Wulan menyipitkan matanya ketika membaca daftar siswa di kelasnya yang baru. Benar, hari ini hari Senin adalah hari di mana tahun ajaran baru dimulai. Wulan sudah naik ke kelas sebelas jurusan IPA. Wulan tidak satu kelas lagi dengan Kemala, tetapi sekarang ia sekelas dengan temannya yang lain yaitu Endah."Hhh... kacau," ucap Wulan pelan, wajahnya terlihat murung, berbanding terbalik dengan wajah Endah yang sangat sumringah.Begitu masuk ke dalam kelas, Wulan langsung berjalan menuju baris ketiga dan duduk di meja paling depan."Lan, kok duduk di sini, sih? Kira duduk di barisan jajaran kedua aja biar bisa dekat sama Ezra," ucap Endah."Kalau kamu gak mau duduk di sini, ya sudah kamu cari teman sebangku yang lain aja.""Aaah... kamu mah." Endah terpaksa duduk di baris paling depan. Ia melirik ke arah Ezra yang duduk di pojokan dekat jendela. "Padahal aku mau duduk dekat sama yang ganteng."Tanpa mereka berdua sadari, Ezra diam-diam memindahkan tasnya di belakang bangku Wulan dan Endah
Ketua OSIS sibuk mendatangi setiap kelas untuk mendata para siswa yang ingin menjadi petugas paskibra. Wulan yang memang sedari SMP sering menjadi petugas kini diikutsertakan lagi, termasuk Ezra. Ezra yang tadinya tidak berniat ikutan karena tidak ingin panas-panasan jadi terpaksa ikut karena ingin selalu dekat dengan Wulan.Lusanya, anggota terpilih paskibra melangsungkan kegiatan latihan sehabis pulang sekolah. Mereka selesai latihan ketika pukul empat sore."Lan... pulang bareng, yuk!" Ezra kembali mengganggu Wulan setelah beberapa hari diam-diaman."Gak mau!" Wulan langsung menolak dengan mentah."Ayolah, Lan... pulang bareng. Ini udah sore, lho. Lo gak takut apa pulang sendiri?""Nggak. Kan di sini pulangnya rombongan."Karena di sini mayoritas murid datang dan pulang sekolah jalan kaki, makanya ketika ada ekstrakurikuler mereka selalu pulang rombongan meskipun nantinya mereka berpisah di setiap persimpangan jalan. Kadang kalau ada mobil pickup yang lewat, mereka sering nebeng un
Dari jam empat pagi Ezra sudah bangun karena pagi ini adalah tanggal 17 yang mana adalah hari proklamasi kemerdekaan Indonesia. Karena Ezra menjadi anggota paskibra, makanya dirinya harus berangkat pagi-pagi sekali untuk persiapan gladi resik."Udah ah, Ma, kenyang. Gak mau makan banyak nanti bisa repot kalau mendadak ada panggilan alam." Ezra meminum susu cokelat buatan ibunya. Padahal dirinya baru makan lima sendok tapi ususnya rasanya sudah tidak kuat untu menampung makanan berkarbohidrat tinggi."Satu suap lagi, satu suap lagi." Bu Hannah memaksa anak bujangnya itu untuk makan banyak.Dengan berat hati Ezra membuka mulutnya lebar-lebar kemudian memakan satu suap nasi sesendok penuh. Ampun deh, Ezra, sudah besar tapi makannya masih disuapi."Nanti kita sekeluarga gak bisa lihat Aden, soalnya sekolah Aden beda desa." Ceu Itoh meletakkan sepatu dan kaos kaki milik Ezra di atas kursi beserta tas sekolah yang isinya handuk, tisu, air mineral, ponsel dan juga dompet.Kalau urusan perkam
"Apa katanya?" Ezra bertanya kepada Wulan saat Elis berbicara pada orang-orang yang satu kelompok dengannya."Kepo!"Ezra menatap Wulan dengan datar. Biasanya Wulan jarang menjawab pertanyaan Ezra, tapi kalau sekalinya menjawab pasti jawabannya sangat singkat, padat, jelas dan sedikit menyebalkan."Gue serius, Lan."Endah tertawa. "Kata Elis, nanti kerja kelompoknya di rumah dia, soalnya dia gak punya motor, juga gak ada teman yang pulangnya searah. Tapi kalau mau kelompok, tunggu dulu dia beres piket hari ini. Kalau mau pergi duluan ya gak apa-apa.""Oh, gitu." Ezra mengangguk mengerti. "Kita ke rumahnya bareng ya, Lan.""Gak mau. Aku mau jalan kaki sama yang lain.""Kalau pulangnya?""Gak mau juga."Emin menepuk pundak Ezra, menguatkan temannya itu untuk tetap bersabar.Siangnya, ketika jam pulang sekolah, anggota kelompok laki-laki sudah pergi duluan ke rumah Elis karena sudah ada yang tahu rumahnya di mana, kini tinggal anggota kelompok perempuan yang berangkat nebeng mobil pickup
"Teh!" Neni masuk ke kamar dengan tergesa-gesa.Wulan yang sedang membaca buku LKS mengalihkan pandangannya. "Ada apa?" tanyanya."Teh tahu kakaknya temen aku, Rina? Teh Dina mau dinikahin sama Pak Rohili.""Apa?" Wulan kaget bukan main. "Kata siapa? Yang bener, Ni?"Neni mengangguk tegas. "Iya, Teh. Tadi aku gak sengaja dengar obrolan ibu-ibu yang lagi belanja di warung.... Aduh..., aku jadi takut."Wulan termenung. Ia tidak minat lagi untuk membaca buku. Di dalam kepalanya berkecamuk memikirkan banyak hal yang ia takutkan, apalagi saat mengingat kejadian lusa kemarin yang membuat dirinya tidak enak makan dan susah tidur.***"Akak yakin mau ikut?""Ikut, dong. Kan, sekarang gue udah gak takut lagi sama serangga."Hari ini tanggal merah, Jajang dan teman-temannya berencana untuk pergi memancing ke sungai dan menjelajahi kebun juga hutan untuk mencari jamur dan kayu bakar. Rombongan Jajang terdiri dari anak SD, SMP dan juga ada anak SMA, termasuk Ezra. Nanti mereka akan pergi menjemp
Suara yang berasal dari speaker sekolah menggema menyebutkan nama Ezra dan lima nama murid lainnnya. Ezra yang sedang mengikuti pelajaran Bu Kartika, guru bahasa Indonesia itu ijin pamit untuk menghadap ke arah sumber suara. Kelas tiba-tiba menjadi riuh karena para murid sedang membicarakan rumor kalau keenam orang itu adalah yang nantinya akan menjadi kandidat calon ketua dan wakil OSIS.Ketika jam sepuluh kurang seperempat waktunya jam istirahat, Ramdani murid kelas sebelah dari kelas XI-IPS-1 masuk ke kelas Ezra dan duduk di kursi milik Endah. Ramdani ini adalah murid yang menjadi calon wakil OSIS dengan Ezra sebagai ketuanya. Saat ini mereka hendak menyusun visi misi. Sengaja mereka menyusun dari sekarang karena tiga hari ke depan mereka akan berkampanye dan selang beberapa hari lagi mereka akan melaksanakan acara debat bakal calon."Hmmm..." Ezra mengangguk mengerti sambil menuliskan usulan yang disampaikan oleh Ramdani."Minggir, dong. Aku mau duduk di sini." Endah tiba-tiba sud
Ezra berkali-kali mengembuskan napas. Dalam kepalanya banyak rencana, tetapi semuanya langsung buyar oleh pikiran negatifnya sendiri. Besok adalah hari pemilihan ketua OSIS. Ezra berharap dirinya menang, kedua orang tuanya serta Mang Dasa dan juga Ceu Itoh mendoakan kelancaran acara dan kemenangan untuk anak bujangnya itu.Wulan baru saja keluar dari perpustakaan dan berjalan sendirian. Tumben makhluk cerewet yang selalu menempel pada Wulan tidak ikut terlihat."Lan!" panggil Ezra.Gadis berambut panjang sedada itu menoleh."Gue mau ngomong sama lo." Ezra menarik napas kemudian mengembuskannya perlahan. "Gue suka sama lo, Lan. Lo pasti udah tahu, kan?"Wulan bergeming."Lo..., lo mau jadi pacar gue?"Wulan tetap tidak bereaksi, tetapi wajahnya sedikit bersemu kemerahan."Sorry, ya, gue nembak lo kayak gini. Gue orangnya emang nggak romantis. Kalau gue romantis yang ada ntar lo malah ilfil sama gue."Ezra menunggu respon dari Wulan tapi gadis itu tetap diam seperti patung."Atau gini a
"Ada yang mau menambahkan?" tanya Ezra kepada para anggota OSIS yang hadir dalam rapat hari Kamis.Aep, kapten tim sepak bola putra yang sekaligus sebagai seksi keolahragaan mengangkat tangannya."Silakan," ucap Ezra sambil siap menyimak apa yang akan Aep sampaikan."Bagaimana kalau pakai sistem gugur saja, soalnya setiap anggota dari berbagai kelas saat acara nanti ada yang tidak bisa hadir karena jadwal bentrok dengan lomba yang ada di kabupaten."Sebenarnya bukan hanya lomba tari saja yang berbentrokan dengan acara POR Kelas, tetapi ada juga lomba yang lainnya. Para siswa juga tidak mengerti kenapa lomba penting diadakan di bulan Desember setelah ulangan akhir semester telah selesai, biasanya perlombaan diadakan di pertengahan tahun. Apakah pihak penyelenggara sengaja memberikan kejutan untuk tahun baru dan semester baru nanti?Aas, anggota seksi kesenian juga mengangkat tangannya. "Dan bagaimana kalau perlombaan catur juga diikutsertakan? Soalnya tahun ini ekstrakulikuler catur mu
"Bu, keluarga Pak Rohili digerebek polisi!" Pak Kuswan berlari tergopoh-gopoh menghampiri Bu Mimin yang sedang berada di dapur bersama ibu-ibu lainnya yang sedang memasak daging karena hari ini sedang akikah Wulan sebelum lima hari lagi hari pernikahannya."Yang benar, Pak?" tanya Bu Mimin. Semua orang menghentikan kegiatan masak memasak itu."Benar, Bu. Bapak tahu kabarnya dari Pak RT. Ayo kita segera ke sana, katanya Kang Saepuloh juga sama digerebek."Bu Mimin bergegas menuju ke rumah Pak Rohili dan Kang Saepuloh. Sementara ibu-ibu melanjutkan kegiatannya sambil bergosip, menunggu kabar lainnya dari orang-orang. Wulan yang sedang dalam masa dipingit langsung keluar rumah, berlari bersama adiknya untuk menyusul kedua orang tuanya.Dan benar saja, di rumah Pak Rohili dan Kang Saepuloh yang memang bersebelahan itu kini sedang banyak orang yang menonton karena penasaran. Pak Rohili, Kang Saepuloh dan beberapa anak buahnya ikut ditangkap, mereka sekarang sedang digiring menuju ke mobil
Ezra banyak melamun setelah selesai belajar. Beberapa bulan ini dirinya memang benar-benar kacau, bahkan sekarang Ezra menjadi perokok berat. Biasanya ia hanya merokok sedikit, kemudian ia berhenti merokok ketika berpacaran dengan Wulan tetapi setelah putus Ezra hampir menghabiskan sehari sebungkus.Ceu Itoh merasa prihatin melihat anak majikannya itu yang sedang putus cinta. Waktu putus dulu dengan Feodora, Ezra tidak segalau ini. Galau dia hanya sebentar, tidak berlarut-larut. Tapi ini dengan Wulan? Hampir setengah tahun ia galaunya."Den, sini makan. Dua hari lagi, kan, Aden mau Ujian Nasional, Aden jangan terlalu banyak pikiran biar nanti apa yang sudah dihapal dan dipelajari tidak hilang dari kepala.""Iya, Mbok, nanti."Ponsel Ezra berbunyi. Mamanya menelpon dan memberi kabar ada kampus yang cocok untuk Ezra di Swiss. Hmmm... sepertinya Ezra sudah mulai mempersiapkan diri untuk kuliah di luar negeri karena kelapa sekolah merekomendasikan universitas di dalam negeri untuk Ezra te
Wulan mengurung diri di kamar, sudah dua hari ia tidak pergi ke sekolah, makan juga hanya beberapa suap. Orang-orang yang ada di rumah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Berbagai macam bujukan sudah mereka lakukan tetapi tetap tidak mempan.Ezra juga tidak berhenti mendatangi rumah Wulan, memaksa dan memohon kepada Pak Kuswan dan Bu Mimin supaya mempertemukan Ezra dengan Wulan tetapi mereka tetap tidak bisa melakukannya karena Wulan tidak ingin. Kedua orang tua Wulan sudah menjelaskan pada Ezra apa yang sebenarnya sedang terjadi.Kedua orang tua Wulan beralasan kalau Wulan mutuskan hubungannya karena Wulan sudah dijodohkan pada cucu kenalan dari kakeknya. Waktu lebaran juga Ezra sudah bertemu dengan kakek Wulan yang dari luar kota. Kakek Wulan sengaja berlebaran di sini karena sudah lama tidak mudik ke Desa Pacima."Tapi saya ingin mendengar penjelasannya dari Wulan, Bu.""Walaupun Wulan menjelaskan, penjelasannya akan tetap sama, Nak Ezra.""Tapi, Bu...""Nak Ezra, Ibu tidak bermaksud
Anak buah Kang Saepuloh tiba-tiba sudah ada di sawah milik Pak Kuswan. Entah apa yang sedang mereka bicarakan, tetapi Neni sangat penasaran. Sayangnya ia tidak bisa mendekati mereka karena takut dirinya dijadikan target sebagai calon istri barunya Kang Saepuloh, amit-amit kalau sampai diincar juga oleh ayahnya, Pak Rohili. Aki-aki peot yang masih doyan daun muda, orang yang tidak tahu umur yang hampir uzur.Hampir sepuluh menit mereka berbicara, kemudian anak buah Kang Saepuloh pergi dari saung sawah milik Pak Kuswan. Bu Mimin tertunduk lesu sedangkan Pak Kuswan berkacak pinggang sambil geleng-geleng kepala. Apa ini? Apa ini? Kenapa wajah mereka terlihat sangat frustrasi?"Bu, Neni sudah bawa minum," ucap Neni setelah tiga menit ia bersembunyi. Pura-pura tidak tahu kalau tadi ada yang datang mengancam."Cepet banget bawanya," ujar Bu Mimin, mencoba bersikap biasa saja."Iya. Oh ya, Teh Wulan sama Rukman di mana?""Ada di bawah lagi nyari tutut."Neni mengangguk. Ia kemudian turun ke b
"Terima kasih." Wulan mengambil uang kembalian dan barang yang baru saja ia beli di toko material.Toko material tersebut jaraknya cukup jauh dan dekat dari sekolah Neni, jaraknya hanya lima puluh meter ke arah selatan. Wulan pergi ke toko material diantar oleh Rukman. Neni tidak bisa ikut karena ia sedang sakit gigi. Sebelum pulang, Wulan menyempatkan untuk pergi ke Pasar Kamis yang tempatnya berada di sebelah toko material. Dulu pasar ini sangat ramai tetapi sekarang hanya ada empat kios saja yang masih beroperasi. Rata-rata yang masih buka adalah kios sayuran, barang pecah belah, tukang jahit dan toko kelontong. Juga di pinggir jalan seberang pasar ada tempat fotokopian, konter HP, tukang bakso cuanki dan penjual minuman. Dulu saat Wulan masih SD, pasar ini tidak kalah ramainya dengan pasar di kecamatan. Apalagi kalau beberapa hari sebelum lebaran, semua orang berebut belanja baju baru dan makanan khas hari raya.Setelah berbelanja sayuran, Wulan dan Rukman memutuskan untuk pulang.
Seperti kemarin, Ezra hari ini juga pergi ke sekolah jalan kaki. Menyamperi Emin dan Wulan, kemudian di jalan memegangi tangan Wulan lagi dan melepaskannha begitu beberapa meter sampai di dekat sekolah."Pak, apakah kita laporan saja pada Bu Hannah kalau Den Ezra sudah dua hari ini pergi ke sekolah jalan kaki?" tanya Ceu Itoh."Tidak usah. Nanti saja kita memberitahu Bu Hannah kalau Den Ezra sudah satu minggu jalan kaki."Ceu Itoh mengangguk mengerti. Ia kemudian melanjutkan membereskan dapur."Hatchim!" Ezra bersin kemudian menggosok hidungnya."Ada yang ngomongin kamu," ucap Emin."Siapa?""Gak tahu.""Kamu ya, Lan, lagi ngomongin aku?"Wulan menatap Ezra. "Iya, aku lagi ngomongin kamu sama Mbak Kunti. Nih, Mbak Kunti-nya ada di sebelah kanan kamu.""Ih Wulan, jangan nakut-nakutin. Ini masih jam setengah enam pagi, lho." Ezra mengangkat tangan kirinya untuk melihat jam.Emin mengernyitkan kening ketika melihat tangan Ezra dan Wulan saling berpegangan. Emin pura-pura terbatuk-batuk.
Jam pulang baru saja berjalan beberapa detik yang lalu. Wulan curi-curi pandang ke arah belakang, berharap Ezra mengerti kodenya untuk tetap tinggal tetapi cowok ganteng itu malah sibuk menggaruk belakang kepalanya, sebenarnya bukan gatal, tetapi lebih ke arah bingung karena dari tadi Ezra menatap sebuah buku cukup tebal. Entah buku apa yang sedang Ezra baca itu."Duluan ya, Zra." Emin berjalan bersama para murid yang lain.Endah juga sudah menyeret Wulan, kini yang berada di kelas hanya orang-orang yang sedang piket dan juga Ezra.Wulan mengembungkan bibirnya. Tidak jadi deh ia mengembalikan kaos olahraga milik pacarnya itu.Hampir setengah jam lebih perjalanan pulang dari sekolah, rombongan Wulan berpisah di pertigaan jalan. Wulan kini jalan sendirian karena arah rumah mereka berbeda, tadi Santi bersamanya tapi kemudian ia masuk ke gang menuju rumahnya karena jalan arah gang lebih dekat."Sayang?"Wulan menoleh, wajahnya sedikit agak kesal saat pacarnya itu tiba-tiba datang dan tiba
Ezra dari bangun tidur tidak berhenti bersiul, bahkan dari beberapa hari sebelumnya pun gelagat Ezra sudah aneh. Orang-orang di rumah pun sampai terheran-heran dibuatnya."Aden sudah punya pacar?" tanya Ceu Itoh. Jiwa ibu-ibunya kembali membara, pokoknya selalu kepo dengan kehidupan orang lain."Kenapa Mbok tanya begitu? Memangnya dulu-dulu Ezra kelihatan jomblo?" tanya Ezra setelah selesai makan."Nggak, sih. Tapi menurut pandangan Mbok, gaya Aden sekarang agak beda.""Beda bagaimana?""Makin rapi gayanya, Aden juga sekarang sering pakai minyak rambut, wangi makin semerbak, wajah Aden juga selalu berseri. Jadi, pacarnya Aden sekarang siapa?"Ezra mengangkat jari telunjuk dan menempelkan pada bibirnya. "Ra-ha-si-a.""Iiih... si Aden mah. Pasti orang sini, ya? Aduh, siapa ini gadis desa yang bisa menaklukkan hati pemuda gaul dari kota? Kayaknya Aden suka banget ya sama dia? Soalnya pacar Aden yang dulu-dulu itu cuma mainan.""Emang Mbok tahu siapa aja pacar Ezra yang dulu?""Ya tahu, a
Wulan berlari menyelinap orang-orang yang baru saja bubar dari lapangan. Ia langsung menuju ke arah WC perempuan dan bersembunyi di sana sekitar hampir satu jam setengah. Setelah dirasa aman, dirinya kini berlari menuju ruang UKS. Kebetulan sekali ketua anggota PMR ada di sana sedang menyortir perobatan yang sebentar lagi dalam masa kedaluwarsa. Selain itu, Wulan juga membereskan ranjang lalu mengganti sepreinya kemudian mengganti gorden penyekat dengan yang baru."Lan, kayaknya Ezra sama Endah lagi nyariin kamu, tuh," ucap Ina, anggota PMR dari kelas XI-IPA-4."Jangan kasih tahu aku ada di sini. Kalau ada orang-orang yang cari aku, bilang aja gak tahu.""Kenapa kamu sembunyi?""Aku lagi males berurusan sama OSIS."Ina mengangguk mengerti. Dan benar saja, tidak selang berapa lama Ezra dan Endah datang ke ruang UKS untuk mencari Wulan."Dah ya, aku pergi dulu.""Ke mana, Lan?""Aku mau ke mushola dulu. Sekalian beres-beres." Sebelum keluar, Wulan mengamati area sekitar, takutnya nanti