Bu Nurhasanah masuk ke dalam kelas Ezra dengan wajah yang serius. Hari ini pelajaran pendidikan agama di jam pertama, dan untuk hari besok siswa di kelas Ezra bertemu lagi dengan Bu Nurhasanah di pelajaran bahasa Arab. Ezra cukup malas ketika harus mengikuti pelajaran Bu Nurhasanah, soalnya beliau ini termasuk tipe guru killer yang agak sedikit menyebalkan, apalagi ketika marah. Beuuuh... rasanya para murid ingin cepat-cepat meninggalkan kelas.
Seperti biasa, ketika sedang menjelaskan materi pelajaran di buku LKS, Bu Nurhasanah selalu menunjuk salah satu muridnya untuk membacakan beberapa ayat suci Al-Quran yang menjelaskan tentang materi di buku pelajaran tersebut. Dan kali ini Bu Nurhasanah menunjuk Ezra yang harus membacanya.Ezra sedikit kaget ketika harus disuruh membaca ayat suci tersebut, ia sempat menggaruk kepalanya. Berdeham pelan, Ezra mulai membuka mulutnya mengikuti suara Emin yang sangat pelan.Benar, Emin yang membaca ayat suci Al-Quran tersSetiap bertemu dengan Wulan, Ezra selalu berbalik badan menghindar dari gadis itu. Bukannya apa-apa, tapi ya Ezra masih gengsi karena dirinya harus diajarkan mengaji oleh Wulan. Kalau bisa memilih, Ezra lebih baik pindah sekolah lagi saja daripada harus berhadapan terus dengan Wulan.Meskipun bukan Wulan yang secara langsung mengajar Ezra karena Wulan bagian mengajar murid perempuan, tetapi tetap saja mereka berada disatu ruangan. Yang membuat Ezra tidak mood itu karena orang yang mengajar murid laki-laki adalah orang yang dulu mengikuti lomba pidato bahasa Arab, siapa ya namanya? Ezra lupa. Yang jelas orang itu dari gelagatnya memang terlihat menyukai Wulan. Dan yang paling membuat kesal, si anak santri itu selalu saja mencari alasan supaya bisa dekat dan berlama-lama dengan Wulan. Menyebalkan sekali, kan?"Ezra jadi anak soleh," ucap Dandi. Ia melirik sekilas ke arah buku iqro milik Ezra. "Alhamdulillah, Ezra sudah tobat, sudah mendapatkan hidayah. Semoga amal ib
"Ezra!"Ezra keluar dari rumah dengan pakaian sederhana, meskipun sederhana, tetapi harga pakaiannya bukan main-main, apalagi harga tas selempang bercorak loreng hijau, harganya selangit. Berbeda sekali harganya dengan tas selempang milik teman-temannya yang tentu saja mereka menggunakan barang tiruan yang harganya murah."Seriusan lo mau ikut?" tanya Dandi."Ngapain gue bohong. Kalau gue gak mau ikut gue udah ngumpet dari tadi." Ezra menatap sinis pada Dandi sambil membenarkan letak topinya yang lagi-lagi barangnya dari brand ternama."Berarti sekarang Ezra udah jadi anak jagoan yang gak takut lagi sama serangga, ya?" tanya temannya yang lain yang kemudian diiringi tawa oleh teman-temannya."Kurang ajar, lo." Ezra berjalan menuju samping rumah untuk berpamitan pada Ceu Itoh dan Mang Dasa yang sedang membereskan kayu bakar. Sementara teman-temannya masih mentertawakan Ezra yang terlihat malu karena takut dengan serangga.Karena tiga hari lagi memasuki bulan puasa, Ezra diajak oleh tem
Jajang mengatur alarm di jam weker yang baru saja ia beli dengan Ezra di pasar tadi. Keluarga Mang Dasa pagi ini memang sengaja pergi ke pasar, berbelanja untuk persiapan bulan puasa yang akan dilaksanakan besok pagi. Sekarang bahkan setelah datang dari pasar, Ceu Itoh langsung menggarap masakan di dapur untuk sahur nanti."Akak Ezra nanti mau ikut solat tarawih di mesjid?" tanya Jajang setelah meletakkan jam wekernya di atas dipan."Ya ikut, dong." Seingat Ezra, selama hidupnya, dirinya tidak pernah mengikuti solat tarawih ketika bulan ramadhan tiba, jadi sekarang mumpung berada di kampung, Ezra akan mencoba ikut berbaur dengan masyarakat.Sudah dua minggu ini juga Ezra mulai solat berjemaah di mesjid sambil melanjutkan belajar mengaji. Awalnya Ezra minder karena dirinya sudah besar tapi masih belajar iqro, tapi ternyata Ezra ada temannya yang juga baru belajar mengaji. Orang itu adalah menantunya pak RT yang baru saja mualaf. Selain belajar iqro, Bang Reyhan juga ternyata sering set
Baru setengah hari puasa perut Ezra sudah merasa perih dan keroncongan. Ezra mengalihkan perhatiannya dengan cara bermain game, membaca iqro, chating dengan teman-temannya yang berada di kota, menonton dan bahkan tidur. Tetapi hal tersebut merasa sia-sia belaka ketika pukul dua siang Ezra sudah tidak kuat menahan haus yang amat sangat akibat cuaca hari ini yang panasnya membuat tubuh seperti bermandi keringat. Diam-diam Ezra membuka kulkas dan meminum susu kotak yang minggu lalu dibelinya dan masih tersisa dua lagi.Sedang asyik-asyiknya menghabiskan susu kotak rasa cokelat, tiba-tiba saja seperti angin berembus, Ceu Itoh sudah berdiri di belakang Ezra sambil berkacak pinggang. Ezra hanya nyengir tanpa merasa berdosa sementara Ceu Itoh menggelengkan kepalanya."Adeeen!" Ceu Itoh menjewer telinga Ezra dan membuat remaja tampan itu mengaduh kesakitan."Ampun, Mbok... ampun. Ezra khilaf, Ezra benar-benar haus, lapar juga, Mbok. Ezra gak kuat pengen makan.""Den... padahal sayang, lho, em
Ezra dan Jajang tengah sibuk membersihkan rumah Mang Dasa karena lima hari lagi adalah hari lebaran, selain itu kedua orang tua Ezra akan datang dan sekarang sedang dalam perjalanan. Maryamah, anak kedua Mang Dasa ikut mudik bersama keluarga Ezra. Awalnya Maryamah menolak, tetapi karena tempat kontrakan Maryamah dan rumah keluarga Ezra tidak terlalu jauh, selain itu hari pulang dan tujuannya sama, jadi Bu Hannah memaksa Maryamah untuk ikut, hitung-hitung menghemat ongkos. Kemungkinan mereka sampai ke desa ketika malam hari, itupun kalau terkena macet.Sementara itu di dapur, Ceu Itoh tengah sibuk menggoreng berbagai macam gorengan. Mulai dari menggoreng keripik singkong, pisang, talas, ubi, peyek berbagai jenis, rengginang, seroja dan yang lainnya. Sedangkan Elis, menantu Ceu Itoh sedang membuat aneka kue khas lebaran.Menjelang tengah hari kedua anak itu selesai membereskan rumah, sekarang mereka tengah memukul-mukul kasur yang sedikit agak lembab karena jarang dipakai. Jajang juga s
Malam takbiran tiba, Ezra dan ayahnya ikut berkumpul di mesjid bersama para warga. Dari setelah solat isya sampai pagi, di mesjid tidak berhenti melantunkan takbir. Ini pertama kalinya Ezra menghabiskan malam takbiran di mesjid, biasanya saat di kota, Ezra dan teman-temannya kalau malam takbiran sering bermain ke berbagai tempat, kadang motoran mengitari jalanan kota atau menonton film.Ceu Itoh dan Bu Hannah sedang sibuk memasak di dapur untuk besok pagi makan ketupat dengan kuah sayur, opor dan sebagainya. Ezra, Jajang dan Pak Willy pulang dari mesjid, sementara Mang Dasa sedang berada di belakang rumah, mencabuti bulu ayam kampung yang baru saja disembelih. Setelah selesai, Mang Dasa kembali pergi ke mesjid. Kata Pak Willy beliau akan menyusul kembali ke mesjid ketika sudah selesai makan ketupat dengan mi instan karena sayur persantanan belum matang, selain itu sisa makanan berbuka tadi sudah habis."Enak," ucap Ezra. Makan mi instan ketika sedang lapar memang beda sensasinya."Pad
Wulan menyipitkan matanya ketika membaca daftar siswa di kelasnya yang baru. Benar, hari ini hari Senin adalah hari di mana tahun ajaran baru dimulai. Wulan sudah naik ke kelas sebelas jurusan IPA. Wulan tidak satu kelas lagi dengan Kemala, tetapi sekarang ia sekelas dengan temannya yang lain yaitu Endah."Hhh... kacau," ucap Wulan pelan, wajahnya terlihat murung, berbanding terbalik dengan wajah Endah yang sangat sumringah.Begitu masuk ke dalam kelas, Wulan langsung berjalan menuju baris ketiga dan duduk di meja paling depan."Lan, kok duduk di sini, sih? Kira duduk di barisan jajaran kedua aja biar bisa dekat sama Ezra," ucap Endah."Kalau kamu gak mau duduk di sini, ya sudah kamu cari teman sebangku yang lain aja.""Aaah... kamu mah." Endah terpaksa duduk di baris paling depan. Ia melirik ke arah Ezra yang duduk di pojokan dekat jendela. "Padahal aku mau duduk dekat sama yang ganteng."Tanpa mereka berdua sadari, Ezra diam-diam memindahkan tasnya di belakang bangku Wulan dan Endah
Ketua OSIS sibuk mendatangi setiap kelas untuk mendata para siswa yang ingin menjadi petugas paskibra. Wulan yang memang sedari SMP sering menjadi petugas kini diikutsertakan lagi, termasuk Ezra. Ezra yang tadinya tidak berniat ikutan karena tidak ingin panas-panasan jadi terpaksa ikut karena ingin selalu dekat dengan Wulan.Lusanya, anggota terpilih paskibra melangsungkan kegiatan latihan sehabis pulang sekolah. Mereka selesai latihan ketika pukul empat sore."Lan... pulang bareng, yuk!" Ezra kembali mengganggu Wulan setelah beberapa hari diam-diaman."Gak mau!" Wulan langsung menolak dengan mentah."Ayolah, Lan... pulang bareng. Ini udah sore, lho. Lo gak takut apa pulang sendiri?""Nggak. Kan di sini pulangnya rombongan."Karena di sini mayoritas murid datang dan pulang sekolah jalan kaki, makanya ketika ada ekstrakurikuler mereka selalu pulang rombongan meskipun nantinya mereka berpisah di setiap persimpangan jalan. Kadang kalau ada mobil pickup yang lewat, mereka sering nebeng un
"Bu, keluarga Pak Rohili digerebek polisi!" Pak Kuswan berlari tergopoh-gopoh menghampiri Bu Mimin yang sedang berada di dapur bersama ibu-ibu lainnya yang sedang memasak daging karena hari ini sedang akikah Wulan sebelum lima hari lagi hari pernikahannya."Yang benar, Pak?" tanya Bu Mimin. Semua orang menghentikan kegiatan masak memasak itu."Benar, Bu. Bapak tahu kabarnya dari Pak RT. Ayo kita segera ke sana, katanya Kang Saepuloh juga sama digerebek."Bu Mimin bergegas menuju ke rumah Pak Rohili dan Kang Saepuloh. Sementara ibu-ibu melanjutkan kegiatannya sambil bergosip, menunggu kabar lainnya dari orang-orang. Wulan yang sedang dalam masa dipingit langsung keluar rumah, berlari bersama adiknya untuk menyusul kedua orang tuanya.Dan benar saja, di rumah Pak Rohili dan Kang Saepuloh yang memang bersebelahan itu kini sedang banyak orang yang menonton karena penasaran. Pak Rohili, Kang Saepuloh dan beberapa anak buahnya ikut ditangkap, mereka sekarang sedang digiring menuju ke mobil
Ezra banyak melamun setelah selesai belajar. Beberapa bulan ini dirinya memang benar-benar kacau, bahkan sekarang Ezra menjadi perokok berat. Biasanya ia hanya merokok sedikit, kemudian ia berhenti merokok ketika berpacaran dengan Wulan tetapi setelah putus Ezra hampir menghabiskan sehari sebungkus.Ceu Itoh merasa prihatin melihat anak majikannya itu yang sedang putus cinta. Waktu putus dulu dengan Feodora, Ezra tidak segalau ini. Galau dia hanya sebentar, tidak berlarut-larut. Tapi ini dengan Wulan? Hampir setengah tahun ia galaunya."Den, sini makan. Dua hari lagi, kan, Aden mau Ujian Nasional, Aden jangan terlalu banyak pikiran biar nanti apa yang sudah dihapal dan dipelajari tidak hilang dari kepala.""Iya, Mbok, nanti."Ponsel Ezra berbunyi. Mamanya menelpon dan memberi kabar ada kampus yang cocok untuk Ezra di Swiss. Hmmm... sepertinya Ezra sudah mulai mempersiapkan diri untuk kuliah di luar negeri karena kelapa sekolah merekomendasikan universitas di dalam negeri untuk Ezra te
Wulan mengurung diri di kamar, sudah dua hari ia tidak pergi ke sekolah, makan juga hanya beberapa suap. Orang-orang yang ada di rumah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Berbagai macam bujukan sudah mereka lakukan tetapi tetap tidak mempan.Ezra juga tidak berhenti mendatangi rumah Wulan, memaksa dan memohon kepada Pak Kuswan dan Bu Mimin supaya mempertemukan Ezra dengan Wulan tetapi mereka tetap tidak bisa melakukannya karena Wulan tidak ingin. Kedua orang tua Wulan sudah menjelaskan pada Ezra apa yang sebenarnya sedang terjadi.Kedua orang tua Wulan beralasan kalau Wulan mutuskan hubungannya karena Wulan sudah dijodohkan pada cucu kenalan dari kakeknya. Waktu lebaran juga Ezra sudah bertemu dengan kakek Wulan yang dari luar kota. Kakek Wulan sengaja berlebaran di sini karena sudah lama tidak mudik ke Desa Pacima."Tapi saya ingin mendengar penjelasannya dari Wulan, Bu.""Walaupun Wulan menjelaskan, penjelasannya akan tetap sama, Nak Ezra.""Tapi, Bu...""Nak Ezra, Ibu tidak bermaksud
Anak buah Kang Saepuloh tiba-tiba sudah ada di sawah milik Pak Kuswan. Entah apa yang sedang mereka bicarakan, tetapi Neni sangat penasaran. Sayangnya ia tidak bisa mendekati mereka karena takut dirinya dijadikan target sebagai calon istri barunya Kang Saepuloh, amit-amit kalau sampai diincar juga oleh ayahnya, Pak Rohili. Aki-aki peot yang masih doyan daun muda, orang yang tidak tahu umur yang hampir uzur.Hampir sepuluh menit mereka berbicara, kemudian anak buah Kang Saepuloh pergi dari saung sawah milik Pak Kuswan. Bu Mimin tertunduk lesu sedangkan Pak Kuswan berkacak pinggang sambil geleng-geleng kepala. Apa ini? Apa ini? Kenapa wajah mereka terlihat sangat frustrasi?"Bu, Neni sudah bawa minum," ucap Neni setelah tiga menit ia bersembunyi. Pura-pura tidak tahu kalau tadi ada yang datang mengancam."Cepet banget bawanya," ujar Bu Mimin, mencoba bersikap biasa saja."Iya. Oh ya, Teh Wulan sama Rukman di mana?""Ada di bawah lagi nyari tutut."Neni mengangguk. Ia kemudian turun ke b
"Terima kasih." Wulan mengambil uang kembalian dan barang yang baru saja ia beli di toko material.Toko material tersebut jaraknya cukup jauh dan dekat dari sekolah Neni, jaraknya hanya lima puluh meter ke arah selatan. Wulan pergi ke toko material diantar oleh Rukman. Neni tidak bisa ikut karena ia sedang sakit gigi. Sebelum pulang, Wulan menyempatkan untuk pergi ke Pasar Kamis yang tempatnya berada di sebelah toko material. Dulu pasar ini sangat ramai tetapi sekarang hanya ada empat kios saja yang masih beroperasi. Rata-rata yang masih buka adalah kios sayuran, barang pecah belah, tukang jahit dan toko kelontong. Juga di pinggir jalan seberang pasar ada tempat fotokopian, konter HP, tukang bakso cuanki dan penjual minuman. Dulu saat Wulan masih SD, pasar ini tidak kalah ramainya dengan pasar di kecamatan. Apalagi kalau beberapa hari sebelum lebaran, semua orang berebut belanja baju baru dan makanan khas hari raya.Setelah berbelanja sayuran, Wulan dan Rukman memutuskan untuk pulang.
Seperti kemarin, Ezra hari ini juga pergi ke sekolah jalan kaki. Menyamperi Emin dan Wulan, kemudian di jalan memegangi tangan Wulan lagi dan melepaskannha begitu beberapa meter sampai di dekat sekolah."Pak, apakah kita laporan saja pada Bu Hannah kalau Den Ezra sudah dua hari ini pergi ke sekolah jalan kaki?" tanya Ceu Itoh."Tidak usah. Nanti saja kita memberitahu Bu Hannah kalau Den Ezra sudah satu minggu jalan kaki."Ceu Itoh mengangguk mengerti. Ia kemudian melanjutkan membereskan dapur."Hatchim!" Ezra bersin kemudian menggosok hidungnya."Ada yang ngomongin kamu," ucap Emin."Siapa?""Gak tahu.""Kamu ya, Lan, lagi ngomongin aku?"Wulan menatap Ezra. "Iya, aku lagi ngomongin kamu sama Mbak Kunti. Nih, Mbak Kunti-nya ada di sebelah kanan kamu.""Ih Wulan, jangan nakut-nakutin. Ini masih jam setengah enam pagi, lho." Ezra mengangkat tangan kirinya untuk melihat jam.Emin mengernyitkan kening ketika melihat tangan Ezra dan Wulan saling berpegangan. Emin pura-pura terbatuk-batuk.
Jam pulang baru saja berjalan beberapa detik yang lalu. Wulan curi-curi pandang ke arah belakang, berharap Ezra mengerti kodenya untuk tetap tinggal tetapi cowok ganteng itu malah sibuk menggaruk belakang kepalanya, sebenarnya bukan gatal, tetapi lebih ke arah bingung karena dari tadi Ezra menatap sebuah buku cukup tebal. Entah buku apa yang sedang Ezra baca itu."Duluan ya, Zra." Emin berjalan bersama para murid yang lain.Endah juga sudah menyeret Wulan, kini yang berada di kelas hanya orang-orang yang sedang piket dan juga Ezra.Wulan mengembungkan bibirnya. Tidak jadi deh ia mengembalikan kaos olahraga milik pacarnya itu.Hampir setengah jam lebih perjalanan pulang dari sekolah, rombongan Wulan berpisah di pertigaan jalan. Wulan kini jalan sendirian karena arah rumah mereka berbeda, tadi Santi bersamanya tapi kemudian ia masuk ke gang menuju rumahnya karena jalan arah gang lebih dekat."Sayang?"Wulan menoleh, wajahnya sedikit agak kesal saat pacarnya itu tiba-tiba datang dan tiba
Ezra dari bangun tidur tidak berhenti bersiul, bahkan dari beberapa hari sebelumnya pun gelagat Ezra sudah aneh. Orang-orang di rumah pun sampai terheran-heran dibuatnya."Aden sudah punya pacar?" tanya Ceu Itoh. Jiwa ibu-ibunya kembali membara, pokoknya selalu kepo dengan kehidupan orang lain."Kenapa Mbok tanya begitu? Memangnya dulu-dulu Ezra kelihatan jomblo?" tanya Ezra setelah selesai makan."Nggak, sih. Tapi menurut pandangan Mbok, gaya Aden sekarang agak beda.""Beda bagaimana?""Makin rapi gayanya, Aden juga sekarang sering pakai minyak rambut, wangi makin semerbak, wajah Aden juga selalu berseri. Jadi, pacarnya Aden sekarang siapa?"Ezra mengangkat jari telunjuk dan menempelkan pada bibirnya. "Ra-ha-si-a.""Iiih... si Aden mah. Pasti orang sini, ya? Aduh, siapa ini gadis desa yang bisa menaklukkan hati pemuda gaul dari kota? Kayaknya Aden suka banget ya sama dia? Soalnya pacar Aden yang dulu-dulu itu cuma mainan.""Emang Mbok tahu siapa aja pacar Ezra yang dulu?""Ya tahu, a
Wulan berlari menyelinap orang-orang yang baru saja bubar dari lapangan. Ia langsung menuju ke arah WC perempuan dan bersembunyi di sana sekitar hampir satu jam setengah. Setelah dirasa aman, dirinya kini berlari menuju ruang UKS. Kebetulan sekali ketua anggota PMR ada di sana sedang menyortir perobatan yang sebentar lagi dalam masa kedaluwarsa. Selain itu, Wulan juga membereskan ranjang lalu mengganti sepreinya kemudian mengganti gorden penyekat dengan yang baru."Lan, kayaknya Ezra sama Endah lagi nyariin kamu, tuh," ucap Ina, anggota PMR dari kelas XI-IPA-4."Jangan kasih tahu aku ada di sini. Kalau ada orang-orang yang cari aku, bilang aja gak tahu.""Kenapa kamu sembunyi?""Aku lagi males berurusan sama OSIS."Ina mengangguk mengerti. Dan benar saja, tidak selang berapa lama Ezra dan Endah datang ke ruang UKS untuk mencari Wulan."Dah ya, aku pergi dulu.""Ke mana, Lan?""Aku mau ke mushola dulu. Sekalian beres-beres." Sebelum keluar, Wulan mengamati area sekitar, takutnya nanti