"Samuel?"
Nayla menghentikan langkahnya tiba tiba saat Samuel menghadang jalannya. "Minggir," ucap Nayla dingin namun Samuel enggan menggeser tubuhnya walau hanya sedikit. Ngomong-ngomong mereka sedang berada di gang sempit menuju kontrakan Adit. Gang yang terlalu sempit membuat Nayla tidak bisa menghindari nya.
"Tidak bisakah kamu pergi? Oke kalau begitu aku yang akan pergi," lanjutnya memutar arah.
Kaki yang belum sempat melangkah pergi itu tiba tiba diam membeku di tempat. Samuel dengan kurang ajar nya memeluk tubuhnya dari belakang.
"Lepas."
"Tidak."
"Aku bilang lepas," Nayla mencoba memberontak agar bisa terlepas dari pelukan sang mantan kekasih yang sekarang menjabat sebagai kakak ipar nya itu. Namun walau sekeras apapun dia memberontak, itu tidak akan membuahkan hasil mengingat kekuatan Samuel lebih besar darinya.
"Wah!! Jadi kamu memasang alap penyadap dirumah nauen?!" tanya Nayla takjup saat Adit menceritakan tentang apa yang dia lalukan semalam di rumah Nina.. Ternyata Adit memasang alat sadap suara di kamar Nina agar memudahkannya mencari informasi tentang dalang dibalik kematian palsu nya."Tapi bukankah alat penyadap itu sangat mahal? Dari mana kamu mendapatkannya? Tidak mungkin kalau kamu membelinya.""Aku meminjam dari temanku," jawab Adit santai membuat Nayla kembali takjup."Kamu mempunyai teman yang mempunyai alat penyadap? Apa temanmu itu seorang anggota TNI? Atau dia...""Sstt... Tidak bisakah kamu diam? Aku sedang mencoba mendengar apa yang Nina ucapakan di rumahnya," sahut Adit dengan raut wajah kesal nya."Cihh baru saja aku memuji nya tapi dia kembali menyebalkan," gumam Nayla pelan namun masih bisa didengar oleh Adit.,,,
"Nay, Maaf aku baru datang." Nayla hanya tersenyum melihat kedatangan Michelle. Beberapa jam yang lalu dia menghubungi Michelle untuk mengajaknya bertemu di cafe. "Aku tidak menyangka kamu masih ingin bertemu denganku. Ada apa?" tanya Michelle antusias. Pasalnya semenjak dirinya resmi menjadi kekasih Samuel, Nayla sama sekali tidak ingin bertemu atau berbicara dengannya. Bahkan Nayla akan langsung pergi jika bertemu dengannya. "Langsung saja aku tidak suka basa-basi," balas Nayla dengan suara dinginnya. Tatapan tajam itu tidak pernah lepas sejak kedatangan Michelle. Michelle hanya diam tidak berani membuka suara lagi. Nayla terlihat sangat menakutkan dengan tatapan tajam nya itu. "Ini kamu kan?" Beberapa lembar foto Nayla lempar diatas meja membuat Michelle seketika diam menegang. "A-apa maksud mu? Ini siapa dan ini foto ap
"Nayla lebih semangat! Kamu harus bisa bekerja sebagai team!" Nayla hanya menghela nafasnya kasar sambil memutar bola matanya malas mendengar teriakan dari guru olahraga nya itu. Saat ini kelasnya sedang jam pelajaran olahraga dan pak amir, selaku guru olahraga itu meminta murid murid nya untuk melakukan latihan voli sebelum pengambilan nilai. Nayla berada di team yang sama dengan Michelle, Putri, Dinda dan Nanda. Hal itulah yang membuat Nayla tidak bisa fokus sama sekali karena berada di team yang sama dengan orang orang yang sangat tidak ia sukai. "Nay, Kalau seperti ini kita bisa kalah terus," ucap Nanda mencoba memanas manasi pak Amir yang tampak nya sudah mulai jengah dengan Nayla. "Nanda benar. Nayla, kalau kamu seperti ini terus kamu tidak akan mendapat nilai bagus." "Iya pak," balas Nayla pelan. Latihan pun mulai dilanjutkan. Nayla sudah beberapa kali memi
Adit terus berjalan mondar mandir diruang tengah kontrakannya menunggu Nayla yang tidak kunjung pulang. Ini sudah lebih dari jam 10 malam tapi gadis itu belum juga kembali kontrakannya."Sial," umpatnya menyambar jaket jeans nya kemudian segera keluar mencari keberadaan gadis yang membuatnya khawatir setengah mati itu.Saat baru membuka pintu, pria itu dikejutkan dengan keberadaan Samuel yang entah sejak kapan sudah berdiri didepan kontrakannya. Menghiraukan keberadaan Samuel Adit hendak pergi begitu saja jika saja Samuel tidak menahannya. "Dimana Nayla?" tanya Samuel dengan nada dinginnya."Kamu tuli? Aku tanya dimana Nayla!""Dia tidak ada disini," jawab Adit singkat, berniat ingin kembali melangkahkan kakinya pergi namun lagi lagi Samuel menahannya.Pria itu menatap Adit dengan tatapan tajam nya, bahkan cengkraman tangannya pada pergelangan tangan
Nayla membuka matanya pelan saat merasakan sakit di kepalanya. Netranya kemudian melihat sekeliling, dia langsung hafal dengan ruangan dimana dia berada sekarang. Ini adalah kamar Adit. jadi Adit membawanya pulang? Pikirnya. seingatnya tadi dia bertemu dengan Adit dihalte, pria itu memarahinya habis habisan dan kemudian dia sudah tidak ingat apa apa lagi karena pingsan.Setelah berhasil mengubah posisinya menjadi duduk, Nayla mendapati Adit yang nampaknya sedang tertidur pulas dengan posisi duduk beberapa jengkal dari tempatnya tidur."Kenapa dia tidur disini?"Baru ingin beranjak berdiri, Adit sudah lebih dulu bergerak menandakan jika dia akan bangun. Dengan cepat Nayla kembali berbaring dan berpura pura tidur.Saat setelah Nayla sudah memejamkan matanya, Adit sudah membuka matanya. Dia menoleh kearah Nayla kemudian menghampiri gadis itu guna mengecek suhu badannya.
Nayla menatap diam sosok Adit yang tengah sibuk memasak sesuatu. Pria itu terlihat sangat kesusahan bahkan tidak jarang dia mengumpat karena tangannya terkena panci yang panas.Nayla yang melihat semua itupun hanya bisa diam sambil sesekali tertawa dalam diam. siapa suruh Adit menolak tawarannya untuk di bantu jadi jangan salahkan Nayla jika hanya bisa diam menyaksikan penderitaan Adit itu.Hingga tak lama kemudian hidangan pun jadi, Adit membawa 2 mangkuk sup yang katanya sup rumput laut itu ke meja makan."Makanlah, setidaknya ini bisa mengurangi rasa dinginmu," ucap pria itu kemudian mulai menyantap hasil masakannya.Dapat Nayla lihat dari ekspresi Adit saat menyuap sendok pertama sup itu kedalam mulutnya, sudah bisa dipastikan rasanya tidak akan sesuai ekspetasi."Kenapa? Kamu tidak ingin memakannya?" tanya Adit saat melihat Nayla hanya diam tanpa berni
2 minggu sudah berlalu itu artinya masa skorsing Nayla sudah selesai, dia sudah bisa masuk sekolah seperti biasa. Adit yang nyatanya hanya berpura-pura di skorsing waktu itu kini malah terkena karma. Dia ketahuan bolos lebih dari 1 minggu alhasil dia kini harus dihukum membersihkan perpustakaan selama 1 bulan penuh setelah pulang sekolah.Nayla yang sedang duduk diam di bangku nya sambil mendengarkan lagu lewat earphone nya itu tiba-tiba dikejutkan dengan adanya selembar ke aku.IKUT AKU. ADA YANG MAU AKU BICARAKAN DENGANMUSeperti itulah tulisan yang ada didalam kertas itu. Michelle yang menjadi pelaku pengirim kertas itu beranjak berdiri didepan meja Nayla sebelum akhirnya berjalan keluar kelas diikuti Nayla dibelakangnya."Mau kemana mereka? Kita harus ikuti mereka," bisik Putri pada Dinda dan Nanda.Michelle membawa Nayla
BRAK..."Hpku!" Adit menatap nanar ponselnya yang baru saja dilempar oleh Nayla. Untung saja Nayla melempar ponselnya di sofa coba kalau tidak? Adit sudah tidak tahu akan jadi seperti apa nasib ponselnya."Siapa sih yang membuat berita murahan seperti itu!! Yang benar saja!! Awas saja kalau aku tahu siapa yang membuat berita itu, dia tidak akan aku lepaskan!!" gumam Nayla dengan aura wajah seramnya."Kenapa? Aku melempar ponselmu di sofa jadi kamu tidak perlu khawatir," lanjutnya kemudian sambil menatap tajam Adit yang saat ini menatapnya kesal.Adit menghela nafasnya kasar, disini yang jadi korban itu ponselnya, Harusnya dia yang marah kenapa malah Nayla yang marah? Benar benar gadis aneh, pikirnya."Kenapa kamu hanya diam?" tanya Nayla."Terus aku harus bagaimana? Membanting ponselmu seperti kamu membanting ponselku? Ckk kamu saja ti
2 bulan kemudian... "Aku diterima!!!" Suara teriakan bahagia Nayla menggelegar ketika gadis itu mendapat berita tentang dirinya diterima di universitas yang ia inginkan. Kedua orang tuanya dan Adit pun ikut tersenyum senang melihat gadis itu berhasil diterima di kampus impiannya. Tidak mudah bagi Nayla untuk bisa diterima di kampus yang sama dengan Adit. Sebelumnya Adit memang sudah diterima di kampus impiannya melalui jalur PTN. Awalnya Nayla sempat ragu jika dirinya bisa diterima di kampus yang sama dengan Adit, tapi berkat kerja kerasnya dan tentu saja bantuan dari Adit yang tidak henti-hentinya menyemangati dan mengajarinya membuat Nayla akhrinya keterima di kampus itu. "Papa sama mama bangga sama kamu, Nay," ucap kedua orang tua Nayla sambil menatap gadis itu dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Jujur, kedua orang tua Nayla sangat bangga dengan
Ujian nasional sebentar lagi akan dimulai, Adit dan Nayla terlihat semakin giat belajar. Contohnya saja hari ini, sepulang sekolah mereka langsung belajar bersama di rumah Nayla. Ngomong-ngomong mereka berdua berencana ingin kuliah ditempat yang sama dengan jurusan yang sama juga. Awalnya Adit tidak berniat kuliah, pria itu ingin langsung bekerja setelah lulus sekolah tapi ayah Nayla memintanya untuk melanjutkan kuliah. Bahkan ayah Nayla juga yang akan membiayai semua biaya kuliahnya. Hal itu ayah Nayla lakukan agar Adit tumbuh menjadi pria yang sukses agar nanti jika ia dan Nayla melanjutkan hubungan mereka ke jenjang sesius, Adit sudah mempunyai bekal yang cukup. Ditengah aktifitas belajarnya, sesekali Nayla melirik kearah sang kekasih yang tampak sangat fokus dengan buku pelajarannya. Wanita itu heran, kenapa pria yang selama ini dikenal bad boy, trouble maker bahkan sering sekali membolos bisa sepintar itu. Bahkan Nayla saja yang setiap hari masuk sekolah
"Kalian dari mana saja? Bilangnya futsal tapi dari pagi baru pulang jam segini. Futsal dimana? Di luar kota?!"Samuel dan Adit hanya berdiri diam saat mendapat omelan dari Nayla. Kedua pria itu bahkan baru saja pulang tapi sudah langsung kena Omelan. Wajar sih Kenapa Nayla marah karena seharian ini kekasihnya lebih memilih menghabiskan waktunya bersama Samuel di banding dirinya."Lagipula sejak kapan kalian sedekat ini? Bukankah sebelumnya kalian bermusuhan?" lanjutnya saat tidak mendapat jawaban dari pertanyaan pertamanya."Ekhem, sepertinya ini masalah sepasang kekasih jadi lebih baik aku pergi saja ya. Kalian Selesaikan masalah kalian sendiri, bye!" sahut Samuel. Pria itu segera melangkahkan kakinya pergi meninggalkan sepasang kekasih yang sebentar lagi bisa di pastikan akan bertengkar.Tanpa mengatakan apapun Nayla melangkahkan kakinya menuju kursi yang berada di teras rumah diikuti Adit di belakangnya. Melihat sang kekasih memasang wajah kesaln
"Bagaimana, sudah ada kabar?"Nayla menggeleng menjawab pertanyaan yang baru saja Nanda tanyakan. Saat ini kedua gadis itu sedang berada di salah satu tempat makan. Mereka baru saja selesai belajar bersama dengan teman-teman mereka. Tadi Nayla memutuskan untuk ikut belajar bersama karena Adit tiba-tiba tidak ada kabar sama sekali."Apa dia masih latihan?" tebak Nanda."Tidak mungkin. Tadi aku melihat anak basket lainnya sudah kembali ke sekolah. Lagi pula kata bobby, Adit sudah pulang setelah latihan basket.""Jangan-jangan dugaanku benar.""Apa?""Adit bertemu dengan cewek lain disana terus mereka pergi bersama?"Seketika Nayla langsung diam. Entah kenapa perasaan gadis itu mendadak tidak karuan. Dia takut jika ucapan Nanda itu benar. Jika benar, maka Nayla bersumpah tidak akan memaafkan Adit.Hingga beberapa saat kemudian ponsel Nayla bernyanyi. Melihat nama orang yang baru saja menghubunginya membuat Nayla tersenyum senang d
Beberapa minggu kemudian....Kini hubungan Nayla dan Adit tampak semakin harmonis. Kedua orang itu tidak lagi canggung atau malu memperlihatkan kemesraan mereka di publik. Tidak hanya itu saja, kini semakin banyak perubahan dari mereka. Mulai dari Adit yang awalnya suka membolos dan bersikap dingin kini berubah lebih rajin masuk sekolah dan mulai ramah dengan orang lain. Begitu juga dengan Nayla, dia yang awalnya sangat introvert kini telah kembali menjadi Nayla di gadis murah senyum dan mudah bergaul."Nayla!"Nayla yang baru saja keluar dari perpustakaan di kejutkan dengan teriakan Nanda. Oh siapa sangka kini mereka berdua sudah berteman baik."Ada apa?" tanya Nayla begitu Nanda sudah berdiri di depannya."Nanti sore mau ikut belajar bersama tidak? Aku dan teman yang lain ingin belajar bersama untuk persiapan ujian.""Hmm bagai
"Adit, maaf Aku baru datang." Adit yang sedang duduk di salah satu bangku taman itupun langsung beranjak berdiri begitu melihat kedatangan Nayla. Beberapa jam yang lalu Adit meminta Nayla untuk menemuinya di taman. Nayla yang baru saja datang langsung mendudukan dirinya disamping Adit tadi. "Kamu gapapa? Ada apa?" tanya Nayla. Bisa dilihat dari raut wajahnya sepertinya Adit masih sedih atas kepergian Putri. "Sebelum meninggal, Putri menitipkan ini untukmu." Nayla menerima sebuah kotak yang baru saja Adit berikan. Didalam sebuah kotak itu terdapat buku diary yang diyakini adalah milik Putri. "Itu adalah buku diary Putri. Ibu panti bilang setiap malam Putri selalu menulis di diary itu. Kamu bisa membacanya." Nayla mengangguk sebelum akhirnya membuka buku diary itu dan membaca isinya. Ada begitu banyak curahan hati Putri yang di tulis pada buku diar
Setelah semalaman Putri dinyatakan koma, paginya dokter yang menangani gadis kecil itu mengatakan jika Putri sudah meninggal dunia. Adit yang tidak percaya dengan ucapan dokter itu pun langsung berlari menghampiri Putri di ranjang nya. Wajah gadis kecil itu terlihat sangat pucat, mata nya pun terpejam erat dan detak jantung nya sudah tidak berdetak sama sekali."Hiks Putri bangun! Kakak mohon bangunlah Hiks.""Putri kamu pasti mendengar ku kan? Ayo bangun hiks. Bangun Putri hik."Adit menggoyangkan tubuh Putri kuat namun gadis itu sama sekali tidak bereaksi. Ibu panti yang mendapat kabar jika Putri sudah meninggal dunia itupun langsung jatuh pingsan."Hiks kakak mohon bangunlah hiks bangun Putri, Kakak akan membawa kak Nayla kesini tapi kakak mohon bangunlah hiks."Adit yang sudah tidak kuasa menahan rasa sedihnya itupun akhirnya jatuh terduduk. Pria itu sa
Beberapa hari kemudian...Putri sudah sadar dan baru saja selesai melakukan kemoterapi pertamanya. Gadis kecil itu juga harus kehilangan rambutnya dipotong habis karena penyakitnya itu. Sejak tadi Putri terus merengek pada Adit untuk bertemu dengan Nayla. Sebenarnya Adit sudah menghubungi Nayla beberapa kali namun Nayla sama sekali tidak mengangkat panggilannya."Kak, Aku ingin bertemu Kak Nayla hiks Aku ingin memeluk nya hiks.""Putri, kak Nayla sedang sibuk. Lain kali saja ya?""Tidak mau! Hiks Aku mau sekarang!!"Tidak lama kemudian tiba-tiba Nayla datang membuat Putri langsung berteriak senang. Sebenarnya Nayla tahu jika Adit beberapa kali menghubunginya namun Samuel melarang nya untuk mengangkat panggilan itu. Hingga saat setelah Samuel mengantar Nayla ke sekolah, Nayla pun memutuskan untuk membolos pergi ke rumah sakit untuk
Putri masih belum sadarkan diri, keadaannya pun mulai memburuk. Ibu pemilik panti asuhan sedang mengantar Chiko kembali ke panti jadi sejak semalam hanya Adit yang menunggunya. Ini sudah larut malam dan Adit masih betah terjaga disamping ranjang Putri. Pria itu tidak henti-henti nya menggenggam tangan gadis mungil itu. Hingga beberapa saat kemudian dering ponselnya berbunyi membuyarkan lamunan nya. Terlihat nama Nayla yang terpampang jelas dilayar ponselnya. [Adit : "Halo."] [Nayla : "Adit, bagaimana keadaan Putri? Apa dia sudah sada ?"] [Adit : "Belum."] Terdengar helaan nafas dari sambungan telepon membuat Nayla mulai khawatir dengan kondisi Putri. [Nayla : "Kamu sudah makan?"] [Adit : "Belum."] [Nayla : "Kamu jangan lupa makan. Jangan sampai sakit, kalau kamu sakit nanti siapa yang menjaga Putri?"] [Adit : "Iya."] [Nayla : "Yasudah, maaf kalau aku mengganggu mu. Aku akan matikan tlp nya. salam untuk Putri kal