PLAK!!
Nayla menyentuh pipi nya yang memerah akibat tamparan keras yang di layangkan ibunya tepat di wajah mulus nya. Beberapa jam yang lalu dirinya kembali dituduh melakukan pembullyan hingga membuat salah seorang siswa disekolah nya mengakhiri hidup nya. Kalian ingat dengan Nina kan? Yang tempo hari mengaku di teror oleh Nayla? Beberapa hari setelah pengakuan itu, tadi pagi sekolah digemparkan dengan kabar Nina yang melakukan bunuh diri dengan menjatuhkan dirinya di sungai. Semua orang menuduh Nayla sebagai penyebab kematian Nina karena mereka mengira Nima bunuh diri akibat tidak tahan dengan teror dari Nayla.
"Ibu benar-benar tidak menyangka kamu seperti ini nay, Ibu kecewa denganmu!"
Detik berikutnya tamparan kedua kembali melayang di wajah mulus Nayla membuat dirinya sekarang mejadi pusat perhatian seisi sekolah, banyak siswa yang mengintip dari jendela ruangan bu Dewi.
"Apa salah Ibu Nay? kenapa kamu membuat Ibu kecewa seperti ini. Katakan, Katakan jika bukan kamu yang melakukan itu semua. Katakan, Nay!"
Nayla memilih diam saat Ibunya terus memarahinya bahkan menamparnya beberapa kali.
"Jawab Nayla !! Kamu punya mulut kan?!!"
Suara teriakan Nayla tiba-tiba terdengar sangat keras saat Ibu nya dengan tega menjambak rambutnya kencang. Wanita paruh baya itu tampak seperti seorang ibu tiri yang menyiksa anak tiri nya. Beberapa guru yang berada didalam ruangan itupun segera membantu Nayla dari jambakan brutal Ibunya.
"Tante, tenangkan diri tante. Jangan seperti ini, kasihan Nayla," Michelle yang baru saja datang ke ruangan itu langsung menarik Ibu Nayla sedikit menjauh.
"Kenapa kamu hanya diam? Jawab pertanyaan Ibu! Kamu punya mulut kan?"
"Buat apa aku berbicara jika Ibu saja tidak percaya denganku?" Balas Nayla yang akhirnya angkat bicara.
"Jika Ibu tidak percaya padaku dan tetap menuduhku sama seperti yang lain maka anggaplah jika memang aku pelakunya," Ucapan Nayla barusan membuat orang-orang yang berada didalam ruangan itu terkejut, termasuk Ibunya dan juga Michelle.
"Apa yang kamu katakan,Nay?" Tanya Michelle.
"Kamu bisa mendengar, Bukan? Kamu sudah senang, bukan? Dengan ini kamu bisa mengambil semuanya dariku termasuk perhatian Ibuku," Teriak Nayla tepat didepan wajah Michelle. Gadis itu benar-benar tidak menyukai keberadaan Michelle disekitarnya..
Akibat ucapannya barusan, Nayla harus menerima bentakan dari Ibu nya. Beberapa detik kemudian Ibu nya pun jatuh pingsan membuat seisi ruangan panik.
Melihat sang Ibu yang pingsan tepat didepan matanya tentu saja membuat Nayla bersedih, Namun gadis itu memilih pergi begitu saja seolah tidak peduli dengan Ibu nya.
"Lihatlah, bahkan Ibunya pingsan dia sama sekali tidak perduli," Sindir Dinda saat melihat Nayla keluar begitu saja dari ruangan bu Dewi.
"Bukankah sudah jelas dia pelakunya? Sama Ibu nya saja tega apalagi sama temannya," sahut Putri.
"Kalian benar, Aku menyesal pernah ingin berteman dengannya," Imbuh Nanda menimpali sindiran teman-temannya.
,,,,,,,,,,,,
2 hari sudah berlalu, Sudah 2 hari sejak kejadian itu Nayla harus menerima skorsing sampai semua kasus penelitian penyebab kematian Nina terungkap. Selama 2 hari itu juga Nayla memutuskan untuk tidak pulang kerumah, Buat apa pulang toh Ibu nya juga tidak perduli, Pikirnya.
"Nayla belum pulang juga?" tanya Tuan Wijaya yang biasa dikenal sebagai ayah tiri Nayla pada Samuel.
Semenjak kejadian 2 hari yang lalu, Keadaan Ibu Nayla semakin drop. Dokter yang memeriksanya mengatakan jika beliau terlalu banyak pikiran sehingga membuat kondisinya drop.
"Di sekolah kamu juga tidak melihatnya, Michelle?"
Gadis bernama Michelle yang duduk tidak jauh dari tuan wijaya itu pun menggeleng sebagai jawabannya. "Saya tidak melihatnya, Om. Setahu saya, Nayla sedang dalam masa skorsing."
"Lalu selama ini dia tinggal dimana?" Terdengar suara desahan berat dari Tuan Wijaya. Jujur saja, saat dia mendengar berita tentang apa yang dilakukan Nayla, Tuan Wijaya sama sekali tidak percaya jika Nayla melakukan itu semua. Walaupun tidak dekat dengan nya tapi Tuan Wijaya tahu jika Nayla adalah orang yang baik.
"Sam, cari Nayla. Bagaimanapun dia adikmu."
"Iya pah, Aku akan mencarinya sekarang," Balas Samuel yang langsung beranjak berdiri diikuti Michelle. "Aku ikut, kak." Ucap gadis itu.
"Yasudah, pakai jaketmu. Ini sudah malam, udara malam sangat dingin."
,,,,,,,,,,,,,
Sudah lebih dari 2 jam Samuel dan Michelle mengelilingi kota jakarta untuk mencari keberadaan Nayla. Berbagai tempat yang biasa Nayla kunjungi sudah mereka datangi namun mereka sama sekali tidak melihat adanya tanda-tanda keberadaan gadis itu.
Hari juga sudah semakin malam, mereka tidak tahu harus mencarai Nayla kemana lagi. "Kamu tahu rumah teman Nayla, Chell? Siapa tahu Nayla menginap disana," Tanya Samuel pada Michelle yang duduk disebelahnya.
Michelle menggeleng. "Tidak Kak, Nayla sangat tertutup,bahkan dia selalu menyendiri disekolah jadi aku tidak yakin dia mempunyai teman."
Samuel menghembuskan nafasnya panjang, pria itu mulai berfikir kenapa Nayla yang dia kenal bisa berubah sedrastis ini. Dia tidak menyangka jika Nayla akan menjadi seintrovert itu diluar rumah.
"Aku jadi merasa bersalah Kak. Semenjak kita pacaran, Nayla jadi berubah. Apa dia seperti ini juga karena aku tinggal dirumah Kak Samuel?" Tanya Michelle saat melihat wajah frustari Samuel.
"Kamu ngomong apa sih Chell. Itu bukan salah kamu kok."
"Kak Lihat!! Itu bukannya Nayla!" seru Michelle kemudian saat melihat seorang wanita berjalan di trotoar Jalan, wanita itu terlihat sangat mirip dengan Nayla.
Samuel yang mengira jika itu benar Nayla pun dengan cepat menghentikan mobil nya dipinggir jalan dan segera berlari menghampiri wanita tadi.
"Nay!" Sentak Samuel menahan tangan wanita yang diyakini Nayla itu.
"Maaf kamu siapa ya?"
"Oh Maaf saya salah orang," Ucap Samuel sebelum wanita itu kembali melanjutkan langkah nya. Pria itu kembali mendesah kasar, ternyata wanita itu bukanlah Nayla.
"Maaf kak, tadi aku benar-benar melihat Nayla berjalan disini," Sahut Michelle merasa tak enak pada kekasihnya karena salah mengira jika wanita tadi adalah Nayla.
"Sudahlah Chell, mungkin kamu lelah. Sebaiknya kita pulang saja, kita lanjutkan besok. ini juga sudah malam, besok kamu harus sekolah."
Dengan berat hati mereka pun kembali ke mobil untuk pulang. Tanpa mereka sadari ada seorang gadis yang tersenyum miris menatap kepergian mereka. Gadis itu adalah Nayla, Sebenarnya yang Michelle lihat tadi memang Nayla. Nayla yang menyadari keberadaan mobil Samuel langsung bersembunyi dibalik pohon yang berada tidak jauh dari sana.
,,,,,,,,,,,,,
Keesokan harinya Nayla nekat datang ke sekolah. Gadis itu datang ke sekolah bukan untuk belajar tapi untuk mencari tahu tentang kematian Nina. Dia harus menemukan sesuatu yang bisa membuktikan jika dia tidak bersalah atas kematian Nina.
Dengan menggunakan pakaian santai nya Nayla berjalan memasuki area sekolah. Beberapa murid yang melihat nya terlihat saling berbisik tapi gadis itu sama sekali tidak memperdulikan mereka.
Hingga beberapa saat kemudian langkahnya harus terhenti begitu merasakan ada sesuatu yang terlempar kearahnya. Sebuah telur yang sudah mendarat sempurna ditubuhnya membuat dirinya kotor dan juga bau.
"Rasain tuh! Dasar pembunuh," teriak seorang siswa yang menjadi salah satu pelaku pelemparan telur itu.
"Masih berani kamu menginjakkan kakimu di sekolahan ini?"
"Dasar pembunuh !!"
"Tidak tahu malu!"
"Mengotori sekolah kita saja!"
Beberapa telur kembali terlempar kearah Nayla, gadis itu hanya bisa berdiam ditempatnya karena semua siswa yang mengelilinginya membuatnya tidak bisa lari kemana-mana.
Hingga beberapa saat setelah itu, sepasang tangan kekar tiba-tiba memeluk tubuhnya dari belakang mencoba melindunginya dari serangan beberapa siswa yang melempari dirinya dengan telur.
"STOP ATAU AKU AKAN MENGHABISI KALIAN SEMUA !!" Hingga suara teriakan itu membuat semua siswa tadi langsung berhenti dan berhamburan meniggalkan tempat itu begitu saja.
,,,,,,,,,,,,
Adit menyerahkan sebuah tisu pada seorang gadis yang tampak kotor dan berantakan itu. Setelah menolong Nayla, Adit langsung membawa gadis itu ke atap gedung sekolah, tempat biasa mereka bertemu. "Bersihkan baju mu. itu sangat bau," sengit pria itu menyodorkan tisu tadi.
Pria itu mendengus kesal saat melihat keterdiaman Nayla. Gadis itu bahkan sama sekali tidak menerima tisu yang sudah ia beli untuknya. "Kamu tuli? Aku bilang bersihkan bajumu. Ckk, kalau kamu tidak mau menerima tisu ini, setidaknya berterima kasihlah padaku, aku sudah menolongmu."
"Apa kamu percaya juga?"
"Apa?"
Kini giliran Nayla yang menghembuskan nafasnya panjang sebelum beranjak berdiri "Terima kasih kamu sudah menolong ku. Tapi, lain kali kamu jangan menolong ku lagi," ucapnya kemudian melangkahkan kakinya pergi begitu saja.
"Ada apa dengannya? Dasar gadis aneh."
Selama beberapa hari ini Nayla tinggal dirumah lama nya, beruntung dia masih menyimpan kunci rumah lamanya jadi setidaknya dia tidak akan luntang-lantung di jalanan. Namun aneh nya saat dia pulang hari ini terlihat lampu dirumahnya menyala padahal setahunya dia tidak pernah menyalakan lampu. Karena takut jika itu maling gadis itu pun langsung berlari menuju rumah nya. "Oh anda siapa?" tanya nya pada seorang wanita paruh baya yang baru saja keluar dari rumah nya. "Saya pemilik rumah ini. kamu siapa?" "Apa? Tapi ini rumah saya Tante." "Pemilik rumah ini sudah menjual nya pada saya tadi siang." ,,,,,,,,,,,,, Nayla membuka pintu rumah ayah tirinya dengan sangat kencang, bahkan penghuni rumah yang sedang makan malam itipun langsung menoleh kearahnya. "Nay kamu pulang?" tanya tuan Wijaya dengan senyum senang nya Melihat putrinya k
Nayla mulai menggeliat dalam tidur nya, badannya terasa sangat sakit karena semalaman tidur diatas kasur lipat yang sangat tipis. Saat matanya terbuka, sosok yang pertama kali ia lihat adalah Adit yang sedang bersiap-siap entah mau kemana karena ini hari minggu dan sekolah libur. "Kamu sudah bangun? Hmm aku harus pergi ada urusan mungkin pulang malam. Kalau kamu mau pergi sebaiknya nanti malam saja setelah aku pulang," Ujar Adit sambil memasukkan beberapa bungkus coklat kedalam tas nya. "Aku mau ke suatu tempat yang harus aku kunjungi. Jauh dari kota Jakarta," lanjut nya seolah tahu isi pikiran Nayla yang ingin bertanya namun ragu. "Aku boleh ikut?" ,,,,,,,,,,, "Kak, bukankah seharusnya aku pergi saja? Nayla pasti pergi karenaku sampai membuat Tante sakit," lirih Michelle saat melihat dokter pribadi keluarga Wijaya baru saja selesai memerik
"Kak, ayo kita makan malam bersama. Ibu panti dan yang lainnya sudah menunggu," Ujar Putri pada Nayla yang sedang duduk termenung sendirian di taman panti. "Putri, Ayo kita tinggalkan saja dia kalau tidak mau," suara teriakan Chiko membuat Nayla langsung menoleh kearah bocah kecil yang berdiri di teras panti itu. "Tidak usah didengar, Kak. dia memang suka begitu. Ayo." "Putri duluan saja. Kakak masih ingin disini , didalam sedikit gerah," Balas Nayla. "Yasudah kalau begitu aku masuk ya, Kak," Nayla sedikit menyunggingkan senyumnya saat melihat Putri dan Chiko berjalan bersama masuk kedalam panti. Tadi siang mereka masih bertengkar tapi sekarang tiba tiba sudah akrab. "Putri yang introvert saja bisa berubah kenapa aku tidak ? Bahkan dia masih kecil, tapi sudah berani mengambil langkah lebih baik," gumam nya kembali mendongakkan kepalanya keatas. Mamandang bintang yang berlomba mengerlipkan cahayanya terangnya. Su
Nayla diam merenung memikirkan obrolannya dengan Bu Andara beberapa jam yang lalu. "Kamu tidak ingin kembali sekolah, Nay? Bukan maksud Ibu tidak suka kamu tinggal disini, Ibu sangat senang kamu tinggal disini. tapi keluargamu pasti khawatir mencarimu dan juga bukankah sebentar lagi ujian kelulusan sekolah ? Kamu tidak ingin lulus ?" Itulah kurang lebih yang Bu Andara tanyakan padanya tadi. Sudah hampir 1 minggu Nayla tinggal di panti asuhan ini. Gadis itu merasa sangat senang, semua yang tidak pernah dia dapatkan dikeluarganya dapat ia dapatkan disini, terutama kasih sayang. Bu Andara sangat menyayangi nya, bahkan Putri yang awalnya tertutup bisa sangat terbuka dan dekat dengannya apalagi Chiko. "Kak." Suara panggilan itu membuat Nayla langsung menoleh. Putri, Gadis kecil yang selama beberapa hari ini tidur dengannya terlihat mulai terbangun. "Kakak tidak tidur?" Tanya nya dengan mata yang m
Bruk !!! Tubuh Monika terdorong begitu keras hingga punggung nya membentur tembok. Dinda, Nanda dan putri menarik rambutnya secara bergantian, tak hanya itu tubuh nya bahkan sudah penuh dengan bau busuk akibat siraman air kotor. "Cihh anak koruptor sepertimu hanya akan mengotori sekolahan ini," ucap Dinda setelah menjambak rambut Monika hingga membuatnya meringis kesakitan. "Seharusnya kamu ikut menekam dipenjara bersama ayahmu. Benar benar memalukan!!" sahut putri. "Nanda mana gunting nya?" Nanda mengeluarkan gunting yang sudah ia bawa sejak tadi "Biar aku saja yang menggunting rambutnya," ucap nya dengan senyum seringai membuat Monika ketakutan. "Jadi, gaya rambut apa yang kamu inginkan Monika Bramanta?" "Tidak, aku mohon jangan," tangis Monika mulai pecah begitu Nanda mendekat kearahnya. "Sudah
Adit dan Nayla lengkap dengan pakaian serba hitamnya kembali menyelusup masuk kesekolah. Mereka akan mencari lagi bukti tentang kematian Nina.Adit menahan tangan Nayla yang sudah ingin masuk kedalam ruang guru "ada cctv," ucap pria itu pelan sambil melirik kearah cctv di atasnya."Tunggu disini, jangan kemana mana sampai aku kembali. Aku harus mematikan saluran listrik agar semua cctv mati."Setelah keadaan mulai aman, mereka berdua mulai masuk kedalam ruangan guru. Memeriksa satu persatu laci dengan dibantu senter yang sudah Adit bawa dari rumah nya tadi. Sejujurnya Nayla sedikit aneh dengan Adit, kenapa dia terkesan sangat ahli dalam hal semacam ini? Bahkan dia seakan sudah menyiapkan ini semua sebelum nya."Aku tidak menemukan apapun. Bagaimana denganmu?" tanya Adit menghampiri sosok Nayla yang berdiri didepan meja wali kelas nya."Tidak ada apa apa," j
Nayla dan Adit duduk saling diam dalam suasana canggung. Keduanya sibuk dengan pikiran masing masing atau hanya berpura pura sibuk? Entahlah yang jelas kejadian beberapa menit yang lalu benar benar membuat suasana sangat canggung.Keadaan yang benar benar memalukan bagi keduanya. Bagaimana tidak, tadi awalnya semuanya terlihat biasa saja. Mereka menonton acara tv bersama hingga acara tv itu selesai. Adit yang tidak menyukai acara tv setelahnya itu mencoba mengganti saluran tv namun sepertinya Nayla keberatan dengan acara tv yang Adit pilih hingga tanpa permisi Nayla mengganti saluran tv itu lagi membuat Adit kesal. Mereka terlihat adu rebut remot. Adit yang merasa lebih tinggi dari Nayla itu pun berdiri dan mengangkat remotnya setinggi mungkin agar Nayla tidak sampai meraihnya. Nayla tidak tinggal diam, dia terus berusaha merebut remot tv dari tangan Adit dengan cara menaiki meja kecil. Karena tidak memperhatikan pijakan kaki nya Nayla tergeli
"Samuel?"Nayla menghentikan langkahnya tiba tiba saat Samuel menghadang jalannya. "Minggir," ucap Nayla dingin namun Samuel enggan menggeser tubuhnya walau hanya sedikit. Ngomong-ngomong mereka sedang berada di gang sempit menuju kontrakan Adit. Gang yang terlalu sempit membuat Nayla tidak bisa menghindari nya."Tidak bisakah kamu pergi? Oke kalau begitu aku yang akan pergi," lanjutnya memutar arah.Kaki yang belum sempat melangkah pergi itu tiba tiba diam membeku di tempat. Samuel dengan kurang ajar nya memeluk tubuhnya dari belakang."Lepas.""Tidak.""Aku bilang lepas," Nayla mencoba memberontak agar bisa terlepas dari pelukan sang mantan kekasih yang sekarang menjabat sebagai kakak ipar nya itu. Namun walau sekeras apapun dia memberontak, itu tidak akan membuahkan hasil mengingat kekuatan Samuel lebih besar darinya.
2 bulan kemudian... "Aku diterima!!!" Suara teriakan bahagia Nayla menggelegar ketika gadis itu mendapat berita tentang dirinya diterima di universitas yang ia inginkan. Kedua orang tuanya dan Adit pun ikut tersenyum senang melihat gadis itu berhasil diterima di kampus impiannya. Tidak mudah bagi Nayla untuk bisa diterima di kampus yang sama dengan Adit. Sebelumnya Adit memang sudah diterima di kampus impiannya melalui jalur PTN. Awalnya Nayla sempat ragu jika dirinya bisa diterima di kampus yang sama dengan Adit, tapi berkat kerja kerasnya dan tentu saja bantuan dari Adit yang tidak henti-hentinya menyemangati dan mengajarinya membuat Nayla akhrinya keterima di kampus itu. "Papa sama mama bangga sama kamu, Nay," ucap kedua orang tua Nayla sambil menatap gadis itu dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Jujur, kedua orang tua Nayla sangat bangga dengan
Ujian nasional sebentar lagi akan dimulai, Adit dan Nayla terlihat semakin giat belajar. Contohnya saja hari ini, sepulang sekolah mereka langsung belajar bersama di rumah Nayla. Ngomong-ngomong mereka berdua berencana ingin kuliah ditempat yang sama dengan jurusan yang sama juga. Awalnya Adit tidak berniat kuliah, pria itu ingin langsung bekerja setelah lulus sekolah tapi ayah Nayla memintanya untuk melanjutkan kuliah. Bahkan ayah Nayla juga yang akan membiayai semua biaya kuliahnya. Hal itu ayah Nayla lakukan agar Adit tumbuh menjadi pria yang sukses agar nanti jika ia dan Nayla melanjutkan hubungan mereka ke jenjang sesius, Adit sudah mempunyai bekal yang cukup. Ditengah aktifitas belajarnya, sesekali Nayla melirik kearah sang kekasih yang tampak sangat fokus dengan buku pelajarannya. Wanita itu heran, kenapa pria yang selama ini dikenal bad boy, trouble maker bahkan sering sekali membolos bisa sepintar itu. Bahkan Nayla saja yang setiap hari masuk sekolah
"Kalian dari mana saja? Bilangnya futsal tapi dari pagi baru pulang jam segini. Futsal dimana? Di luar kota?!"Samuel dan Adit hanya berdiri diam saat mendapat omelan dari Nayla. Kedua pria itu bahkan baru saja pulang tapi sudah langsung kena Omelan. Wajar sih Kenapa Nayla marah karena seharian ini kekasihnya lebih memilih menghabiskan waktunya bersama Samuel di banding dirinya."Lagipula sejak kapan kalian sedekat ini? Bukankah sebelumnya kalian bermusuhan?" lanjutnya saat tidak mendapat jawaban dari pertanyaan pertamanya."Ekhem, sepertinya ini masalah sepasang kekasih jadi lebih baik aku pergi saja ya. Kalian Selesaikan masalah kalian sendiri, bye!" sahut Samuel. Pria itu segera melangkahkan kakinya pergi meninggalkan sepasang kekasih yang sebentar lagi bisa di pastikan akan bertengkar.Tanpa mengatakan apapun Nayla melangkahkan kakinya menuju kursi yang berada di teras rumah diikuti Adit di belakangnya. Melihat sang kekasih memasang wajah kesaln
"Bagaimana, sudah ada kabar?"Nayla menggeleng menjawab pertanyaan yang baru saja Nanda tanyakan. Saat ini kedua gadis itu sedang berada di salah satu tempat makan. Mereka baru saja selesai belajar bersama dengan teman-teman mereka. Tadi Nayla memutuskan untuk ikut belajar bersama karena Adit tiba-tiba tidak ada kabar sama sekali."Apa dia masih latihan?" tebak Nanda."Tidak mungkin. Tadi aku melihat anak basket lainnya sudah kembali ke sekolah. Lagi pula kata bobby, Adit sudah pulang setelah latihan basket.""Jangan-jangan dugaanku benar.""Apa?""Adit bertemu dengan cewek lain disana terus mereka pergi bersama?"Seketika Nayla langsung diam. Entah kenapa perasaan gadis itu mendadak tidak karuan. Dia takut jika ucapan Nanda itu benar. Jika benar, maka Nayla bersumpah tidak akan memaafkan Adit.Hingga beberapa saat kemudian ponsel Nayla bernyanyi. Melihat nama orang yang baru saja menghubunginya membuat Nayla tersenyum senang d
Beberapa minggu kemudian....Kini hubungan Nayla dan Adit tampak semakin harmonis. Kedua orang itu tidak lagi canggung atau malu memperlihatkan kemesraan mereka di publik. Tidak hanya itu saja, kini semakin banyak perubahan dari mereka. Mulai dari Adit yang awalnya suka membolos dan bersikap dingin kini berubah lebih rajin masuk sekolah dan mulai ramah dengan orang lain. Begitu juga dengan Nayla, dia yang awalnya sangat introvert kini telah kembali menjadi Nayla di gadis murah senyum dan mudah bergaul."Nayla!"Nayla yang baru saja keluar dari perpustakaan di kejutkan dengan teriakan Nanda. Oh siapa sangka kini mereka berdua sudah berteman baik."Ada apa?" tanya Nayla begitu Nanda sudah berdiri di depannya."Nanti sore mau ikut belajar bersama tidak? Aku dan teman yang lain ingin belajar bersama untuk persiapan ujian.""Hmm bagai
"Adit, maaf Aku baru datang." Adit yang sedang duduk di salah satu bangku taman itupun langsung beranjak berdiri begitu melihat kedatangan Nayla. Beberapa jam yang lalu Adit meminta Nayla untuk menemuinya di taman. Nayla yang baru saja datang langsung mendudukan dirinya disamping Adit tadi. "Kamu gapapa? Ada apa?" tanya Nayla. Bisa dilihat dari raut wajahnya sepertinya Adit masih sedih atas kepergian Putri. "Sebelum meninggal, Putri menitipkan ini untukmu." Nayla menerima sebuah kotak yang baru saja Adit berikan. Didalam sebuah kotak itu terdapat buku diary yang diyakini adalah milik Putri. "Itu adalah buku diary Putri. Ibu panti bilang setiap malam Putri selalu menulis di diary itu. Kamu bisa membacanya." Nayla mengangguk sebelum akhirnya membuka buku diary itu dan membaca isinya. Ada begitu banyak curahan hati Putri yang di tulis pada buku diar
Setelah semalaman Putri dinyatakan koma, paginya dokter yang menangani gadis kecil itu mengatakan jika Putri sudah meninggal dunia. Adit yang tidak percaya dengan ucapan dokter itu pun langsung berlari menghampiri Putri di ranjang nya. Wajah gadis kecil itu terlihat sangat pucat, mata nya pun terpejam erat dan detak jantung nya sudah tidak berdetak sama sekali."Hiks Putri bangun! Kakak mohon bangunlah Hiks.""Putri kamu pasti mendengar ku kan? Ayo bangun hiks. Bangun Putri hik."Adit menggoyangkan tubuh Putri kuat namun gadis itu sama sekali tidak bereaksi. Ibu panti yang mendapat kabar jika Putri sudah meninggal dunia itupun langsung jatuh pingsan."Hiks kakak mohon bangunlah hiks bangun Putri, Kakak akan membawa kak Nayla kesini tapi kakak mohon bangunlah hiks."Adit yang sudah tidak kuasa menahan rasa sedihnya itupun akhirnya jatuh terduduk. Pria itu sa
Beberapa hari kemudian...Putri sudah sadar dan baru saja selesai melakukan kemoterapi pertamanya. Gadis kecil itu juga harus kehilangan rambutnya dipotong habis karena penyakitnya itu. Sejak tadi Putri terus merengek pada Adit untuk bertemu dengan Nayla. Sebenarnya Adit sudah menghubungi Nayla beberapa kali namun Nayla sama sekali tidak mengangkat panggilannya."Kak, Aku ingin bertemu Kak Nayla hiks Aku ingin memeluk nya hiks.""Putri, kak Nayla sedang sibuk. Lain kali saja ya?""Tidak mau! Hiks Aku mau sekarang!!"Tidak lama kemudian tiba-tiba Nayla datang membuat Putri langsung berteriak senang. Sebenarnya Nayla tahu jika Adit beberapa kali menghubunginya namun Samuel melarang nya untuk mengangkat panggilan itu. Hingga saat setelah Samuel mengantar Nayla ke sekolah, Nayla pun memutuskan untuk membolos pergi ke rumah sakit untuk
Putri masih belum sadarkan diri, keadaannya pun mulai memburuk. Ibu pemilik panti asuhan sedang mengantar Chiko kembali ke panti jadi sejak semalam hanya Adit yang menunggunya. Ini sudah larut malam dan Adit masih betah terjaga disamping ranjang Putri. Pria itu tidak henti-henti nya menggenggam tangan gadis mungil itu. Hingga beberapa saat kemudian dering ponselnya berbunyi membuyarkan lamunan nya. Terlihat nama Nayla yang terpampang jelas dilayar ponselnya. [Adit : "Halo."] [Nayla : "Adit, bagaimana keadaan Putri? Apa dia sudah sada ?"] [Adit : "Belum."] Terdengar helaan nafas dari sambungan telepon membuat Nayla mulai khawatir dengan kondisi Putri. [Nayla : "Kamu sudah makan?"] [Adit : "Belum."] [Nayla : "Kamu jangan lupa makan. Jangan sampai sakit, kalau kamu sakit nanti siapa yang menjaga Putri?"] [Adit : "Iya."] [Nayla : "Yasudah, maaf kalau aku mengganggu mu. Aku akan matikan tlp nya. salam untuk Putri kal