Seperti biasa, tepat saat bel masuk berbunyi Adit akan langsung pergi dari sekolah untuk membolos. Jika kalian berfikir dia akan pergi membolos ke tempat yang tidak baik itu salah, Adit selalu menggunakan waktu bolos nya untuk bekerja. Bekerja menjual koran keliling, setiap pagi dia selalu bekerja untuk menjual koran keliling dan malamnya bekerja di cafe.
"Hei mau kemana lagi kamu? Kamu tidak akan bisa membolos lagi."
Sepertinya kali ini niat pria itu untuk membolos harus gagal karena sang security sudah bersiaga ditempat biasa dia memanjat dinding untuk membolos.
"Ayolah pak biarkan saya pergi. Bapak hanya akan membuang waktu dan tenaga jika ingin menghalangi saya, apalagi bapak sudah tua."
"Enak saja kamu bilang bapak tua. Kali ini aku tidak akan membiarkan mu membolos lagi. Memangnya kamu tidak kasihan dengan orang tuamu yang sudah membiayaimu sekolah tapi kamu sering membolos?"
"Tidak," jawab Adit singkat membuat sang security kaget.
"Anak jaman sekarang tidak pernah menghargai kerja keras orang tuanya."
"Orang tua saya sudah meninggal pak jadi biarkan saya pergi. Orang tua saya tidak akan memarahi saya."
Dengan secepat kilat Adit berhasil menaiki dinding dengan bantuan tumpukan meja yang tak terpakai."Udah ya pak saya pergi, selamat pagi."
Bruk !!
"Akh!"
Plak !!
"minggir!! Aduh kakiku."
"Hei kamu gila hah?!"
Jangan tanyakan apa yang baru saja terjadi. Saat Adit melompat keluar dinding sekolah, dia tidak melihat jika ada Nayla dibawah nya dan tanpa sengaja dia jatuh menimpa tubuh kecil gadis itu.
Untuk suara tamparan, itu Nayla pelakunya. Nayla bisa berada disana karena dia telat masuk sekolah. Tadinya dia berencana lewat dinding belakang sekolah untuk masuk namun kejadian tak terduga malah menimpa nya.
Nayla masih sibuk membersihkan seragamnya yang kotor terkena tanah, sedangkan Adit yang sudah ingin melempar amarahnya tiba-tiba tertunda karena sebuah panggilan yang membuatnya harus pergi saat itu juga.
"Ckk tidak bisakah dia meminta maaf dulu sebelum pergi? Menyebalkan."
*****
Terpaksa hari ini Nayla harus membolos untuk pertama kalinya karena bingung harus berbuat apa. Dia sudah terlanjur telat, memanjat dinding pun juga tak bisa. Dari pada di hukum lebih baik bolos mencari tempat sepi untuk menyendiri itu lebih baik.
Setelah memakai hoodie kebesarannya, gadis itu memilih untuk pergi ke cafe yang memang buka 24 jam. Memesan segelas jus alpukat setelah itu duduk diam tanpa berbuat apa-apa. Bosan? Tidak. Yakinlah jika kalian menyuruhnya untuk mengikuti lomba melamun dialah yang akan menang.
*****
"Pagi paman," sapa Adit pada sosok kakek tua yang sedang duduk didepan sebuah toko yang masih tutup.
"Adit? Kamu datang lagi?"
Adit tersenyum "Iya paman, Sini biarkan Adit yang lanjutkan pekerjaan paman."
"Tidak perlu. Adit kamu sudah sering membolos sebaiknya kamu pergi ke sekolah saja, paman tidak apa-apa. Paman masih kuat berkeliling."
"Sudahlah Adit sudah pintar tanpa harus mengikuti pelajaran. Berikan semua koran itu pada saya dan Paman beristirahatlah."
Sudah menjadi rutinitas Adit untuk berjualan koran keliling setiap paginya. Lebih tepat nya membantu kakek tua yang sudah ia kenal beberapa bulan ini. Adit tidak meminta imbalan sepeserpun, dia menyerahkan semua hasil jualan pada kakek tua itu. Ah ya, jika kalian bertanya kenapa dia bisa baik degan kakek itu tua ? Itu karena dulu kakek tua itu pernah menolongnya. Hanya dengan kakek tua itu Adit berubah sifatnya 180° dari yang dingin menjadi hangat.
*****
"Apa? Nayla tidak masuk sekolah? Tapi tadi dia berangkat ke sekolah bu."
"Baiklah, saya minta maaf. Saya akan menanyakan padanya nanti. Terima kasih."
Ibu Nayla menghela nafasnya panjang setelah mendapat telepon dari pihak sekolah jika anaknya tidak masuk sekolah tanpa izin. Ini pertama kalinya Nayla membolos, bahkan saat sedang sakit sekali pun gadis itu tetap memilih untuk berangkat ke sekolah.
"Kemana anak itu? Tidak masuk sekolah tapi jam segini belum pulang juga?" gumamnya melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 7 malam.
Samuel yang menyadari raut wajah khawatir dari Ibu tirinya itu berusaha bertanya. "Jadi Nayla membolos?" tanyanya kaget setelah ibu nya menceritakan apa yang baru saja guru Nayla katakan.
"Apa tadi kamu melihatnya berangkat ke sekolah? Atau dia pergi ke Tempat lain?"
"Tidak mah. Tadi pagi aku sempat menawarinya untuk berangkat bersama tapi dia tidak mau, dia bilang ingin naik bus."
"Ah begitu rupanya. Ya sudah makanlah, ini sudah jam makan malam. Mamah akan menunggu Nayla didepan."
Belum sempat melangkahkan kakinya, orang yang menjadi topik pembicaraan pulang. "Nayla, dari mana saja kamu? Kenapa baru pulang?"
Yang ditanya dengan berat hati harus menghentikan langkah nya. "Maaf Mah tadi ada jam tambahan."
"Kamu berbohong? Gurumu baru saja menghubungi mamah, dia bilang kamu membolos. Kemana kamu?"
Nayla diam tanpa reaksi, sudah bisa ditebak pasti gurunya akan menghubungi orang tua nya mengingat bagaimana para guru dan teman temannya selalu mencoba dekat dengan keluarga baru nya yang terkenal kaya dan berpengaruh baik.
"Nayla hanya bosan mah. Sudahlah mah aku lelah, ingin istirahat." Tanpa memperdulikan marahan ibu nya lagi, Nayla langsung melangkahkan kakinya menaiki tangga menuju kamar nya.
"Mah sudah, mungkin dia sedang ada masalah. Nanti biar aku yang bicara dengannya," Sahut samuel menenangkan ibunya.
******
Keesokan harinya Nayla menatap kaget sosok siswa baru yang masuk kedalam kelas nya saat ini.
"Halo, perkenalkan namaku Michella putri. Kalian bisa memanggilku Michella. Aku murid pindahan dari Surabaya."
Saat itu juga, detik itu juga Nayla langsung berlari keluar dari kelas, tidak perduli dengan teriakan sang guru yang memanggil namanya.
"Apa kamu masih membenciku,Nay ?" batin Michell, dia menatap sendu sosok yang dulu pernah menjadi sahabat nya itu.
******
Tidak perduli seberapa banyak anak tangga yang harus ia naiki, Nayla terus berlari menuju atap sekolah, tempat yang selalu ia datangi setiap kali ingin menghindar dari keramaian.
"Kenapa dia datang lagi, kenapa dia harus kembali disaat aku sudah mulai menerima masa lalu walau belum bisa memaafkan."
Jika kalian lupa , Michell adalah sahabat Nayla dan Samuel. Mereka sudah mengenal dan bersahabat sejak kecil. Awalnya hubungan mereka baik baik saja hingga suatu ketika Michell patah hati karena kekasihnya menghianatinya. Disaat itu Samuel lah yang setiap hari menenangkan nya hingga lama lama perasaan cinta diantara keduanya mulai tumbuh.
Perlahan Samuel mulai nyaman dengan Michell, tanpa dia sadari dia melakukan perbuatan yang menimbulkan masalah besar. Samuel meminta Michell untuk menjadi kekasihnya yang tentunya tanpa sepengetahuan Nayla, dan bodohnya Michell menerimanya.
Hingga suatu saat ayah samuel dan ibu nayla yang sama sama berstatus duda dan janda memberitahu jika keduanya sudah menjalin hubungan cukup lama dan akan segera melangsungkan pernikahan. Hal itu Samuel jadikan alasan untuk memutuskan hubungannya dengan Nayla. Jahat? Ya samuel sangat jahat tapi saat itu dia lebih memilih keegoisannya yang menyebabkan penyesalan saat ini.
"Arrgghhhh aku benci kalian!" teriak Nayla sekeras mungkin.
"Brisik!"
Nayla langsung menoleh cepat saat mendengar suara seseorang. Lebih tepat nya orang yang terganggu tidur nya dengan suara teriakan nya.
Aditya pratama, orang yang biasanya membolos pergi dari sekolah sekarang memilih untuk membolos dengan tidur di atap sekolah .
"K-kamu? Siapa kamu?" tanya Nayla was was.
Adit berjalan mendekat ke arah nya. "Kalau mau teriak jangan disini. kamu mengganggu tidurku."
"Apa? Hei ni bukan tempat tidur jadi itu salahmu sendiri kenapa tidur disini."
"Kamu tidak tahu aku?"
"Memangnya kamu siapa?"
"Kamu benar tidak tahu aku? Kamu akan menyesal sudah mengganggu ketenanganku setelah kamu tahu siapa aku."
Tanpa mengucapkan apa-apa lagi Adit langsung pergi meninggalkan atap gedung sekolah. Menyisakan Nayla yang masih bingung memikirkan sesuatu.
"Sepertinya aku pernah melihatnya, tapi dimana?"
Hari ini Nayla kembali pulang malam, tadi setelah dari atap gedung sekolah dia memutuskan untuk membolos di perpustakaan, jadi ini kedua kalinya dia membolos. "Terima kasih om dan tante sudah mengizinkan saya tinggal disini. Sebenarnya saya bisa tinggal di apartment," ucap Michell merasa tak enak. Michell baru saja datang dari surabaya, dia memutuskan untuk pindah sekolah ke jakarta. Karena orang tuanya tinggal di surabaya, tadinya dia ingin menyewa salah satu apartment tapi orang tua Samuel serta samuel sendiri menyuruhnya untuk tinggal bersama. "Tak apa, sekalian kamu beradaptasi dengan keluarga kita toh nanti kamu juga akan menjadi bagian dari keluarga kita kan," ucap Ayah Samuel dengan senyum ramah nya. "Benar, Nayla juga pasti senang tinggal bersama sahabatnya lagi," sahut Ibu Nayla yang langsung membuat Samuel dan Michell seketika diam. "Oh ya ngomong-ngomong dima
Sudah hampir 6 bulan Michell tinggal di rumah samuel, selama itu juga Nayla mulai jarang ikut sarapan atau makan malam bersama. Nayla selalu berangkat pagi pagi sekali dan akan tidur sebelum jam makan malam. Selama itu juga Nayla semakin penasaran dengan sosok Adit, Adit sering sekali membantu nya setiap berada dalam bahaya, tidak ada percakapan antara keduanya karena pria itu akan langsung pergi setelah menolongnya. Dan hari ini Nayla kembali datang ke sekolah lebih awal dari biasanya jadi benar benar belum ada satu pun murid yang datang termasuk Adit. Biasanya pria itu lebih dulu datang dari nya tapi hari ini kebalikannya. Jam terus berputar hingga matahari mulai naik menampakkan dirinya, beberapa murid mulai berdatangan namun sosok yang Nayla tunggu masih belum memunculkan wajahnya sejak tadi. Ini sangat aneh, biasanya Adit selalu datang walupun akhirnya akan membolos setelah bel masuk berbunyi . "Selamat pagi anak anak." "Apa dia tidak masuk? Ckk
PLAK!! Nayla menyentuh pipi nya yang memerah akibat tamparan keras yang di layangkan ibunya tepat di wajah mulus nya. Beberapa jam yang lalu dirinya kembali dituduh melakukan pembullyan hingga membuat salah seorang siswa disekolah nya mengakhiri hidup nya. Kalian ingat dengan Nina kan? Yang tempo hari mengaku di teror oleh Nayla? Beberapa hari setelah pengakuan itu, tadi pagi sekolah digemparkan dengan kabar Nina yang melakukan bunuh diri dengan menjatuhkan dirinya di sungai. Semua orang menuduh Nayla sebagai penyebab kematian Nina karena mereka mengira Nima bunuh diri akibat tidak tahan dengan teror dari Nayla. "Ibu benar-benar tidak menyangka kamu seperti ini nay, Ibu kecewa denganmu!" Detik berikutnya tamparan kedua kembali melayang di wajah mulus Nayla membuat dirinya sekarang mejadi pusat perhatian seisi sekolah, banyak siswa yang mengintip dari jendela ruangan bu Dewi. "Apa salah Ibu Na
Selama beberapa hari ini Nayla tinggal dirumah lama nya, beruntung dia masih menyimpan kunci rumah lamanya jadi setidaknya dia tidak akan luntang-lantung di jalanan. Namun aneh nya saat dia pulang hari ini terlihat lampu dirumahnya menyala padahal setahunya dia tidak pernah menyalakan lampu. Karena takut jika itu maling gadis itu pun langsung berlari menuju rumah nya. "Oh anda siapa?" tanya nya pada seorang wanita paruh baya yang baru saja keluar dari rumah nya. "Saya pemilik rumah ini. kamu siapa?" "Apa? Tapi ini rumah saya Tante." "Pemilik rumah ini sudah menjual nya pada saya tadi siang." ,,,,,,,,,,,,, Nayla membuka pintu rumah ayah tirinya dengan sangat kencang, bahkan penghuni rumah yang sedang makan malam itipun langsung menoleh kearahnya. "Nay kamu pulang?" tanya tuan Wijaya dengan senyum senang nya Melihat putrinya k
Nayla mulai menggeliat dalam tidur nya, badannya terasa sangat sakit karena semalaman tidur diatas kasur lipat yang sangat tipis. Saat matanya terbuka, sosok yang pertama kali ia lihat adalah Adit yang sedang bersiap-siap entah mau kemana karena ini hari minggu dan sekolah libur. "Kamu sudah bangun? Hmm aku harus pergi ada urusan mungkin pulang malam. Kalau kamu mau pergi sebaiknya nanti malam saja setelah aku pulang," Ujar Adit sambil memasukkan beberapa bungkus coklat kedalam tas nya. "Aku mau ke suatu tempat yang harus aku kunjungi. Jauh dari kota Jakarta," lanjut nya seolah tahu isi pikiran Nayla yang ingin bertanya namun ragu. "Aku boleh ikut?" ,,,,,,,,,,, "Kak, bukankah seharusnya aku pergi saja? Nayla pasti pergi karenaku sampai membuat Tante sakit," lirih Michelle saat melihat dokter pribadi keluarga Wijaya baru saja selesai memerik
"Kak, ayo kita makan malam bersama. Ibu panti dan yang lainnya sudah menunggu," Ujar Putri pada Nayla yang sedang duduk termenung sendirian di taman panti. "Putri, Ayo kita tinggalkan saja dia kalau tidak mau," suara teriakan Chiko membuat Nayla langsung menoleh kearah bocah kecil yang berdiri di teras panti itu. "Tidak usah didengar, Kak. dia memang suka begitu. Ayo." "Putri duluan saja. Kakak masih ingin disini , didalam sedikit gerah," Balas Nayla. "Yasudah kalau begitu aku masuk ya, Kak," Nayla sedikit menyunggingkan senyumnya saat melihat Putri dan Chiko berjalan bersama masuk kedalam panti. Tadi siang mereka masih bertengkar tapi sekarang tiba tiba sudah akrab. "Putri yang introvert saja bisa berubah kenapa aku tidak ? Bahkan dia masih kecil, tapi sudah berani mengambil langkah lebih baik," gumam nya kembali mendongakkan kepalanya keatas. Mamandang bintang yang berlomba mengerlipkan cahayanya terangnya. Su
Nayla diam merenung memikirkan obrolannya dengan Bu Andara beberapa jam yang lalu. "Kamu tidak ingin kembali sekolah, Nay? Bukan maksud Ibu tidak suka kamu tinggal disini, Ibu sangat senang kamu tinggal disini. tapi keluargamu pasti khawatir mencarimu dan juga bukankah sebentar lagi ujian kelulusan sekolah ? Kamu tidak ingin lulus ?" Itulah kurang lebih yang Bu Andara tanyakan padanya tadi. Sudah hampir 1 minggu Nayla tinggal di panti asuhan ini. Gadis itu merasa sangat senang, semua yang tidak pernah dia dapatkan dikeluarganya dapat ia dapatkan disini, terutama kasih sayang. Bu Andara sangat menyayangi nya, bahkan Putri yang awalnya tertutup bisa sangat terbuka dan dekat dengannya apalagi Chiko. "Kak." Suara panggilan itu membuat Nayla langsung menoleh. Putri, Gadis kecil yang selama beberapa hari ini tidur dengannya terlihat mulai terbangun. "Kakak tidak tidur?" Tanya nya dengan mata yang m
Bruk !!! Tubuh Monika terdorong begitu keras hingga punggung nya membentur tembok. Dinda, Nanda dan putri menarik rambutnya secara bergantian, tak hanya itu tubuh nya bahkan sudah penuh dengan bau busuk akibat siraman air kotor. "Cihh anak koruptor sepertimu hanya akan mengotori sekolahan ini," ucap Dinda setelah menjambak rambut Monika hingga membuatnya meringis kesakitan. "Seharusnya kamu ikut menekam dipenjara bersama ayahmu. Benar benar memalukan!!" sahut putri. "Nanda mana gunting nya?" Nanda mengeluarkan gunting yang sudah ia bawa sejak tadi "Biar aku saja yang menggunting rambutnya," ucap nya dengan senyum seringai membuat Monika ketakutan. "Jadi, gaya rambut apa yang kamu inginkan Monika Bramanta?" "Tidak, aku mohon jangan," tangis Monika mulai pecah begitu Nanda mendekat kearahnya. "Sudah
2 bulan kemudian... "Aku diterima!!!" Suara teriakan bahagia Nayla menggelegar ketika gadis itu mendapat berita tentang dirinya diterima di universitas yang ia inginkan. Kedua orang tuanya dan Adit pun ikut tersenyum senang melihat gadis itu berhasil diterima di kampus impiannya. Tidak mudah bagi Nayla untuk bisa diterima di kampus yang sama dengan Adit. Sebelumnya Adit memang sudah diterima di kampus impiannya melalui jalur PTN. Awalnya Nayla sempat ragu jika dirinya bisa diterima di kampus yang sama dengan Adit, tapi berkat kerja kerasnya dan tentu saja bantuan dari Adit yang tidak henti-hentinya menyemangati dan mengajarinya membuat Nayla akhrinya keterima di kampus itu. "Papa sama mama bangga sama kamu, Nay," ucap kedua orang tua Nayla sambil menatap gadis itu dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Jujur, kedua orang tua Nayla sangat bangga dengan
Ujian nasional sebentar lagi akan dimulai, Adit dan Nayla terlihat semakin giat belajar. Contohnya saja hari ini, sepulang sekolah mereka langsung belajar bersama di rumah Nayla. Ngomong-ngomong mereka berdua berencana ingin kuliah ditempat yang sama dengan jurusan yang sama juga. Awalnya Adit tidak berniat kuliah, pria itu ingin langsung bekerja setelah lulus sekolah tapi ayah Nayla memintanya untuk melanjutkan kuliah. Bahkan ayah Nayla juga yang akan membiayai semua biaya kuliahnya. Hal itu ayah Nayla lakukan agar Adit tumbuh menjadi pria yang sukses agar nanti jika ia dan Nayla melanjutkan hubungan mereka ke jenjang sesius, Adit sudah mempunyai bekal yang cukup. Ditengah aktifitas belajarnya, sesekali Nayla melirik kearah sang kekasih yang tampak sangat fokus dengan buku pelajarannya. Wanita itu heran, kenapa pria yang selama ini dikenal bad boy, trouble maker bahkan sering sekali membolos bisa sepintar itu. Bahkan Nayla saja yang setiap hari masuk sekolah
"Kalian dari mana saja? Bilangnya futsal tapi dari pagi baru pulang jam segini. Futsal dimana? Di luar kota?!"Samuel dan Adit hanya berdiri diam saat mendapat omelan dari Nayla. Kedua pria itu bahkan baru saja pulang tapi sudah langsung kena Omelan. Wajar sih Kenapa Nayla marah karena seharian ini kekasihnya lebih memilih menghabiskan waktunya bersama Samuel di banding dirinya."Lagipula sejak kapan kalian sedekat ini? Bukankah sebelumnya kalian bermusuhan?" lanjutnya saat tidak mendapat jawaban dari pertanyaan pertamanya."Ekhem, sepertinya ini masalah sepasang kekasih jadi lebih baik aku pergi saja ya. Kalian Selesaikan masalah kalian sendiri, bye!" sahut Samuel. Pria itu segera melangkahkan kakinya pergi meninggalkan sepasang kekasih yang sebentar lagi bisa di pastikan akan bertengkar.Tanpa mengatakan apapun Nayla melangkahkan kakinya menuju kursi yang berada di teras rumah diikuti Adit di belakangnya. Melihat sang kekasih memasang wajah kesaln
"Bagaimana, sudah ada kabar?"Nayla menggeleng menjawab pertanyaan yang baru saja Nanda tanyakan. Saat ini kedua gadis itu sedang berada di salah satu tempat makan. Mereka baru saja selesai belajar bersama dengan teman-teman mereka. Tadi Nayla memutuskan untuk ikut belajar bersama karena Adit tiba-tiba tidak ada kabar sama sekali."Apa dia masih latihan?" tebak Nanda."Tidak mungkin. Tadi aku melihat anak basket lainnya sudah kembali ke sekolah. Lagi pula kata bobby, Adit sudah pulang setelah latihan basket.""Jangan-jangan dugaanku benar.""Apa?""Adit bertemu dengan cewek lain disana terus mereka pergi bersama?"Seketika Nayla langsung diam. Entah kenapa perasaan gadis itu mendadak tidak karuan. Dia takut jika ucapan Nanda itu benar. Jika benar, maka Nayla bersumpah tidak akan memaafkan Adit.Hingga beberapa saat kemudian ponsel Nayla bernyanyi. Melihat nama orang yang baru saja menghubunginya membuat Nayla tersenyum senang d
Beberapa minggu kemudian....Kini hubungan Nayla dan Adit tampak semakin harmonis. Kedua orang itu tidak lagi canggung atau malu memperlihatkan kemesraan mereka di publik. Tidak hanya itu saja, kini semakin banyak perubahan dari mereka. Mulai dari Adit yang awalnya suka membolos dan bersikap dingin kini berubah lebih rajin masuk sekolah dan mulai ramah dengan orang lain. Begitu juga dengan Nayla, dia yang awalnya sangat introvert kini telah kembali menjadi Nayla di gadis murah senyum dan mudah bergaul."Nayla!"Nayla yang baru saja keluar dari perpustakaan di kejutkan dengan teriakan Nanda. Oh siapa sangka kini mereka berdua sudah berteman baik."Ada apa?" tanya Nayla begitu Nanda sudah berdiri di depannya."Nanti sore mau ikut belajar bersama tidak? Aku dan teman yang lain ingin belajar bersama untuk persiapan ujian.""Hmm bagai
"Adit, maaf Aku baru datang." Adit yang sedang duduk di salah satu bangku taman itupun langsung beranjak berdiri begitu melihat kedatangan Nayla. Beberapa jam yang lalu Adit meminta Nayla untuk menemuinya di taman. Nayla yang baru saja datang langsung mendudukan dirinya disamping Adit tadi. "Kamu gapapa? Ada apa?" tanya Nayla. Bisa dilihat dari raut wajahnya sepertinya Adit masih sedih atas kepergian Putri. "Sebelum meninggal, Putri menitipkan ini untukmu." Nayla menerima sebuah kotak yang baru saja Adit berikan. Didalam sebuah kotak itu terdapat buku diary yang diyakini adalah milik Putri. "Itu adalah buku diary Putri. Ibu panti bilang setiap malam Putri selalu menulis di diary itu. Kamu bisa membacanya." Nayla mengangguk sebelum akhirnya membuka buku diary itu dan membaca isinya. Ada begitu banyak curahan hati Putri yang di tulis pada buku diar
Setelah semalaman Putri dinyatakan koma, paginya dokter yang menangani gadis kecil itu mengatakan jika Putri sudah meninggal dunia. Adit yang tidak percaya dengan ucapan dokter itu pun langsung berlari menghampiri Putri di ranjang nya. Wajah gadis kecil itu terlihat sangat pucat, mata nya pun terpejam erat dan detak jantung nya sudah tidak berdetak sama sekali."Hiks Putri bangun! Kakak mohon bangunlah Hiks.""Putri kamu pasti mendengar ku kan? Ayo bangun hiks. Bangun Putri hik."Adit menggoyangkan tubuh Putri kuat namun gadis itu sama sekali tidak bereaksi. Ibu panti yang mendapat kabar jika Putri sudah meninggal dunia itupun langsung jatuh pingsan."Hiks kakak mohon bangunlah hiks bangun Putri, Kakak akan membawa kak Nayla kesini tapi kakak mohon bangunlah hiks."Adit yang sudah tidak kuasa menahan rasa sedihnya itupun akhirnya jatuh terduduk. Pria itu sa
Beberapa hari kemudian...Putri sudah sadar dan baru saja selesai melakukan kemoterapi pertamanya. Gadis kecil itu juga harus kehilangan rambutnya dipotong habis karena penyakitnya itu. Sejak tadi Putri terus merengek pada Adit untuk bertemu dengan Nayla. Sebenarnya Adit sudah menghubungi Nayla beberapa kali namun Nayla sama sekali tidak mengangkat panggilannya."Kak, Aku ingin bertemu Kak Nayla hiks Aku ingin memeluk nya hiks.""Putri, kak Nayla sedang sibuk. Lain kali saja ya?""Tidak mau! Hiks Aku mau sekarang!!"Tidak lama kemudian tiba-tiba Nayla datang membuat Putri langsung berteriak senang. Sebenarnya Nayla tahu jika Adit beberapa kali menghubunginya namun Samuel melarang nya untuk mengangkat panggilan itu. Hingga saat setelah Samuel mengantar Nayla ke sekolah, Nayla pun memutuskan untuk membolos pergi ke rumah sakit untuk
Putri masih belum sadarkan diri, keadaannya pun mulai memburuk. Ibu pemilik panti asuhan sedang mengantar Chiko kembali ke panti jadi sejak semalam hanya Adit yang menunggunya. Ini sudah larut malam dan Adit masih betah terjaga disamping ranjang Putri. Pria itu tidak henti-henti nya menggenggam tangan gadis mungil itu. Hingga beberapa saat kemudian dering ponselnya berbunyi membuyarkan lamunan nya. Terlihat nama Nayla yang terpampang jelas dilayar ponselnya. [Adit : "Halo."] [Nayla : "Adit, bagaimana keadaan Putri? Apa dia sudah sada ?"] [Adit : "Belum."] Terdengar helaan nafas dari sambungan telepon membuat Nayla mulai khawatir dengan kondisi Putri. [Nayla : "Kamu sudah makan?"] [Adit : "Belum."] [Nayla : "Kamu jangan lupa makan. Jangan sampai sakit, kalau kamu sakit nanti siapa yang menjaga Putri?"] [Adit : "Iya."] [Nayla : "Yasudah, maaf kalau aku mengganggu mu. Aku akan matikan tlp nya. salam untuk Putri kal