"Bu, keluarga Pak Rohili digerebek polisi!" Pak Kuswan berlari tergopoh-gopoh menghampiri Bu Mimin yang sedang berada di dapur bersama ibu-ibu lainnya yang sedang memasak daging karena hari ini sedang akikah Wulan sebelum lima hari lagi hari pernikahannya."Yang benar, Pak?" tanya Bu Mimin. Semua orang menghentikan kegiatan masak memasak itu."Benar, Bu. Bapak tahu kabarnya dari Pak RT. Ayo kita segera ke sana, katanya Kang Saepuloh juga sama digerebek."Bu Mimin bergegas menuju ke rumah Pak Rohili dan Kang Saepuloh. Sementara ibu-ibu melanjutkan kegiatannya sambil bergosip, menunggu kabar lainnya dari orang-orang. Wulan yang sedang dalam masa dipingit langsung keluar rumah, berlari bersama adiknya untuk menyusul kedua orang tuanya.Dan benar saja, di rumah Pak Rohili dan Kang Saepuloh yang memang bersebelahan itu kini sedang banyak orang yang menonton karena penasaran. Pak Rohili, Kang Saepuloh dan beberapa anak buahnya ikut ditangkap, mereka sekarang sedang digiring menuju ke mobil
Vila di daerah puncak itu begitu ingar bingar. Musik berdentum sangat keras yang bisa membuat gendang telinga pecah. Lampu warna-warni kelap-kelip menghiasi ruang tengah dari vila bergaya modern dan sangat megah nan juga mewah tersebut.Suara tawa begitu membahana, membuat malam tahun baru tersebut semakin meriah, apalagi suara kembang api yang saling bersahutan di setiap penjuru langit.Para muda-mudi sebanyak lima belas orang itu daan empat diantaranya adalah perempuan terlihat sangat menikmati pesta malam pergantian tahun tersebut.Asap rokok begitu pengap memenuhi ruangan, botol-botol minuman keras berbagai nama dan merek berceceran di lantai. Para remaja itu langsung bersorak riuh ketika dua orang perempuan dari mereka melakukan pole dance.Dibalik pesta yang meriah dan penuh tawa bahagia itu, mereka tidak tahu kalau di sekitaran vila, banyak sekali anggota kepolisian yang datang dan mengepung vila megah tersebut. Dan satu menit kemudian, para anggota kepolisian itu mendobrak pin
Surat pemberitahuan pengeluaran Ezra dari sekolah sudah berada di tangan kedua orang tuanya. Meskipun sudah tahu maksud dari kop surat tersebut, tetap saja Pak Willy membaca surat tersebut sampai selesai.Dalam isi surat tersebut, diberitahukan kalau Ezra akan dipindahkan ke sekolah yang berada di pinggiran kota Jakarta, yang tempatnya sangat kumuh dan terpencil, bahkan isinya anak-anak yang bermasalah semua, bahasa kasarnya sekolah yang amat sangat bobrok luar dalam. Dan mulai hari Jumat nanti, Ezra sudah mulai bisa bersekolah di sana. Hans dan Rafael bersekolah di sekolah yang berbeda, jadi ketiga orang tersebut tidak bisa bersama-sama lagi."Kamu jangan bersekolah di sini. Papa gak setuju." Pak Willy melemparkan surat tersebut ke atas meja kerjanya."Kenapa? Aku gak masalah kok bersekolah di sana. Memangnya Papa mau masukin aku ke sekolah mana? Memangnya ada sekolah elit yang mau menerima aku? Oh iya, pasti ada kalau Papa menyogok mereka.""Papa tidak akan berbuat hal yang kotor se
"Sudah hampir sepuluh tahun, ya, Mbok dan Mang Dasa berhenti bekerja di rumah kami," ucap Pak Willy sambil menyeruput kopi hitam yang tadi disajikan oleh Ceu Itoh."Si Bungsu ke mana, Mbok?" tanya Bu Hannah."Dia sekarang lagi ke sekolah. Sebentar lagi juga pulang."Tidak berapa lama, sekumpulan anak-anak sekolah dasar berjalan beriringan. Suara mereka sebenarnya sudah terdengar dari jarak yang cukup jauh, maklum, anak-anak kalau berangkat atau pulang sekolah sepanjang perjalanan sering bersenda gurau, hal itu dilakukan supaya tidak terlalu lelah berjalan kaki dan supaya berjalan kaki tidak merasa membosankan."Assalamualaikum!" Setelah membuka sepatu, anak bungsu Mang Dasa dan Ceu Itoh melongokan kepalanya ke ambang pintu yang terbuka lebar."Sini, Jang, masuk. Salim dulu ke Pak Willy, Bu Hannah dan Den Ezra.""Iya, Pak." Jajang, anak bungsu pasangan Mang Dasa dan Ceu Itoh yang berusia sepuluh tahun dan masih duduk di sekolah dasar itu segera mencium tangan para tamu."Namanya siapa?
Membosankan, gerutu Ezra dalam hati.Saat ini dirinya tengah berkeliling di sekolah barunya bersama kepala sekolah dan kedua orang tuanya.Alasan kenapa Ezra terlihat badmood karena tadi pagi-pagi sekali sekitar pukul lima pagi dirinya harus mandi di empang. Itu karena dipaksa oleh mamanya, kata Bu Hannah, kalau Ezra memaksa untuk mandi di kamar mandi, akan memakan waktu yang lama karena harus menimba air dulu. Padahal Mang Dasa sudah menawarkan akan membantu menimbakan air, tapi Bu Hannah menolak, beliau ingin anaknya itu menjadi anak yang mandiri dan tidak manja.Bayangkan saja, mandi pagi-pagi di kampung yang udaranya masih bersih belum terlalu tercemar oleh polusi, airnya mengalir dari mata air langsung pokoknya pas mandi berasa mandi menggunakan air es. Memang menyegarkan mandi di air empang itu, tapi karena tempatnya cukup terbuka membuat Ezra tidak bisa merasakan nyamannya mandi, apalagi mandinya harus cepat-cepat karena ternyata ada warga yang juga akan mencuci di empang sana.
Terhitung sudah tiga hari Ezra bersekolah di SMA Wilalung, selama itu pula Ezra menjadi sorotan dan pusat perhatian orang-orang. Kelas Ezra juga sering dikunjungi oleh murid-murid dari kelas lain, termasuk murid kelas sebelas dan kelas dua belas yang tidak mau ketinggalan. Paling banyak yang datang, sih, para murid perempuan. Mereka tergila-gila dengan ketampanan dan pesona dari anak Jakarta yang tentunya keren abis.Bagi mereka, kedatangan murid baru dari kota yang bertampang rupawan, tajir melintir, keren dan wangi yang tidak jauh berbeda dengan model itu bagaikan ketiban durian runtuh. Fenomena langka ini hanya terjadi selama seratus tahun sekali. Pokoknya Ezra mendadak menjadi aset negara bagi mereka. Ezra senang, sih, dapat para penggemar, soalnya di sekolahnya yang dulu, Ezra juga termasuk sebagai murid yang populer. Kalau murid-murid di SMA Wilalung tahu kalau selain berwajah tampan, Ezra ini termasuk yang berotak encer juga, pasti mereka akan makin tergila-gila pada Ezra daan
Namanya Wulan Cayarini, anak kelas X-1. Wulan ini teman semasa kecil dari Emin, pantas saja Emin tahu nomor telepon gadis itu tetapi Emin tidak memberikan nomor telepon Wulan padahal dari kemarin Ezra memintanya. Alasannya karena Emin memang tidak pernah membawa ponsel ke sekolah, ditulis di secarik kertas saja katanya lupa.Ezra tidak meminta nomor Wulan pada teman-temannya yang lain, yang ada nanti malah geger, soalnya Ezra sudah mengantongi nomor telepon cewek-cewek yang kecentilan padanya, nanti kalau tahu Ezra juga mendekati Wulan, bisa-bisa Wulan yang kena masalah, dimusuhi oleh murid-murid hits itu.Kenapa Ezra tidak meminta langsung nomor telepon pada orangnya? Jawabannya sudah, tetapi Wulan sama sekali tidak menggubrisnya dan tidak terlihat tertarik sama sekali. Itulah yang membuat Ezra geregetan setengah mati karena ingin sekali segera menaklukkan cewek jutek itu."Airnya agak bau gak, sih?" tanya Ezra ketika dirinya di hari Minggu pagi sedang menimba air untuk mencuci pakai
Senin pagi Ezra sudah berpakaian rapi, siap berangkat ke sekolah. Setelah malam Senin yang panjang dan penuh drama kabur yang berujung tersesat di hutan belantara yang ternyata dua minggu yang lalu tempat tersebut pernah ada orang yang meninggal gara-gara dibunuh dan dibuang di sana.Mendengar cerita tersebut membuat Ezra ketakutan dan memilih untuk kembali pulang ke rumah Mang Dasa. Tapi bagi Ezra, ancaman dari mamanya lebih membuatnya ketakutan daripada kengerian dari si arwah hantu yang gentayangan.Tidak ada satu pun yang bisa mengalahkan dari kekuatan seorang ibu-ibu."Mbok, Mang, Ezra berangkat dulu." Ezra mencium kedua orang mantan asisten rumah tangganya dulu.Kebiasaan yang diajarkan oleh Ceu Itoh itu sampai sekarang tidak hilang dan masih dipertahankan oleh Ezra. Makanya mamanya Ezra lebih memilih dan mempercayai Ceu Itoh untuk kembali mengurus Ezra.Kemarin malam juga Ezra sudah meminta maaf kepada Mang Dasa, terutama pada Ceu Itoh. Ezra janji tidak akan kabur lagi, apalagi
"Bu, keluarga Pak Rohili digerebek polisi!" Pak Kuswan berlari tergopoh-gopoh menghampiri Bu Mimin yang sedang berada di dapur bersama ibu-ibu lainnya yang sedang memasak daging karena hari ini sedang akikah Wulan sebelum lima hari lagi hari pernikahannya."Yang benar, Pak?" tanya Bu Mimin. Semua orang menghentikan kegiatan masak memasak itu."Benar, Bu. Bapak tahu kabarnya dari Pak RT. Ayo kita segera ke sana, katanya Kang Saepuloh juga sama digerebek."Bu Mimin bergegas menuju ke rumah Pak Rohili dan Kang Saepuloh. Sementara ibu-ibu melanjutkan kegiatannya sambil bergosip, menunggu kabar lainnya dari orang-orang. Wulan yang sedang dalam masa dipingit langsung keluar rumah, berlari bersama adiknya untuk menyusul kedua orang tuanya.Dan benar saja, di rumah Pak Rohili dan Kang Saepuloh yang memang bersebelahan itu kini sedang banyak orang yang menonton karena penasaran. Pak Rohili, Kang Saepuloh dan beberapa anak buahnya ikut ditangkap, mereka sekarang sedang digiring menuju ke mobil
Ezra banyak melamun setelah selesai belajar. Beberapa bulan ini dirinya memang benar-benar kacau, bahkan sekarang Ezra menjadi perokok berat. Biasanya ia hanya merokok sedikit, kemudian ia berhenti merokok ketika berpacaran dengan Wulan tetapi setelah putus Ezra hampir menghabiskan sehari sebungkus.Ceu Itoh merasa prihatin melihat anak majikannya itu yang sedang putus cinta. Waktu putus dulu dengan Feodora, Ezra tidak segalau ini. Galau dia hanya sebentar, tidak berlarut-larut. Tapi ini dengan Wulan? Hampir setengah tahun ia galaunya."Den, sini makan. Dua hari lagi, kan, Aden mau Ujian Nasional, Aden jangan terlalu banyak pikiran biar nanti apa yang sudah dihapal dan dipelajari tidak hilang dari kepala.""Iya, Mbok, nanti."Ponsel Ezra berbunyi. Mamanya menelpon dan memberi kabar ada kampus yang cocok untuk Ezra di Swiss. Hmmm... sepertinya Ezra sudah mulai mempersiapkan diri untuk kuliah di luar negeri karena kelapa sekolah merekomendasikan universitas di dalam negeri untuk Ezra te
Wulan mengurung diri di kamar, sudah dua hari ia tidak pergi ke sekolah, makan juga hanya beberapa suap. Orang-orang yang ada di rumah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Berbagai macam bujukan sudah mereka lakukan tetapi tetap tidak mempan.Ezra juga tidak berhenti mendatangi rumah Wulan, memaksa dan memohon kepada Pak Kuswan dan Bu Mimin supaya mempertemukan Ezra dengan Wulan tetapi mereka tetap tidak bisa melakukannya karena Wulan tidak ingin. Kedua orang tua Wulan sudah menjelaskan pada Ezra apa yang sebenarnya sedang terjadi.Kedua orang tua Wulan beralasan kalau Wulan mutuskan hubungannya karena Wulan sudah dijodohkan pada cucu kenalan dari kakeknya. Waktu lebaran juga Ezra sudah bertemu dengan kakek Wulan yang dari luar kota. Kakek Wulan sengaja berlebaran di sini karena sudah lama tidak mudik ke Desa Pacima."Tapi saya ingin mendengar penjelasannya dari Wulan, Bu.""Walaupun Wulan menjelaskan, penjelasannya akan tetap sama, Nak Ezra.""Tapi, Bu...""Nak Ezra, Ibu tidak bermaksud
Anak buah Kang Saepuloh tiba-tiba sudah ada di sawah milik Pak Kuswan. Entah apa yang sedang mereka bicarakan, tetapi Neni sangat penasaran. Sayangnya ia tidak bisa mendekati mereka karena takut dirinya dijadikan target sebagai calon istri barunya Kang Saepuloh, amit-amit kalau sampai diincar juga oleh ayahnya, Pak Rohili. Aki-aki peot yang masih doyan daun muda, orang yang tidak tahu umur yang hampir uzur.Hampir sepuluh menit mereka berbicara, kemudian anak buah Kang Saepuloh pergi dari saung sawah milik Pak Kuswan. Bu Mimin tertunduk lesu sedangkan Pak Kuswan berkacak pinggang sambil geleng-geleng kepala. Apa ini? Apa ini? Kenapa wajah mereka terlihat sangat frustrasi?"Bu, Neni sudah bawa minum," ucap Neni setelah tiga menit ia bersembunyi. Pura-pura tidak tahu kalau tadi ada yang datang mengancam."Cepet banget bawanya," ujar Bu Mimin, mencoba bersikap biasa saja."Iya. Oh ya, Teh Wulan sama Rukman di mana?""Ada di bawah lagi nyari tutut."Neni mengangguk. Ia kemudian turun ke b
"Terima kasih." Wulan mengambil uang kembalian dan barang yang baru saja ia beli di toko material.Toko material tersebut jaraknya cukup jauh dan dekat dari sekolah Neni, jaraknya hanya lima puluh meter ke arah selatan. Wulan pergi ke toko material diantar oleh Rukman. Neni tidak bisa ikut karena ia sedang sakit gigi. Sebelum pulang, Wulan menyempatkan untuk pergi ke Pasar Kamis yang tempatnya berada di sebelah toko material. Dulu pasar ini sangat ramai tetapi sekarang hanya ada empat kios saja yang masih beroperasi. Rata-rata yang masih buka adalah kios sayuran, barang pecah belah, tukang jahit dan toko kelontong. Juga di pinggir jalan seberang pasar ada tempat fotokopian, konter HP, tukang bakso cuanki dan penjual minuman. Dulu saat Wulan masih SD, pasar ini tidak kalah ramainya dengan pasar di kecamatan. Apalagi kalau beberapa hari sebelum lebaran, semua orang berebut belanja baju baru dan makanan khas hari raya.Setelah berbelanja sayuran, Wulan dan Rukman memutuskan untuk pulang.
Seperti kemarin, Ezra hari ini juga pergi ke sekolah jalan kaki. Menyamperi Emin dan Wulan, kemudian di jalan memegangi tangan Wulan lagi dan melepaskannha begitu beberapa meter sampai di dekat sekolah."Pak, apakah kita laporan saja pada Bu Hannah kalau Den Ezra sudah dua hari ini pergi ke sekolah jalan kaki?" tanya Ceu Itoh."Tidak usah. Nanti saja kita memberitahu Bu Hannah kalau Den Ezra sudah satu minggu jalan kaki."Ceu Itoh mengangguk mengerti. Ia kemudian melanjutkan membereskan dapur."Hatchim!" Ezra bersin kemudian menggosok hidungnya."Ada yang ngomongin kamu," ucap Emin."Siapa?""Gak tahu.""Kamu ya, Lan, lagi ngomongin aku?"Wulan menatap Ezra. "Iya, aku lagi ngomongin kamu sama Mbak Kunti. Nih, Mbak Kunti-nya ada di sebelah kanan kamu.""Ih Wulan, jangan nakut-nakutin. Ini masih jam setengah enam pagi, lho." Ezra mengangkat tangan kirinya untuk melihat jam.Emin mengernyitkan kening ketika melihat tangan Ezra dan Wulan saling berpegangan. Emin pura-pura terbatuk-batuk.
Jam pulang baru saja berjalan beberapa detik yang lalu. Wulan curi-curi pandang ke arah belakang, berharap Ezra mengerti kodenya untuk tetap tinggal tetapi cowok ganteng itu malah sibuk menggaruk belakang kepalanya, sebenarnya bukan gatal, tetapi lebih ke arah bingung karena dari tadi Ezra menatap sebuah buku cukup tebal. Entah buku apa yang sedang Ezra baca itu."Duluan ya, Zra." Emin berjalan bersama para murid yang lain.Endah juga sudah menyeret Wulan, kini yang berada di kelas hanya orang-orang yang sedang piket dan juga Ezra.Wulan mengembungkan bibirnya. Tidak jadi deh ia mengembalikan kaos olahraga milik pacarnya itu.Hampir setengah jam lebih perjalanan pulang dari sekolah, rombongan Wulan berpisah di pertigaan jalan. Wulan kini jalan sendirian karena arah rumah mereka berbeda, tadi Santi bersamanya tapi kemudian ia masuk ke gang menuju rumahnya karena jalan arah gang lebih dekat."Sayang?"Wulan menoleh, wajahnya sedikit agak kesal saat pacarnya itu tiba-tiba datang dan tiba
Ezra dari bangun tidur tidak berhenti bersiul, bahkan dari beberapa hari sebelumnya pun gelagat Ezra sudah aneh. Orang-orang di rumah pun sampai terheran-heran dibuatnya."Aden sudah punya pacar?" tanya Ceu Itoh. Jiwa ibu-ibunya kembali membara, pokoknya selalu kepo dengan kehidupan orang lain."Kenapa Mbok tanya begitu? Memangnya dulu-dulu Ezra kelihatan jomblo?" tanya Ezra setelah selesai makan."Nggak, sih. Tapi menurut pandangan Mbok, gaya Aden sekarang agak beda.""Beda bagaimana?""Makin rapi gayanya, Aden juga sekarang sering pakai minyak rambut, wangi makin semerbak, wajah Aden juga selalu berseri. Jadi, pacarnya Aden sekarang siapa?"Ezra mengangkat jari telunjuk dan menempelkan pada bibirnya. "Ra-ha-si-a.""Iiih... si Aden mah. Pasti orang sini, ya? Aduh, siapa ini gadis desa yang bisa menaklukkan hati pemuda gaul dari kota? Kayaknya Aden suka banget ya sama dia? Soalnya pacar Aden yang dulu-dulu itu cuma mainan.""Emang Mbok tahu siapa aja pacar Ezra yang dulu?""Ya tahu, a
Wulan berlari menyelinap orang-orang yang baru saja bubar dari lapangan. Ia langsung menuju ke arah WC perempuan dan bersembunyi di sana sekitar hampir satu jam setengah. Setelah dirasa aman, dirinya kini berlari menuju ruang UKS. Kebetulan sekali ketua anggota PMR ada di sana sedang menyortir perobatan yang sebentar lagi dalam masa kedaluwarsa. Selain itu, Wulan juga membereskan ranjang lalu mengganti sepreinya kemudian mengganti gorden penyekat dengan yang baru."Lan, kayaknya Ezra sama Endah lagi nyariin kamu, tuh," ucap Ina, anggota PMR dari kelas XI-IPA-4."Jangan kasih tahu aku ada di sini. Kalau ada orang-orang yang cari aku, bilang aja gak tahu.""Kenapa kamu sembunyi?""Aku lagi males berurusan sama OSIS."Ina mengangguk mengerti. Dan benar saja, tidak selang berapa lama Ezra dan Endah datang ke ruang UKS untuk mencari Wulan."Dah ya, aku pergi dulu.""Ke mana, Lan?""Aku mau ke mushola dulu. Sekalian beres-beres." Sebelum keluar, Wulan mengamati area sekitar, takutnya nanti