“Next time, pake baju yang bikin lo nyaman aja,” kata Endra, “pakai rok kalo kependekan kayak gitu kan kalo di tempat rame kayak gini juga lo sendiri yang risih.”“I ... iya, Pak,” kata Karra.“Lagian, gue juga nggak suka. Kalo misalnya ada cowok yang jelalatan ngeliatin lo,” kata Endra.Mendengar itu, kedua mata Karra melebar. “Kenapa?” tanyanya.“Karena selain sebagai sekertaris gue, gue juga udah anggep lo kayak adek gue sendiri, Karra,” kata Endra. Dia tersenyum manis sekali, “abang mana yang suka adeknya dilihatin sama cowok dengan tatapan mesum?”Karra menghembuskan napas lemah. Adik lagi? Seandainya laki-laki yang duduk di depannya itu tahu kalau orang yang dia coba tarik perhatiannya adalah dirinya.***Karra menemui Lya di rumah gadis itu sepulang kerja. Dia merasa masih belum puas bercerita tentang Endra. Ada banyak yang mengganjal di hatinya. Terutama fakta bahwa Endra hanya menganggapnya sebagi adik.Lya menyambut Karra di ruang tamu. Gadis itu tertawa ketika melihat tampa
“Nggak ... aku nggak ngegombal loh ini. Beneran aku kangen sama kamu,” kata Endra.“Aku juga kangen sama kamu,” kata Dania, “sabar ya.”Endra terkekeh. “Nggak bisa sabar. Rasanya aku pengen meluk kamu sekarang juga,” katanya.Dania ikut tertawa. “Yudah peluk online aja,” katanya setelah tawanya reda.Terdengar hembusan napas panjang Endra, “Ternyata LDR itu nyiksa banget ya,” katanya.Dania lagi-lagi tertawa. “Sabar, Sayang,” kata Dania.“Iya ... iya,” katanya, “yaudah, aku mau mandi dulu. Good night. Love you.”“Love you,” kata Dania.***Rombongan Evolution sampai di kota Medan sekitar pukul sembilan pagi. Setelah mandi dan ganti pakaian, Zevan izin kepada Sisil untuk keluar sebentar di kafe bersama personel Evolution lainnya.Mereka akhirnya pergi ke sebuah kafe yang lokasinya tak jauh dari hotel tempat mereka menginap. Seperti biasa, saat keluar ke tempat umum, mereka selalu menggunakan pakaian semacam hoodie atau menggunakan masker agar tak terlihat mencolok. Setelah merasa aman
Mengapa dia harus mencintai seseorang yang sudah menjadi milik orang lain? Seandainya Dia yang menjadi kekasih Endra, tentu dia akan kenyang dengan perhatian yang endra berikan.“Udah enakan belom?” tanya Endra setelah gerakan tangannya terhenti.“Lumayan,” kata Karra.“Diminum gih itu. Kayaknya udah agak mendingan. Udah nggak panas banget,” kata Endra.Karra mengangguk. Dia lalu menyesap teh hangat itu perlahan.***Karra pikir, rasa sakitnya akan berkurang setelah dia minum minuman hangat yang Endra buatkan. Ternyata tidak. Sampai dia masuk ke mobil Endra untuk pulang pun rasa sakitnya masih terasa.“Udah mendingan belom?” tanya Endra setelah manyalakan mesin mobil.Karra mengangguk. Dia tak mau Endra mamikirkan dirinya lebih jauh.“Oh iya, kayaknya entar pas Dania udah balik ke Jakarta gue mau ngajak dia liburan deh. Rencananya, pas itu juga gue mau ajak lo liburan. Nah loh ajak itu gebetan lo,” kata Endra.Karra mengerutkan kening. “Gebetan?” ulangnya.Endra tak menyahut. Dia meng
Setelah melihat story Karra, Dania merasa tak tenang. Meski gadis itu tak menyebutkan nama, dia yakin kalau orang yang gadis itu maksud adalah Endra. Memangnya perhatian seperti apa yang Endra berikan padanya sampai Karra menulis kalimat seperti itu di story-nya? Tak mau terus dihantui rasa penasaran, Dania lalu menelepon Endra. Hari Dania yang sudah dongkol jadi semakin dongkol karena telfonnya tak juga mendapat respon dari Endra. Bersamaan dengan air matanya yang menetes di pipi, dia lalu meletakkan ponselnya di atas ranjang. Sisil, yang baru masuk seketika menegur Dania saat melihat mata gadis itu memerah. “Lo kenapa nangis?” tanya Sisil. “Enggak kok, gue nggak nangis,” jawab Dania. “Itu mata lo merah,” kata Sisil. Sisil tersenyum. “Ini cuma kelilipan,” kata Dania. Dania mengambil ponselnya saat benda pipih itu berbunyi. Dia lalu izin keluar pada Sisil. “Kamu dari mana aja dari tadi kutelfon kok nggak direspon?” tanya Dania. Dia tidak bisa menahan suaranya yang terdengar san
Karra lantas bangkit duduk. Dia merasa kosong saat menyadari kejadian indah tadi hanyalah mimpi. Dalam hitungan detik, dia meneteskan air mata. Sebegitunyakah di menginginkan Endra? Sampai terbawa mimpi dan semuanya terasa begitu nyata.Usai mengusap air matanya yang jatuh membasahi pipi, dia lalu turun dari ranjang. Dia lalu lalu mengambil celana dalam dari lemari kemudian berjalan menuju kamar mandi.***Selama bekerja Dania tidak bisa fokus karena dia memikirkan hubungannya dengan Endra. Sampai kapan dia akan terus bercekcok dengan laki-laki itu akibat postingan Karra di Instagram? Rasanya melelahkan beradu mulut dengan Endra. Namun meski begitu dia juga tak mau tinggal diam. Dia berisik saja masih kecolongan. Apalagi dia cuek dan diam?“Dan, gue lihat lo dari tadi kok kayak nggak fokus ya. Kenapa?” tanya Sisil setelah usai konser. Mereka berdua duduk di sebuah kursi yang di depannya ada meja dipenuhi cemilan dan minuman.“Nggak kok. Sok tau lo,” kata Dania.Sisil tertawa. “Kelihat
Semuanya berjalan begitu cepat setelah mereka saling melucuti busana masing-masing. Tiba-tiba saja, Dania sudah terbaring di atas ranjang.Saat Endra memcumbunya lagi, Dania memejamkan mata. Dia merasa tersanjung sekaligus terhormat saat kekasihnya itu menaburkan kecupan-kecupan yang halus dan lembut dari kening sampai bagaian bawah tubuhnya. Endra benar-benar memuja tubuhnya seolah dia adalah seorang bidadari surga.Jantung Dania bergemuruh dan tubuhnya bergetar saat Endra menyatu dengannya. Sepanjang gerakan yang laki-laki itu buat, dia dibuat mabuk. Rasanya dia seperti tak sedang berada di dunia.Di akhir pergulatan cinta mereka, Endra membisikkan kata, “i love you very very very much,” di telinga Dania.Dania bisa mendengar suara Endra itu dengan sangat baik. Tapi dia tak mampu berkata-kata. Saat kekasihnya itu berkata, “Do you love me too?” dan, “do you trust me?” Dania hanya bisa menganggukkan kepalanya pelan.Meski mulutnya terbuka, Dania benar-benar tak bisa berkata-kata. Tubu
Sisil mengupload polling di akun Instagramnya. Dia ingin tahu sebanyak apa fans yang menginginkan diadakannya konser di Jakarta untuk kedua kali. etelah mengunggah postingannay di story, dia lalu meletakkan ponselnya. Dia lalu fokus lagi pada orang-orang yang ada di sekitarnya.“Lo udah bikin pollingnya?” kata Zevan pada Sisil. Dia lalu menyesap kopinya.Sisil mengangguk. “Udah,” sahut Sisil, “let’s see.”Perhatian Sisil lalu teralih kepada Okan yang sedang uring-uringan dalam panggilan telepon. Dia memantau anak itu sampai selesai bertelepon baru dia berkomentar.“Kenapa lo?” tanya Sisil.“Ada yang ngirim foto cewek gue lagi jalan sama cowok. Setelah gue cari tau ternyata itu mantannya. Gue jeles dong. Tadi pas gue telfon, dia bilang mereka jalan karena nggak sengaja ketemu pas cewek gue di mal. Terus pas gue tanya kenapa gandengan? Masak katanya karena mau nyebrang. Kek nggak masuk akal banget nggak sih?!” cerita Okan panjang-lebar.“Tuh kan, orang pacaran tuh ribet,” sahut Zevan, “
Lya terbahak. “Mungkin goyangannya ceweknya emang asoy banget kali makanya si Endra ketagihan,” katanya. Dia lalu mengambil vapor-nya dari dalam tas.“Ah, nggak asyik lo. Yang ada gue curhat malah makin panas dan makin sakit hati. Bukan makin lega,” kata Karra.Lya tertawa lagi. Usai menghembuskan asap dari mulutnya, dia lalu merangkul Karra. “Becanda, Shay,” katanya.“Udahlah, kata gue lo fokus aja noh cari gebetan di dateapp buat lupain si Endra. Itu anak kayaknya sudah susah lepas sama ceweknya,” kata Lya.“Gue udah ada beberapa yang match. Tapi nggak ada yang sekeren dan seganteng Pak Endra,” kata Karra, “di sana banyakan jamet.”Lya terbahak. Dia sampai memukul-mukul meja. “Masak nggak ada yang normal sih? Ya gak ganteng banget, ganteng dikit aja masak nggak ada?”“Belom nemu,” kata Karra.“Eh, by the way, si Endra jadian sama ceweknya udah berapa lama sih?” tanya Lya.“Enam bulanan kayaknya,” sahut Karra.“Aduh itu sih lagi bucin-bucinnya. Masalah ranjang juga lagi anget-angetny
Yang masuk ke dalam ruangan setelah Hana dan Fajar keluar adalah Endra. Laki-laki itu awalya canguung saat melangkah ke dalam ruangan. Namun akhirnya dia bersuara juga setelah kakinya terhenti di dekat ranjang.“Kenapa lo nggak pernah cerita kalo lo sakit jantung?” tanya Endra.“Sebelumnya gue juga nggak tahu kok kalo gue sakit jantung. Gue baru ta ...”“Bohong,” sahut Endra, “gue pernah nemuin botol kecil tempat obat di kamar lo pas mau ngambil jam tangan Papa yang lo pinjem.”Zevan menghembuskan napas panjang. “Gue nggak mau terlihat lemah di hadapan orang-orang terdekat gue dan keluarga gue.”Endra tak menyahut. Dia memahami perasaan Zevan. Sebagai seorang anak laki-laki, dia juga gengsi akan bercerita tentang penyakit atau kelemahannya kepada keluarga.“Terus selama ini kenapa lo musuhin gue?” tanya Endra, “seharusnya kita nggak kayak gini nggak sih?”“Gue benci sama lo karena nyokap lebih sayang sama lo,” kata Zevan, “gue udah berusaha maklum kalo Papa selalu jarang ada di rumah
Saat diberi tahu tentang perayaan hari ulang tahun sebenarnya Zevan tidak terlalu tertarik. Karena dia yakin momen itu tak akan menjadi momen yang spesial sespesial momen ulang tahun Endra. Dia bahkan berniat pergi di hari ulang tahunnya itu. Biar saja orang-orang rumah merayakan semua tanpa dirinya. Tapi setelah dinasihati Dania, akhirnya Zevan pun luluh. Meski tak terlihat bersemangat, Zevan tetap keluar kamar sekitar jam tujuh malam.Saat melihat dekorasi di ruang tamu rumahnya yang disulap menjadi hall, Zevan seketika merasa muak. Ruangan itu didekorasi dengan warna serba putih, warna kesukaan Endra. Pasti ini ide Hana. Lihatlah, di saat banyak Evolutioners yang menetahui hal-hal kecil tentang Zevan, ibunya sendiri malah tidak tahu warna favoritnya.Zevan seketika menghembuskan napas kasar. Dia ingin berbalik dan masuk ke dalam kamar lagi. Tapi niatnya itu tak berjalan mulus lantaran Fajar memanggilnya saat kakinya baru berjalan satu langkah.“Mau ke mana kamu?” tanya Fajar.“Mau
Seiring dengan renggangya komunikasi Zevan dan Dania, pemberitaan di sosial media tentang mereka juga mereda. Seharusnya Dania senang karena dengan begitu dia tak menjadi bahan kejar-kejaran awak media lagi. Tapi, kenyataannya tidak. Dia justru semakin merasa kosong karena itu sekaligus memperjelas kalau dia dan Zevan memang sudah sejauh itu sekarang.Dania lalu memikirkan saran dari Sisil. Apakah memang sebaiknya dia mengajak Zevan mengobrol? Karena jujur, dia sudah sangat muak dengan kecanggungan yang terjadi di antara dia da Endra selama bebeberapa minggu belakangan ini.Setelah berpikir selama beberapa menit, akhirnya Dania memutuskan untuk mengajak Zevan mengobrol. Dia memutuskan untuk berbicara dengan laki-laki itu setelah Evolution tampil.Tanpa Dania sangka, ternyata Zevan juga berniat mengajaknya berbicara. Karena saat bertatap muka, keduanya mengucapkan, “gue mau ngobrol sama lo,” secara hampir bersamaan.“Lo duluan aja,” kata Dania akhirnya.“Lo saja,” kata Zevan.“Lo dulua
“Jadi lo ngehancurin kencan mereka?” tamya Dania.“Iya,” sahut Zevan, “kesian anjir ceweknya tampangnya langsung bete gitu.”Dania terbahak. “Lah itu kan ulah lo juga kali,” katanya.“By the way, tadi gue udah mutusin kalo kita bakalan kelihatan kaya orang pacaran pas di depan Karra sama Endra aja,” kata Dania lagi.Zevan tak langsung menjawab. Kalau Dania sudah memutuskan seperti itu berarti kemungkainan mereka bersamaan akan berkurang. Tapi toh tak ada bedanya juga. Saat sedang bekerja pun dia teteap bisa mendekati Dania.“Zevan,” sahut Dania dari seberang, “kok lo diem sih?”“Eh, ya nggak apa-apa kalo misalnya keputusan lo kaya begitu,” sahut Zevan. Tapi sebenarnya dia berat mengucapkan hal itu.***Dania merasakan perubahan sikap Zevan selama beberapa hari. Kalau biasanya laki-laki itu sering mengobrol dengannya setiap istirahat makan siang, belakangan ini laki-laki itu jarang berbicara dengannya. Zevan berbicara dengannya kalau tentang masalah kerjaan saja. Sama persis saat awal-
Endra tentu saja panik melihat Karra. Dia lalu berusaha menenangkan gadis itu.“Hei, udah dong nangisnya. Aku minta maaf,” kata Endra, “Dia lalu mengusap pipi Karra yang basah dengan ujung ujung jarinya.“Sini,” kata Endra. Dia lalu mendekap Karra Erat-erat.“Jadinya kamu kenapa kok jadi aneh sikapnya ke aku setelah pesta malem itu?” tanya Dania setelah Endra melepaskan pelaukannya.Endra menghembuskan napas kasar. “Aku cuma masih syok aja ngelihat Zevan jaian sama seseorang yang pernah ada hubungan sama aku.”Karra menghembuskan napas panjang. “Beneran cuma itu? Sykur deh kalau kecurigaanku gak bener.”Endra tersenyum. Dia lalu mendekatkan wajahnya ke Karra. Tanpa aba-aba, dia menyematkan kecupan lembut dan dalam di bibir gadis itu. Rasanya seperti sudah lama sekali dia tak menyalurkan perasaannya pada Karra. Maka, dia lampiaskan semuanya sekarang. Perlahan, tangan kanannya pun mulai merayap di bawah rok Karra. Namun ketika mencapai pinggul gadisya itu, tangannya terhenti lantaran te
“Ayo buruan,” kata Hana.Endra menghembuskan napas kasar. Dia lalu maju lebih dulu.“Zevan buruan!” kata Hana.Akhirnya Zevan ikut maju juga. Mereka berdua akhirya saling bersalaman walau tak saling pandang. Hana geleng-geleng kepala melihatnya. Wanita itu lalu menghembuskan napas panjang.“Cepetan balik ke kamar sana, Endra,” kata Fajar, “Papa nggak mau ya ngeliat kalian berkelahi lagi kaya gini.”“Nggak janji,” kata Endra. Dia lalu beranjak pergi.***Seperti yang sudah Zevan duga sebelumnya. Kemunculannya dengan Dania di pesta malam itu pasti akan mengundang perhatian publik. Zevan tak tahu siapa pelaku pertama yeng mengunnggah video itu di internet. Yang pasti keesokan harinya setelah pesta itu selesai, videonya berdansa dengan Dania sudah tersebar di sosial media. Di X bahkan hastag ZevanDania masuk ke dalam sepuluh besar trending.Zevan ada jadwal nanti jam satu siang. Mungkin, dia baru akan keluar rumah sekitar jam sebelas pagi atau jam setengah dua belas siang. Selama itu dia
“Sayang, kamu tadi udah makan belom?” tanya Zevan.Dania membelalakkan mata namun akhirnya dia menjawab pertanyaan Zevan juga. “Be ... belum sih,” katanya.“Mau aku suapin nggak?” tanya Zevan.Dania menyahut, “boleh,” sambil melirik Endra dan Karra sekilas. Jelas sekali mereka tampak syok.Rasa percaya diri Dania muncul seiring dengan raut canggung yang tampak di wajah pasangan kekasih yang duduk di sampingnya. Terutama Endra. Laki-laki itu tak bisa menutupi keterkejutannya.Selama dua puluh menit berikutnya, Dania melakonkan drama-nya dengan Zevan dengan sangat sempurnya. Endra dan Karra dibuat mati kutu melihat kemesraan yang mereka perlihatkan. Dania bahkan berinisiatif untuk bergantian menyuapi Endra. Gadis itu tersenyum lega saat akhirnya Endra mengajak Karra menghindar ke tempat lain. Laki-laki itu tampak sangat tidak nyaman.Sementara itu, Zevan tertawa puas setelah Endra dan Karra menghilang dari pandangan matanya.“Akting gue bagus kan?” kata Dania. Dia lalu merebut piring b
Karra seperti tak berada di bumi saat jemari tangan kiri Endra merayap di dada kirinya. Sensasi seperti itu baru dia rasakan untuk yang pertama kali seumur hidupnya. Namun, dia hanya merasakan gejolak itu dalam waktu sekitar semenit karena Endra segera menarik diri bersamaan dengan terdengarnya suara batuk ibu Karra.“Sorry,” kata Endra saat dia melihat Karra merapikan kerah blusnya lalu mengancingkan dua kancing teratas yang terbuka.Karra tersenyum. “For what?” katanya.“Karena sudah nyentuh kamu sembarangan,” kata Endra.Karra tertawa kecil. “It’s okey,” katanya, “bukanya sekarang aku punya kamu ya? Kamu berhak ngelakuin apa saja. Hanya mungkin waktunya aja yang nggak tepat.”Endra terkekeh. “Yaudah lain kali kita cari waktu sekaligus tempat yang tepat,” katanya setelah tawanya reda.Karra membelalakkan mata. “Dasar,” katanya. Dia lalu membuka pintu mobil, “good night. See you tomorrow.”“Good night. I love you,” balas Endra. Dia lalu menurunkan kaca mobil.“I love you too,” balas
Sebenarnya Karra sudah diberi tahu Endra tentang acara peresmian hotel baru itu sejak jauh-jauh hari. Tapi mendekati hari-H dia tetap saja merasa gugup bukan main. Dia merasa tidak siap kalau hubungannya harus diketahui banyak orang di kantor.“Kamu yakin mau ngenalin aku sebagai pasangan kamu di acara itu?” tanya Karra saat mereka makan siang bersama di sebuah restoran.Endra mengangguk. “Iya dong,” sahut Endra, “kan aku sudah bilang dari awal.”“Nggak apa-apa kalo pada akhirnya semua orang tahu kalau Bapak Endra sang CEO pacarannya sama sekertarisnya sendiri?” tanya Karra.Endra terbahak. “Emangnya kenapa?” tanyanya.Karra mengangkat bahu. “Kamu nggak gengsi?” tanya Karra.Endra terbahak. “Nggak lah,” katanya, “ngapain harus gengsi?”Karra lantas tersenyum. Dia merasa lega karena Endra bisa menerimanya apa adanya. Dia lalu menatap Endra dalam-dalam. Sebisa mungkin dia tak melewatkan setiap detik waktu yang dia lalui dengan Endra secara detail.“Keanapa?” tanya Endra.Karra menggelen