BRAK...
"Hpku!" Adit menatap nanar ponselnya yang baru saja dilempar oleh Nayla. Untung saja Nayla melempar ponselnya di sofa coba kalau tidak? Adit sudah tidak tahu akan jadi seperti apa nasib ponselnya.
"Siapa sih yang membuat berita murahan seperti itu!! Yang benar saja!! Awas saja kalau aku tahu siapa yang membuat berita itu, dia tidak akan aku lepaskan!!" gumam Nayla dengan aura wajah seramnya.
"Kenapa? Aku melempar ponselmu di sofa jadi kamu tidak perlu khawatir," lanjutnya kemudian sambil menatap tajam Adit yang saat ini menatapnya kesal.
Adit menghela nafasnya kasar, disini yang jadi korban itu ponselnya, Harusnya dia yang marah kenapa malah Nayla yang marah? Benar benar gadis aneh, pikirnya.
"Kenapa kamu hanya diam?" tanya Nayla.
"Terus aku harus bagaimana? Membanting ponselmu seperti kamu membanting ponselku? Ckk kamu saja ti
Nayla menarik paksa tangan Nanda, membawanya ke tengah aula sekolah membuat mereka berdua menjadi pusat perhatian hampir seluruh siswa disana Bahkan Samuel yang kebetulan ada di sekolah itu karena tengah mengurus surat kepindahan Michelle yang belum lengkap itu pun terkejut kaget melihat nya.Nanda kembali meringis sakit saat Nayla mendorongnya keras hingga jatuh terduduk dilantai."Nay kamu apa apaan sih?" teriak Dinda."Kalian semua akan tahu siapa perempuan ini yang sebenarnya.""Apa maksudmu? Hiks salahku apa sih Nay sampai kamu sejahat ini," sahut Nanda sambil menangis.Nayla yang melihat Nanda menangis pun hanya bisa tersenyum smirk "Cih berpura pura lah sesuka hatimu tapi kali ini kamu akan benar benar habis.""Kalian semua! Aku akan membongkar semua rahasia wanita ini yang sama sekali tidak kalian ketahui," teriak Nayla membuat
Samuel tidak bisa berhenti mengingat obrolan Nayla dan Adit diatap sekolah tadi siang. Bayangan mereka saat tertawa lepas tadi benar-benar tidak bisa hilang dari ingatannya.Selama ia mengenal Nayla,ini pertama kalinya gadis itu bisa tertawa lepas semenjak dirinya memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Nayla.Nayla terlihat sangat bahagia bersama Adit dan Samuel sangat tidak menyukai fakta itu."Arrghh!!" Pria itu melempar dengan keras ponselnya keatas ranjang. Nayla dan Adit benar benar membuatnya sangat frustasi."Aku tidak bisa membiarkan mereka bersama. Tidak, aku tidak akan membiarkan itu semua terjadi. Maafin aku Nay, aku tahu aku egois tapi aku benar-benar tidak bisa melihatmu bersama pria lain.",,,,,,,,,,,,,,,"Bagaimana? Kamu suka dengan tempat ini?"Adit dan Nayla sedang bera
"Adit sialan! Gara-gara dia aku harus pulang jalan kaki!"Sejak tadi Nayla tidak bisa berhenti mengumpat. Hari ini dia terpaksa harus pulang jalan kaki karena kartu bus yang Adit kasih hanya bisa untuk 1x perjalanan. Ditambah hari ini dia juga ada jam tambahan yang membuatnya baru pulang pukul 8 malam.Sudah hampir 1 jam gadis itu berjalan membuat kakinya benar benar lelah sekarang. Ini bahkan baru setengah perjalanan mengingat jarak sekolah ke kontrakan nya itu cukup jauh. "Aku menyerah! Aku sudah tidak sanggup berjalan lagi," gumamnya lalu mendudukkan dirinya dipinggir jalan.Nafas Nayla terengah, dia benar-benar lelah dan juga lapar. Seharian ini dia bahkan belum makan sama sekali,hanya minum sekotak susu yang Adit kasih tadi pagi. Tidak usah bertanya kenapa dia belum makan, alasannya sangat sederhana. Karena dia tidak mempunyai uang sama sekali."Lepas! Lepaskan aku! T
Nayla, Adit dan juga Nanda sudah berada di kontrakan Nayla sekarang. Tadi dengan terpaksa Adit ikut dengan Nayla untuk membebaskan Nanda.Tidak mudah untuk bisa membawa Nanda keluar dari club malam tadi, banyak sekali penjaga yang berjaga disekitaran club bahkan mereka merupakan orang-orang yang bisa dibilang cukup ahli dalam berkelahi sedangkan Adit dan Nayla? Mereka hanya anak remaja yang tidak begitu pandai berkelahi terlebih Nayla.Namun akhirnya dengan kepintaran yang Adit punya, mereka berhasil menyelinap masuk kedalam club dan membawa Nanda pergi dari Sana. Sedikit bocoran saja, tadi Adit sedikit bermain pintar, dia menyalakan suara sirine polisi dari ponselnya membuat club malam itu seketika ricuh, dan pada saat itu juga dia dan Nayla masuk untuk membebaskan Nanda."Ekhem. Mau sampai kapan kita saling diam seperti ini? Ini bahkan sudah sangat larut," sahut Adit karena sejak tadi mereka
Berita tentang pertunangan Michelle dan Samuel sudah menyebar disekolah. Meskipun keduanya bukan selebriti tapi sosok Samuel sebagai anak dari donator terbesar disekolah ini membuat berita itu lumayan heboh. Jika kalian bertanya bagaimana berita itu bisa heboh? Itu karena Michelle menceritakan rencana pertunangannya dengan Samuel pada teman-temannya, Putri dan Dinda. Karena mereka termasuk orang yang heboh jadilah mereka meng-up berita itu di sekolah."Jangan lupa datang ya," ucap Putri memberikan undangan pertunangan Michelle dan Samuel pada teman-temannya sekelasnya."Chell, itu Nayla. Samperin nggak ?" tanya Dinda saat melihat Nayla sedang makan siang di kantin sekolah sendirian.Tanpa menjawab pertanyaan Dinda, Michelle langsung menghampiri Nayla begitu saja diikuti teman-temannya.Nayla yang melihat keda
Nayla menatap kesal sosok pria yang saat ini berdiri di depannya itu. Siapa lagi kalau bukan Adit, beberapa menit yang lalu keduanya bertemu di koridor sekolah. Saat Nayla berteriak memanggilnya, alih-alih berhenti atau menyapanya, yang dilakukan pria itu justru malah langsung mempercepat langkahnya mengabaikan panggilan Nayla. Nayla yang merasa diabaikan itupun mengejarnya sampai atap ke sekolah."Adit! Kamu tuli? Aku memanggilmu kenapa kamu malah pergi?!! Aish benar-benar menyebalkan!!" teriak Nayla kesal."Sudah?""Apa?""Kamu sangat berisik tahu tidak?" balas Adit dengan nada santai nya.Nayla melongo tak percaya mendengar ucapan Adit barusan. Apa katanya? Nayla sangat berisik? Astaga, kalau saja pria itu tidak mengabaikan panggilannya mungkin saja Nayla tidak akan marah-marah seperti ini."Kamu kenapa sih ?"
Cuaca malam ini cukup bagus, banyak sekali bintang yang berkerlipan membuat Nayla memilih untuk menatap bintang-bintang itu dari depan kontrakannya dari pada istirahat.Ngomong-ngomong Nayla sudah berpindah kontrakan. Pemilik sebelumnya memintanya untuk pindah ke atap karena kontrakan yang Nayla gunakan sebelumnya ingin digunakan sebagai gudang.Nayla sendiri menyejutui perpindahannya, toh tempat nya masih berada di satu bangunan yang sama. Hanya saja Nayla sekarang tinggal di bagian atapnya.Nayla merasa lebih nyaman tinggal disini, walaupun kontrakannya terbilang sedikit lebih kecil tapi dia sangat menyukai pemandangannya. Apalagi saat malam hari, dia bisa melihat bintang dan juga pemandangan malam disekitaran tempat tinggalnya."Kamu sedang apa?" tanya Adit yang mendapati Nayla duduk diam diatas bangku itu sambil melamun.Pria itu berjalan menghampiri Na
Hari ini adalah hari dimana acara pertunangan Samuel dan Michelle digelar. Nayla yang masih bingung harus datang ke acara itu atau tidak memilih untuk duduk diam didepan kontrakannya. Sejujurnya gadis itu ingin datang namun dia takut akan merasakan sakit untuk kesekian kalinya.Saat sibuk dengan pikirannya, tiba-tiba dia dikejutkan dengan kedatangan Adit yang sudah duduk disamping nya. Pria itu sudah menggunakan pakaian rapinya membuat Nayla terkejut. Selama dia mengenal Adit, ini pertama kalinya dia melihat Adit berpakaian serapi ini."Kenapa belum bersiap?" tanya Adit membuat Nayla bingung."Kamu tidak berniat untuk tidak datang ke acara itu kan?""Aku memang tidak ingin datang.""Dasar lemah," sindir Adit membuat Nayla langsung menatap nya tajam."Seharusnya kamu datang, buat mereka berfikir kalau kamu baik-baik sa
2 bulan kemudian... "Aku diterima!!!" Suara teriakan bahagia Nayla menggelegar ketika gadis itu mendapat berita tentang dirinya diterima di universitas yang ia inginkan. Kedua orang tuanya dan Adit pun ikut tersenyum senang melihat gadis itu berhasil diterima di kampus impiannya. Tidak mudah bagi Nayla untuk bisa diterima di kampus yang sama dengan Adit. Sebelumnya Adit memang sudah diterima di kampus impiannya melalui jalur PTN. Awalnya Nayla sempat ragu jika dirinya bisa diterima di kampus yang sama dengan Adit, tapi berkat kerja kerasnya dan tentu saja bantuan dari Adit yang tidak henti-hentinya menyemangati dan mengajarinya membuat Nayla akhrinya keterima di kampus itu. "Papa sama mama bangga sama kamu, Nay," ucap kedua orang tua Nayla sambil menatap gadis itu dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Jujur, kedua orang tua Nayla sangat bangga dengan
Ujian nasional sebentar lagi akan dimulai, Adit dan Nayla terlihat semakin giat belajar. Contohnya saja hari ini, sepulang sekolah mereka langsung belajar bersama di rumah Nayla. Ngomong-ngomong mereka berdua berencana ingin kuliah ditempat yang sama dengan jurusan yang sama juga. Awalnya Adit tidak berniat kuliah, pria itu ingin langsung bekerja setelah lulus sekolah tapi ayah Nayla memintanya untuk melanjutkan kuliah. Bahkan ayah Nayla juga yang akan membiayai semua biaya kuliahnya. Hal itu ayah Nayla lakukan agar Adit tumbuh menjadi pria yang sukses agar nanti jika ia dan Nayla melanjutkan hubungan mereka ke jenjang sesius, Adit sudah mempunyai bekal yang cukup. Ditengah aktifitas belajarnya, sesekali Nayla melirik kearah sang kekasih yang tampak sangat fokus dengan buku pelajarannya. Wanita itu heran, kenapa pria yang selama ini dikenal bad boy, trouble maker bahkan sering sekali membolos bisa sepintar itu. Bahkan Nayla saja yang setiap hari masuk sekolah
"Kalian dari mana saja? Bilangnya futsal tapi dari pagi baru pulang jam segini. Futsal dimana? Di luar kota?!"Samuel dan Adit hanya berdiri diam saat mendapat omelan dari Nayla. Kedua pria itu bahkan baru saja pulang tapi sudah langsung kena Omelan. Wajar sih Kenapa Nayla marah karena seharian ini kekasihnya lebih memilih menghabiskan waktunya bersama Samuel di banding dirinya."Lagipula sejak kapan kalian sedekat ini? Bukankah sebelumnya kalian bermusuhan?" lanjutnya saat tidak mendapat jawaban dari pertanyaan pertamanya."Ekhem, sepertinya ini masalah sepasang kekasih jadi lebih baik aku pergi saja ya. Kalian Selesaikan masalah kalian sendiri, bye!" sahut Samuel. Pria itu segera melangkahkan kakinya pergi meninggalkan sepasang kekasih yang sebentar lagi bisa di pastikan akan bertengkar.Tanpa mengatakan apapun Nayla melangkahkan kakinya menuju kursi yang berada di teras rumah diikuti Adit di belakangnya. Melihat sang kekasih memasang wajah kesaln
"Bagaimana, sudah ada kabar?"Nayla menggeleng menjawab pertanyaan yang baru saja Nanda tanyakan. Saat ini kedua gadis itu sedang berada di salah satu tempat makan. Mereka baru saja selesai belajar bersama dengan teman-teman mereka. Tadi Nayla memutuskan untuk ikut belajar bersama karena Adit tiba-tiba tidak ada kabar sama sekali."Apa dia masih latihan?" tebak Nanda."Tidak mungkin. Tadi aku melihat anak basket lainnya sudah kembali ke sekolah. Lagi pula kata bobby, Adit sudah pulang setelah latihan basket.""Jangan-jangan dugaanku benar.""Apa?""Adit bertemu dengan cewek lain disana terus mereka pergi bersama?"Seketika Nayla langsung diam. Entah kenapa perasaan gadis itu mendadak tidak karuan. Dia takut jika ucapan Nanda itu benar. Jika benar, maka Nayla bersumpah tidak akan memaafkan Adit.Hingga beberapa saat kemudian ponsel Nayla bernyanyi. Melihat nama orang yang baru saja menghubunginya membuat Nayla tersenyum senang d
Beberapa minggu kemudian....Kini hubungan Nayla dan Adit tampak semakin harmonis. Kedua orang itu tidak lagi canggung atau malu memperlihatkan kemesraan mereka di publik. Tidak hanya itu saja, kini semakin banyak perubahan dari mereka. Mulai dari Adit yang awalnya suka membolos dan bersikap dingin kini berubah lebih rajin masuk sekolah dan mulai ramah dengan orang lain. Begitu juga dengan Nayla, dia yang awalnya sangat introvert kini telah kembali menjadi Nayla di gadis murah senyum dan mudah bergaul."Nayla!"Nayla yang baru saja keluar dari perpustakaan di kejutkan dengan teriakan Nanda. Oh siapa sangka kini mereka berdua sudah berteman baik."Ada apa?" tanya Nayla begitu Nanda sudah berdiri di depannya."Nanti sore mau ikut belajar bersama tidak? Aku dan teman yang lain ingin belajar bersama untuk persiapan ujian.""Hmm bagai
"Adit, maaf Aku baru datang." Adit yang sedang duduk di salah satu bangku taman itupun langsung beranjak berdiri begitu melihat kedatangan Nayla. Beberapa jam yang lalu Adit meminta Nayla untuk menemuinya di taman. Nayla yang baru saja datang langsung mendudukan dirinya disamping Adit tadi. "Kamu gapapa? Ada apa?" tanya Nayla. Bisa dilihat dari raut wajahnya sepertinya Adit masih sedih atas kepergian Putri. "Sebelum meninggal, Putri menitipkan ini untukmu." Nayla menerima sebuah kotak yang baru saja Adit berikan. Didalam sebuah kotak itu terdapat buku diary yang diyakini adalah milik Putri. "Itu adalah buku diary Putri. Ibu panti bilang setiap malam Putri selalu menulis di diary itu. Kamu bisa membacanya." Nayla mengangguk sebelum akhirnya membuka buku diary itu dan membaca isinya. Ada begitu banyak curahan hati Putri yang di tulis pada buku diar
Setelah semalaman Putri dinyatakan koma, paginya dokter yang menangani gadis kecil itu mengatakan jika Putri sudah meninggal dunia. Adit yang tidak percaya dengan ucapan dokter itu pun langsung berlari menghampiri Putri di ranjang nya. Wajah gadis kecil itu terlihat sangat pucat, mata nya pun terpejam erat dan detak jantung nya sudah tidak berdetak sama sekali."Hiks Putri bangun! Kakak mohon bangunlah Hiks.""Putri kamu pasti mendengar ku kan? Ayo bangun hiks. Bangun Putri hik."Adit menggoyangkan tubuh Putri kuat namun gadis itu sama sekali tidak bereaksi. Ibu panti yang mendapat kabar jika Putri sudah meninggal dunia itupun langsung jatuh pingsan."Hiks kakak mohon bangunlah hiks bangun Putri, Kakak akan membawa kak Nayla kesini tapi kakak mohon bangunlah hiks."Adit yang sudah tidak kuasa menahan rasa sedihnya itupun akhirnya jatuh terduduk. Pria itu sa
Beberapa hari kemudian...Putri sudah sadar dan baru saja selesai melakukan kemoterapi pertamanya. Gadis kecil itu juga harus kehilangan rambutnya dipotong habis karena penyakitnya itu. Sejak tadi Putri terus merengek pada Adit untuk bertemu dengan Nayla. Sebenarnya Adit sudah menghubungi Nayla beberapa kali namun Nayla sama sekali tidak mengangkat panggilannya."Kak, Aku ingin bertemu Kak Nayla hiks Aku ingin memeluk nya hiks.""Putri, kak Nayla sedang sibuk. Lain kali saja ya?""Tidak mau! Hiks Aku mau sekarang!!"Tidak lama kemudian tiba-tiba Nayla datang membuat Putri langsung berteriak senang. Sebenarnya Nayla tahu jika Adit beberapa kali menghubunginya namun Samuel melarang nya untuk mengangkat panggilan itu. Hingga saat setelah Samuel mengantar Nayla ke sekolah, Nayla pun memutuskan untuk membolos pergi ke rumah sakit untuk
Putri masih belum sadarkan diri, keadaannya pun mulai memburuk. Ibu pemilik panti asuhan sedang mengantar Chiko kembali ke panti jadi sejak semalam hanya Adit yang menunggunya. Ini sudah larut malam dan Adit masih betah terjaga disamping ranjang Putri. Pria itu tidak henti-henti nya menggenggam tangan gadis mungil itu. Hingga beberapa saat kemudian dering ponselnya berbunyi membuyarkan lamunan nya. Terlihat nama Nayla yang terpampang jelas dilayar ponselnya. [Adit : "Halo."] [Nayla : "Adit, bagaimana keadaan Putri? Apa dia sudah sada ?"] [Adit : "Belum."] Terdengar helaan nafas dari sambungan telepon membuat Nayla mulai khawatir dengan kondisi Putri. [Nayla : "Kamu sudah makan?"] [Adit : "Belum."] [Nayla : "Kamu jangan lupa makan. Jangan sampai sakit, kalau kamu sakit nanti siapa yang menjaga Putri?"] [Adit : "Iya."] [Nayla : "Yasudah, maaf kalau aku mengganggu mu. Aku akan matikan tlp nya. salam untuk Putri kal