Berita tentang pertunangan Michelle dan Samuel sudah menyebar disekolah. Meskipun keduanya bukan selebriti tapi sosok Samuel sebagai anak dari donator terbesar disekolah ini membuat berita itu lumayan heboh.
"Jangan lupa datang ya," ucap Putri memberikan undangan pertunangan Michelle dan Samuel pada teman-temannya sekelasnya.
"Chell, itu Nayla. Samperin nggak ?" tanya Dinda saat melihat Nayla sedang makan siang di kantin sekolah sendirian.
Tanpa menjawab pertanyaan Dinda, Michelle langsung menghampiri Nayla begitu saja diikuti teman-temannya.
Nayla yang melihat keda
Nayla menatap kesal sosok pria yang saat ini berdiri di depannya itu. Siapa lagi kalau bukan Adit, beberapa menit yang lalu keduanya bertemu di koridor sekolah. Saat Nayla berteriak memanggilnya, alih-alih berhenti atau menyapanya, yang dilakukan pria itu justru malah langsung mempercepat langkahnya mengabaikan panggilan Nayla. Nayla yang merasa diabaikan itupun mengejarnya sampai atap ke sekolah."Adit! Kamu tuli? Aku memanggilmu kenapa kamu malah pergi?!! Aish benar-benar menyebalkan!!" teriak Nayla kesal."Sudah?""Apa?""Kamu sangat berisik tahu tidak?" balas Adit dengan nada santai nya.Nayla melongo tak percaya mendengar ucapan Adit barusan. Apa katanya? Nayla sangat berisik? Astaga, kalau saja pria itu tidak mengabaikan panggilannya mungkin saja Nayla tidak akan marah-marah seperti ini."Kamu kenapa sih ?"
Cuaca malam ini cukup bagus, banyak sekali bintang yang berkerlipan membuat Nayla memilih untuk menatap bintang-bintang itu dari depan kontrakannya dari pada istirahat.Ngomong-ngomong Nayla sudah berpindah kontrakan. Pemilik sebelumnya memintanya untuk pindah ke atap karena kontrakan yang Nayla gunakan sebelumnya ingin digunakan sebagai gudang.Nayla sendiri menyejutui perpindahannya, toh tempat nya masih berada di satu bangunan yang sama. Hanya saja Nayla sekarang tinggal di bagian atapnya.Nayla merasa lebih nyaman tinggal disini, walaupun kontrakannya terbilang sedikit lebih kecil tapi dia sangat menyukai pemandangannya. Apalagi saat malam hari, dia bisa melihat bintang dan juga pemandangan malam disekitaran tempat tinggalnya."Kamu sedang apa?" tanya Adit yang mendapati Nayla duduk diam diatas bangku itu sambil melamun.Pria itu berjalan menghampiri Na
Hari ini adalah hari dimana acara pertunangan Samuel dan Michelle digelar. Nayla yang masih bingung harus datang ke acara itu atau tidak memilih untuk duduk diam didepan kontrakannya. Sejujurnya gadis itu ingin datang namun dia takut akan merasakan sakit untuk kesekian kalinya.Saat sibuk dengan pikirannya, tiba-tiba dia dikejutkan dengan kedatangan Adit yang sudah duduk disamping nya. Pria itu sudah menggunakan pakaian rapinya membuat Nayla terkejut. Selama dia mengenal Adit, ini pertama kalinya dia melihat Adit berpakaian serapi ini."Kenapa belum bersiap?" tanya Adit membuat Nayla bingung."Kamu tidak berniat untuk tidak datang ke acara itu kan?""Aku memang tidak ingin datang.""Dasar lemah," sindir Adit membuat Nayla langsung menatap nya tajam."Seharusnya kamu datang, buat mereka berfikir kalau kamu baik-baik sa
Acara pertunangan Michelle dan Samuel pun akhirnya dibatalkan. Setelah kejadian tadi, Ayah Samuel langsung meminta semua tamu undangan untuk meninggalkan tempat acara. Saat ini Samuel, Michelle beserta kedua orang tua mereka serta Nayla Adit dan Nanda sudah berada di rumah keluarga besar Samuel. Ayah Samuel meminta mereka semua untuk menjelaskan semua masalah yang sudah terjadi.Nanda yang merupakan dalang dari pembuat masalah itu pun menceritakan semuanya. Sejak tadi Michelle terus saja menyela ucapan Nanda, Michelle membantah semua tuduhan yang Nanda layangkan padanya."Kamu tidak terima karena aku menggantikan posisi mu disekolah maka dari itu kamu berusaha memfitnahku, kamu terlalu jahat Nanda!" teriak Michelle kesal."Apa? untuk apa aku mempermasalahkan soal itu. Aku hanya berbicara fakta.""Fakta? Yang kamu katakan itu semuanya bohong!""STOP!! TIDAK
"Kenapa?"Nayla langsung mendongak begitu mendengar pertanyaan Adit yang duduk disampingmya. Mereka sedang berada didalam bus menuju sekolah. Nayla masih belum bisa berhenti memikirkan alasan kenapa Nanda tiba-tiba membongkar semua kejahatan sana."Adit, apa semua ini ada campur tanganmu juga?""Maksudnya?""Kamu tahu maksudku."Adit diam sejenak, dia paham apa yang baru saja Nayla tanyakan. Ini pasti tentang pembongkaran rahasia sana semalam. "Hmm, aku dan Nanda sudah mengatur semuanya.""Kamu dan Nanda? Bagaimana bisa? Kalian bahkan tidak pernah terlihat berteman baik."=FLASHBACK ON=Pada suatu malam, saat Adit baru saja pulang dari suatu tempat dia tidak sengaja melihat Nanda yang sedang ditarik paksa oleh beberapa orang yang bertubuh besar. Disana juga ada kedu
Nanda terkejut dan memberontak saat Nayla memeluknya erat secara tiba-tiba. "Nayla lepas ! Kamu membuatku tidak bisa bernafas!!"Bukannya melepas, Nayla justru mempererat pelukannya. Gadis itu bahkan tidak peduli jika seragamnya akan basah dan bau akibat bertempelan dengan seragam Nanda yang sudah sangat kotor dan juga bau. Beberapa kali Nanda meminta bantuan Adit untuk melepas pelukan itu namun sepertinya Adit enggan membantu nya. Hingga tak lama kemudian akhirnya Nayla melepas pelukannya."Kamu gila? Kamu ingin membunuh ku ha?!""Aku ingin memelukmu lagi. Bolehkah?" tanya Nayla dengan senyum merekah membuat Nanda langsung bersembunyi dibelakang tubuh Adit. "Adit, kamu kasih makan apa dia? Kenapa dia sangat menakutkan!""Apa? Aku hanya terlalu senang karena kamu menolongku. Ckk tadinya aku ingin berterima kasih padamu tapi sepertinya Aku mengurungkan niatku," sahut
Sejak Nayla ikut Samuel ke rumah sakit, gadis itu belum juga kembali ke kontrakannya sampai sekarang. Terhitung sudah 3 hari Nayla menginap di rumah sakit untuk menjaga Ibunya. Selamat 3 hari itu juga hampir setiap hari Adit menunggunya di tangga menuju kontrakan Nayla namun nyatanya gadis yang ditunggu tunggu itu sama sekali tidak menampakkan dirinya. "Nayla, sekarang kamu tinggal disini saja. Mama mu masih membutuhkan mu," Ucap Ayah tirinya. Hari ini Ibu Nayla sudah diperbolehkan pulang, Nayla yang ikut mengantar Ibunya pulang itu pun diminta untuk tinggal disini lagi mengingat bagaimana Ibunya sangat senang bisa bersama dengan putrinya itu lagi. "Papa tidak ingin memaksamu untuk kembali tinggal disini lagi, tapi papa mohon untuk beberapa hari ini menginaplah disini setidaknya sampai Ibu mu benar-benar sembuh." "Nay, kalau Kamu merasa tidak nyaman dengan keberadaanku aku bisa kok tinggal di apartment untuk sementara," sahut Samuel. Pria itu sadar mu
Saat ini Nayla sedang dalam perjalanan menuju sekolah dengan diantar Samuel, Selama perjalanan keduanya hanya diam. Nayla memilih untuk melihat keluar jendela sedangkan Samuel fokus menyetir. Sebenarnya sejak tadi Samuel sudah mencoba memulai obrolan namun Nayla hanya diam. Hingga saat mobil itu berhenti di lampu merah, Nayla tidak sengaja melihat Adit bersama seorang pria tua sedang menjual koran disamping lampu merah. "Aku turun disini saja," sentak Nayla yang sudah ingin membuka pintunya namun dengan cepat Samuel menahannya. "Kamu mau kemana ? Ini belum sampai di sekolahmu." "Aku tahu. Tapi Aku ingin turun disini saja, Aku ingin naik bus." Samuel mengerutkan keningnya curiga, kenapa tiba-tiba Nayla meminta untuk diturunkan disini? Kalau alasannya karena tidak ingin diantar olehnya kenapa tidak menolak dari tadi saja? Hingga beberapa saat kemudian Samuel melihat Adit berdiri disamping lampu merah, pria itu menyunggingkan senyum smirknya. Jadi itu al
2 bulan kemudian... "Aku diterima!!!" Suara teriakan bahagia Nayla menggelegar ketika gadis itu mendapat berita tentang dirinya diterima di universitas yang ia inginkan. Kedua orang tuanya dan Adit pun ikut tersenyum senang melihat gadis itu berhasil diterima di kampus impiannya. Tidak mudah bagi Nayla untuk bisa diterima di kampus yang sama dengan Adit. Sebelumnya Adit memang sudah diterima di kampus impiannya melalui jalur PTN. Awalnya Nayla sempat ragu jika dirinya bisa diterima di kampus yang sama dengan Adit, tapi berkat kerja kerasnya dan tentu saja bantuan dari Adit yang tidak henti-hentinya menyemangati dan mengajarinya membuat Nayla akhrinya keterima di kampus itu. "Papa sama mama bangga sama kamu, Nay," ucap kedua orang tua Nayla sambil menatap gadis itu dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Jujur, kedua orang tua Nayla sangat bangga dengan
Ujian nasional sebentar lagi akan dimulai, Adit dan Nayla terlihat semakin giat belajar. Contohnya saja hari ini, sepulang sekolah mereka langsung belajar bersama di rumah Nayla. Ngomong-ngomong mereka berdua berencana ingin kuliah ditempat yang sama dengan jurusan yang sama juga. Awalnya Adit tidak berniat kuliah, pria itu ingin langsung bekerja setelah lulus sekolah tapi ayah Nayla memintanya untuk melanjutkan kuliah. Bahkan ayah Nayla juga yang akan membiayai semua biaya kuliahnya. Hal itu ayah Nayla lakukan agar Adit tumbuh menjadi pria yang sukses agar nanti jika ia dan Nayla melanjutkan hubungan mereka ke jenjang sesius, Adit sudah mempunyai bekal yang cukup. Ditengah aktifitas belajarnya, sesekali Nayla melirik kearah sang kekasih yang tampak sangat fokus dengan buku pelajarannya. Wanita itu heran, kenapa pria yang selama ini dikenal bad boy, trouble maker bahkan sering sekali membolos bisa sepintar itu. Bahkan Nayla saja yang setiap hari masuk sekolah
"Kalian dari mana saja? Bilangnya futsal tapi dari pagi baru pulang jam segini. Futsal dimana? Di luar kota?!"Samuel dan Adit hanya berdiri diam saat mendapat omelan dari Nayla. Kedua pria itu bahkan baru saja pulang tapi sudah langsung kena Omelan. Wajar sih Kenapa Nayla marah karena seharian ini kekasihnya lebih memilih menghabiskan waktunya bersama Samuel di banding dirinya."Lagipula sejak kapan kalian sedekat ini? Bukankah sebelumnya kalian bermusuhan?" lanjutnya saat tidak mendapat jawaban dari pertanyaan pertamanya."Ekhem, sepertinya ini masalah sepasang kekasih jadi lebih baik aku pergi saja ya. Kalian Selesaikan masalah kalian sendiri, bye!" sahut Samuel. Pria itu segera melangkahkan kakinya pergi meninggalkan sepasang kekasih yang sebentar lagi bisa di pastikan akan bertengkar.Tanpa mengatakan apapun Nayla melangkahkan kakinya menuju kursi yang berada di teras rumah diikuti Adit di belakangnya. Melihat sang kekasih memasang wajah kesaln
"Bagaimana, sudah ada kabar?"Nayla menggeleng menjawab pertanyaan yang baru saja Nanda tanyakan. Saat ini kedua gadis itu sedang berada di salah satu tempat makan. Mereka baru saja selesai belajar bersama dengan teman-teman mereka. Tadi Nayla memutuskan untuk ikut belajar bersama karena Adit tiba-tiba tidak ada kabar sama sekali."Apa dia masih latihan?" tebak Nanda."Tidak mungkin. Tadi aku melihat anak basket lainnya sudah kembali ke sekolah. Lagi pula kata bobby, Adit sudah pulang setelah latihan basket.""Jangan-jangan dugaanku benar.""Apa?""Adit bertemu dengan cewek lain disana terus mereka pergi bersama?"Seketika Nayla langsung diam. Entah kenapa perasaan gadis itu mendadak tidak karuan. Dia takut jika ucapan Nanda itu benar. Jika benar, maka Nayla bersumpah tidak akan memaafkan Adit.Hingga beberapa saat kemudian ponsel Nayla bernyanyi. Melihat nama orang yang baru saja menghubunginya membuat Nayla tersenyum senang d
Beberapa minggu kemudian....Kini hubungan Nayla dan Adit tampak semakin harmonis. Kedua orang itu tidak lagi canggung atau malu memperlihatkan kemesraan mereka di publik. Tidak hanya itu saja, kini semakin banyak perubahan dari mereka. Mulai dari Adit yang awalnya suka membolos dan bersikap dingin kini berubah lebih rajin masuk sekolah dan mulai ramah dengan orang lain. Begitu juga dengan Nayla, dia yang awalnya sangat introvert kini telah kembali menjadi Nayla di gadis murah senyum dan mudah bergaul."Nayla!"Nayla yang baru saja keluar dari perpustakaan di kejutkan dengan teriakan Nanda. Oh siapa sangka kini mereka berdua sudah berteman baik."Ada apa?" tanya Nayla begitu Nanda sudah berdiri di depannya."Nanti sore mau ikut belajar bersama tidak? Aku dan teman yang lain ingin belajar bersama untuk persiapan ujian.""Hmm bagai
"Adit, maaf Aku baru datang." Adit yang sedang duduk di salah satu bangku taman itupun langsung beranjak berdiri begitu melihat kedatangan Nayla. Beberapa jam yang lalu Adit meminta Nayla untuk menemuinya di taman. Nayla yang baru saja datang langsung mendudukan dirinya disamping Adit tadi. "Kamu gapapa? Ada apa?" tanya Nayla. Bisa dilihat dari raut wajahnya sepertinya Adit masih sedih atas kepergian Putri. "Sebelum meninggal, Putri menitipkan ini untukmu." Nayla menerima sebuah kotak yang baru saja Adit berikan. Didalam sebuah kotak itu terdapat buku diary yang diyakini adalah milik Putri. "Itu adalah buku diary Putri. Ibu panti bilang setiap malam Putri selalu menulis di diary itu. Kamu bisa membacanya." Nayla mengangguk sebelum akhirnya membuka buku diary itu dan membaca isinya. Ada begitu banyak curahan hati Putri yang di tulis pada buku diar
Setelah semalaman Putri dinyatakan koma, paginya dokter yang menangani gadis kecil itu mengatakan jika Putri sudah meninggal dunia. Adit yang tidak percaya dengan ucapan dokter itu pun langsung berlari menghampiri Putri di ranjang nya. Wajah gadis kecil itu terlihat sangat pucat, mata nya pun terpejam erat dan detak jantung nya sudah tidak berdetak sama sekali."Hiks Putri bangun! Kakak mohon bangunlah Hiks.""Putri kamu pasti mendengar ku kan? Ayo bangun hiks. Bangun Putri hik."Adit menggoyangkan tubuh Putri kuat namun gadis itu sama sekali tidak bereaksi. Ibu panti yang mendapat kabar jika Putri sudah meninggal dunia itupun langsung jatuh pingsan."Hiks kakak mohon bangunlah hiks bangun Putri, Kakak akan membawa kak Nayla kesini tapi kakak mohon bangunlah hiks."Adit yang sudah tidak kuasa menahan rasa sedihnya itupun akhirnya jatuh terduduk. Pria itu sa
Beberapa hari kemudian...Putri sudah sadar dan baru saja selesai melakukan kemoterapi pertamanya. Gadis kecil itu juga harus kehilangan rambutnya dipotong habis karena penyakitnya itu. Sejak tadi Putri terus merengek pada Adit untuk bertemu dengan Nayla. Sebenarnya Adit sudah menghubungi Nayla beberapa kali namun Nayla sama sekali tidak mengangkat panggilannya."Kak, Aku ingin bertemu Kak Nayla hiks Aku ingin memeluk nya hiks.""Putri, kak Nayla sedang sibuk. Lain kali saja ya?""Tidak mau! Hiks Aku mau sekarang!!"Tidak lama kemudian tiba-tiba Nayla datang membuat Putri langsung berteriak senang. Sebenarnya Nayla tahu jika Adit beberapa kali menghubunginya namun Samuel melarang nya untuk mengangkat panggilan itu. Hingga saat setelah Samuel mengantar Nayla ke sekolah, Nayla pun memutuskan untuk membolos pergi ke rumah sakit untuk
Putri masih belum sadarkan diri, keadaannya pun mulai memburuk. Ibu pemilik panti asuhan sedang mengantar Chiko kembali ke panti jadi sejak semalam hanya Adit yang menunggunya. Ini sudah larut malam dan Adit masih betah terjaga disamping ranjang Putri. Pria itu tidak henti-henti nya menggenggam tangan gadis mungil itu. Hingga beberapa saat kemudian dering ponselnya berbunyi membuyarkan lamunan nya. Terlihat nama Nayla yang terpampang jelas dilayar ponselnya. [Adit : "Halo."] [Nayla : "Adit, bagaimana keadaan Putri? Apa dia sudah sada ?"] [Adit : "Belum."] Terdengar helaan nafas dari sambungan telepon membuat Nayla mulai khawatir dengan kondisi Putri. [Nayla : "Kamu sudah makan?"] [Adit : "Belum."] [Nayla : "Kamu jangan lupa makan. Jangan sampai sakit, kalau kamu sakit nanti siapa yang menjaga Putri?"] [Adit : "Iya."] [Nayla : "Yasudah, maaf kalau aku mengganggu mu. Aku akan matikan tlp nya. salam untuk Putri kal