatkan Jerrald saat ia berada di
“Ha-hai, Fel.”Feli menghentikan langkah saat Andrew menyapanya. Ia menyunggingkan senyum kecil. Setelah lima hari berada di rumah, Feli merasa b0san dan memutuskan mulai kembali mengikuti pelajaran.“Oh, hai Andrew.”“Kau masuk?”“Tidak. Aku masih berada di rumah,” seru Feli jahil, lalu tertawa. “Kalau kau melihat aku ada di sini, itu berarti aku masuk, Andrew.”Andrew terlihat salah tingkah. Membuat tawa Feli semakin menjadi.Namun, berbanding terbalik dengan pria yang berada tak jauh di belakang wanita itu.“Siapa dia?” bisik pria itu tajam pada seorang pria di sebelahnya.“Teman Nona Feli, Tuan Mendez.”Pria yang tak lain adalah Jerrald, menggeram kesal. Ia menatap bodyguard kekasih hatinya itu. “Apakah m
“Bagaimana?” tanya Charlotte cemas. Ia memperhatikan wajah sang anak yang saat ini menikmati patatas bravas yang tadi diinginkan anaknya itu.Walaupun Feli sempat berkata tak jadi menginginkan makanan tersebut. Tak lama, wanita cantik yang sedang mengandung itu kembali mengubah keinginannya. Ia benar-benar menginginkan makanan itu.Dan di sinilah Charlotte. Beberapa saat yang lalu ia masuk ke dalam kamar Feli sambil membawa piring berisi makanan pesanan sang anak. Charlotte terus mengawasi Feli yang terlihat memakan perlahan satu potong kentang itu ke dalam mulutnya. Baby Girl-nya mengunyah dengan hati-hati.Feli menelan makanan itu. Ia menatap Charlotte. “A-apakah Madam Glenda yang membuatnya?” bisik Feli parau. Menyebut nama juru masak keluarganya.Charlotte menggigit bibir. Ia menelan saliva susah payah. “A-apakah kau suka?” tanya Charlotte gugup.
Feli mematut wajahnya di cermin. Setelah dirawat di rumah sakit selama satu hari, ia diperbolehkan pulang. Untung saja kondisi kandungannya baik-baik saja setelah ditangani dokter. Flek sempat keluar, tapi tidak beresiko keguguran.Dokter hanya mengatakan Feli harus lebih berhati-hati saat kehamilan muda seperti itu setelah dokter di rumah sakit itu diberitahu bahwa sebelumnya Feli sempat berlari kencang. Dokter memperingatkan Feli untuk tidak lagi ceroboh, karena saat hamil muda, janin lebih rentan terhadap guncangan. Dokter juga memberitahu Jerrald dan kedua orang tua Feli untuk menjaga mental wanita itu agar tidak mengalami stress.Feli mengusap lembut perutnya. Matanya menatap kosong cermin.Sampai saat ini, Feli tidak tahu dari mana Jerrald mengetahui tentang kehamilannya. Sudah tiga hari ini Feli menghindari pria itu yang tak absen datang ke mansionnya. Feli mengurung diri di kamar, tak peduli sang mommy terus memb
Jerrald terus mengejar langkah Cia-nya.Apakah rencananya salah?Arghh! B3rengsek!Melamar Cia di acara pernikahan Roland dan sahabat wanita itu adalah satu-satunya cara yang dapat ia pikirkan kala itu setelah mendapat restu dari Leonel dan Charlotte Addison. Bahkan Noe pun mendukung rencananya.Jerrald pun sampai rela dimaki istri Roland saat ia meminta bantuan wanita itu secara langsung agar rencananya dapat berjalan dengan baik. Selama ini, ia tidak pernah mendapat makian dari siapa pun. Orang cenderung takut padanya karena sikap dingin yang selalu ia perlihatkan.Namun karena wanita cantik bernama Felicity Jolicia Addison, Jerrald rela mendapatkan semua itu. Pertama, mendapat makian dari Charlotte, lalu ke dua, ia mendapat makian dari wanita bernama Sally, yang mana adalah istri dari Roland.Bukankah hidupnya sungguh sangat menyenangkan belakangan ini?